Bagian 5

38.6K 1.7K 31
                                    

Keriuhan penyambutan dekan baru sudah berpindah dari aula gedung A ke sebuah kelas kosong di dekat kantor Prof. Pramono. Ruangan tersebut telah disulap menjadi tempat semacam syukuran lengkap dengan beraneka macam hidangan lezat yang melimpah ruah dari katering sebuah hotel bintang lima.
Acara yang diperuntukkan bagi karyawan dan staf pengajar fakultas farmasi itu berlangsung dalam suasana yang terasa santai dan akrab.

Tidak biasanya penyambutan dekan baru dilakukan seperti ini. Tentu saja hal tersebut terjadi atas permintaan Prof. Pramono pribadi, mengingat penggantinya itu adalah sahabat baiknya.
Namun tidak ada keberatan, karena dia bukanlah orang baru. Para dosen, utamanya yang senior, mengenalnya dengan sangat baik.

Dia dulu pernah mengajar di sini. Dan sebagaimana Prof. Pramono dia juga pengajar dengan kemampuan yang cemerlang. Kepergiannya beberapa tahun lalu sempat disayangkan banyak pihak.

Maka ketika dia akhirnya kembali lagi, tentu saja ada banyak wajah antusias yang tersenyum bahagia menyambutnya.

Tapi tidak dengan Anna.
Dia merasa sedemikian terkejutnya sampai bibirnya kelu nyaris tak mampu berkata kata.
Otaknya masih berusaha mencerna kejadian ini. Dari sudut ruangan dia mengamati lelaki itu dalam diam.

Itu dia.
Benar-benar dia.

Berulangkali Anna mencubiti lengannya sendiri, berusaha meyakinkan diri bahwa apa yang dia alami adalah nyata. Bukan sekedar bayangan yang terbentuk dari keinginan terpendam yang menumpuk di alam bawah sadarnya.
Anna menggigit bibir bawahnya dan menghela napas dalam.

Dia tidak banyak berubah.
Masih sama seperti saat terakhir mereka bertemu beberapa tahun yang lalu.

Dia masih terlihat sedemikian mengagumkan dimatanya. Kenyataan bahwa tahun-tahun yang berlalu telah menambahkan guratan-guratan usia di tiap sudut wajahnya, sialnya tidak memudarkan kekaguman Anna.

Tidak.... kenapa di mataku dia bahkan terlihat semakin mempesona...

Batin Anna miris.

Di seberang ruangan, dia tampak asik berbincang dikerubungi dosen-dosen yang masih diliputi antusiasme kembalinya sang guru besar.

Ya Tuhan, takdir macam apa yang sedang Kau timpakan padaku?
Bertahun-tahun aku berusaha melupakan dia...
Bertahun-tahun aku berjuang melawan rasa sakit dan kehilangan....
Bertahun-tahun aku berusaha mengumpulkan kembali diriku agar kembali utuh setelah tercerai berai karena kepergiannya....
Lalu setelah aku hampir bisa mengatasi semuanya, ketika kupikir aku sudah bisa melupakan dia dan apapun yang pernah terjadi di antara kami, kenapa Kau seperti sengaja melemparkannya tepat di depan hidungku....
Apa yang sebenarnya Kau rencanakan untukku ya Tuhan...

Anna mendesah frustasi.

Lalu jantungnya seakan berhenti berdetak, ketika tanpa sengaja tatapannya beradu dengan sorot mata teduh yang dulu selalu dirindukannya.

Anna memalingkan muka dan menunduk, tanpa sadar meraba dadanya yang tiba-tiba dirambati desiran halus sebuah perasaan asing yang begitu dikenalnya.

"Hooi... Anna! Gabung sini." Prof. Pramono berteriak sambil melambaikan tangan.

Anna masih terpaku ditempatnya berdiri. Tersenyum enggan pada lambaian Prof. Pramono. Namun tatapan mata semua orang yang ada di ruangan itu, membuatnya akhirnya menyeret langkah menuju kerumunan Prof. Pramono.

"Ini 'Ndu, daritadi kalian kan belum ngobrol ngobrol ya?" cetus Prof. Pramono setelah Anna mendekat dan berdiri di sampingnya.
Lelaki itu menatap Anna dengan ekspresi nyaris datar. Namun ditatap seperti itu membuat lutut Anna terasa melemas.

UNFORGETTABLE CHEMISTRY Where stories live. Discover now