Bagian 1

102K 2.6K 94
                                    

Jarum jam sudah menunjuk angka sebelas, tapi Anna masih sibuk di dalam satu-satunya ruangan yang masih benderang di rumah itu. Kepalanya mulai terasa pening karena tidak terbiasa masih terjaga selarut ini. Namun karena tidak juga bisa memejamkan mata, dia pilih menyibukkan diri di ruangan kerjanya.

Menenggelamkan diri dalam setumpuk proposal tugas akhir yang diajukan mahasiswanya, memeriksanya dengan teliti tanpa melewatkan tiap detildetail sekecil apapun. Karena tugas akhir adalah intisari dari semua yang dipelajari seseorang ketika menempuh jenjang pendidikan tinggi, dia tidak ingin mahasiswanya mengerjakannya asal-asalan hingga hasil yang diperoleh tidak maksimal.

Setengah jam kemudian sepertinya matanya sudah mulai terasa perih, kepalanya pun terasa pening. Dia mengalihkan pandangan dari sebuah proposal tentang perbedaan pengelolaan persediaan obat di RS dan puskesmas, lalu melirik jam di dinding. Sudah jam setengah dua belas malam, sepertinya dia memang sudah harus beristirahat. Daripada besok malah tidak bisa mengajar karena serangan vertigo akibat kurang tidur semalaman.

Anna menutup seluruh aplikasi di laptopnya, membereskan bundelan naskah yang berserakan di meja, mematikan lampu lalu segera keluar dari ruangan itu menuju kamar tidurnya. Merebahkan diri di kasur yang terasa terlalu besar ditempati tubuh mungilnya itu sendirian. Pikirannya kosong karena tubuhnya sudah demikian letih. Tanpa menunggu lama dia sudah jatuh terlelap dan melayang di alam mimpi.

Yang tak disadari Anna adalah, ketika dia sudah tertidur, seseorang tengah berusaha membuka pintu gerbang depan rumahnya, lalu masuk ke halaman dan mencoba membuka pintu ganda rumah itu dengan kunci yang di tangannya.

Tanpa kesulitan sosok itu lalu masuk dan masih tanpa suara langsung berjalan memasuki kamar Anna. Sosok itu seorang lelaki, memandang Anna dengan senyum tipis di wajahnya. Dia lalu meletakkan tas jinjing ukuran sedangnya di dekat kaki ranjang, melepas tas selempang yang tersampir di bahunya dan menaruhnya di kursi depan meja rias, lantas meletakkan ponselnya di nakas.

Lelaki itu lalu berjalan ke arah kamar mandi dan menghilang di sana. Beberapa saat kemudian dia sudah keluar dari kamar mandi dan mengenakan pakaian rumahan santai berupa kaus oblong dan celana training pendek.

Lelaki itu lalu duduk di tepi ranjang mengambil ponselnya, membuka beberapa aplikasi memeriksa pesan yang masuk. Kemudian menutupnya dan meletakkannya kembali di nakas. Dia memandang Anna yang berbaring meringkuk di tepi ranjang. Senyum kembali mengembang di wajahnya. Lalu dia bergerak menaiki ranjang, membaringkan tubuhnya di sisi perempuan itu, dan merapatkan tubuh mereka berdua dalam pelukan.

Beberapa saat kemudian Anna seperti tersadar ada sosok lain yang berada dalam posisi terlalu rapat dengan tubuhnya. Dengan mata setengah terpejam dan kesadaran yang masih terkumpul sepertiganya dia membalik badan, ingin tahu siapa yang datang tengah malam dan tiba-tiba memeluknya seperti itu.

Tapi pelukannya terasa nyaman dan tak asing, karena ketika dia memalingkan wajah didapatinya seraut wajah yang sudah berhari-hari tak dijumpainya, tengah tersenyum kepadanya.

"Frans?"

˷***˷

Paginya ketika Anna hendak bangkit dari tidurnya, sepasang lengan kokoh menahannya tetap berbaring. Ah dia ingat pada lelaki yang semalam ditemukannya sudah berbaring memeluknya erat, Frans Sumapradja. Suaminya.

Semalam matanya sudah terlalu berat untuk membuka, dia pun langsung tertidur setelah mengenali Frans. Tanpa sempat menanyakan apapun. Paginya dia baru sadar ada yang tidak biasa. Frans akan pulang jumat sore atahuatau sabtu siang, selalu di akhir pekan. Tapi ini masih rabu dan lelaki itu sudah berada di rumah ini, menyelinap pula hampir tengah malam. Sayangnya ketika Anna membuka mata dan hendak bertanya, lelaki itu sepertinya punya ide lain tentang apa yang harusnya mereka lakukan sepagi itu.

UNFORGETTABLE CHEMISTRY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang