Bagian 15 : dr. Frans Sumapradja

28.8K 1.3K 79
                                    

Kalian tau bagaimana rasanya dikhianati?
Kenapa kutanyakan?
Karena sejujurnya seumur hidupku, aku belum pernah sekalipun merasakannya.

Karena apa?
Karena jika seorang gadis pernah bersamaku, bisa kupastikan dia tak pernah sanggup meninggalkanku, apalagi mengkhianatiku.
Kecuali aku yang menendangnya pergi.

Terdengar agak kejam dan tidak berperasaan?
Tidak juga. Bukan salahku. Aku tak pernah menyuruh mereka mengantri untuk melemparkan diri ke pelukanku.

Aku tau diriku sendiri dengan pasti, aku punya semua kualitas yang membuat tak ada wanita normal yang sanggup menolakku. Jangan menyebutku sombong, karena semua yang kukatakan tadi adalah fakta.

Sejak SMP aku sudah biasa bergonta-ganti pacar. Saat itu, seingatku aku sudah memacari hampir separuh populasi siswi cantik di sekolahku. Kugaris bawahi, HANYA YANG CANTIK. Aku tidak berselera dengan gadis yang wajahnya biasa-biasa saja.
Keperjakaanku? Sudah hilang saat kelas satu SMA. Dengan gadis yang--tentu saja cantik, tapi sekarang sudah tak ku ingat lagi nama dan rupanya.

Namun keliaranku yang sebenarnya dimulai ketika masuk bangku kuliah. Karena walau sudah tak perjaka, tapi sepanjang masa SMA ku, masih bisa dihitung dengan jari aku tidur dengan pacar-pacarku. Aku sendiri kagum dengan pengendalian diriku waktu itu mengingat cukup sering mereka--pacar-pacarku yang cantik-cantik itu--melambai-lambaikan dada dan membuka paha lebar-lebar di hadapanku. Ini metafora saja. Tapi saat itu, pikiranku cukup rasional untuk menahan diri. Dan tidak begitu mudahnya membuang sperma kepada gadis-gadis muda yang masih labil secara fisik maupun emosi, yang andai sesuatu yang tak diinginkan terjadi--hamil misalnya--pasti akan sangat-sangat merepotkanku. Aku hanya memilih gadis yang kuyakini tak akan menyusahkanku.

Dan semua berubah ketika aku sudah jadi mahasiswa kedokteran.

Percaya atau tidak--tapi sebaiknya kalian percaya saja--dalam sepekan aku bisa tidur dengan dua atau tiga gadis yang berbeda. Itu sudah termasuk pacarku, karena tentu saja tak pernah ada masa aku disebut jomblo. Begitu tersiar kabar aku sedang available, langsung ada gadis menghampiriku. Bahkan tak jarang saat aku masih berstatus taken pun gadis gadis itu masih saja menggodaku.

Masa-masa keemasan, atau justru masa kelam. Terserahlah. Yang jelas, bagiku semua itu hanyalah demi kebahagiaan dan kepuasan masa mudaku.
Lagipula aku hanya bersenang-senang, apapun yang terjadi antara aku dan gadis-gadis itu, tak kujalani dengan hati.

Sampai akhirnya, aku bertemu Pramita.

Sampai akhirnya, aku bertemu Pramita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dia cantik, tentu saja. Cerdas, dan tubuhnya oh Tuhan...
Dan dia tak seperti kebanyakan gadis yang kupacari, yang selalu mengejar-ngejarku dan menyodorkan diri mereka sukarela tanpa tahu malu.

Pramita berbeda.
Sangat berbeda.

Dia salah satu yang tercantik di angkatanku waktu itu. Bukan yang tercantik memang, tapi kecerdasan dan sifatnya yang cenderung acuh, angkuh dan suka mendominasi membuatnya menjadi berbeda dan sangat istimewa. Yang sempat kudengar malah beberapa dosen kami sempat mendekati untuk memacarinya.

UNFORGETTABLE CHEMISTRY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang