Arc 3-2 Ch 24 - Tasha, End

230 19 8
                                    

Minggu ini spesial double rilis. Kenapa? Baca alasannya di bagian akhir chapter ini

Peringatan 1: Chapter ini 2 kali lebih panjang dari chapter biasanya, butuh waktu ekstra

Peringatan 2: Mature Content, not suitable for children or teenagers under 18 years of age

Peringatan 3: Mautre Content, not suitable for children or teenagers under 18 years of age

Seperti biasa. Kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.


============================================================


Beberapa hari kemudian, aku keluar rumah sakit. Ketika keluar rumah sakit, ibu tidak membawaku ke kompleks perumahan Alhold tapi ke arah lain. Saat itu adalah pertama kalinya aku menapakkan kaki di rumah yang baru, rumah yang kini ditempati ibu, ayah, dan Ninlil. Dengan kata lain, rumahku sebelum tinggal dengan Emir dan Inanna.

Sejak saat itu, ayah lebih menurut pada ibu dibandingkan keluarga besar.

Aku dan Ninlil pun pindah sekolah. Yang, sayangnya, masih ada keluarga Alhold. Namun, mereka tidak seagresif dulu. Dan, di lain pihak, teman-temanku kini lebih vokal ketika menentang keluarga Alhold.

Aku sempat mendengar tetangga membicarakan mengenai kasusku. Tampaknya, kasusku akan dibawa ke pengadilan atas kekerasan terhadap anak di bawah umur. Namun, saat itu pengaruh keluarga Alhold masih besar, jadi kasusku tidak pernah mencapai pengadilan. Sebagai gantinya, rumor beredar luas bahwa keluarga Alhold memperlakukan anak-anak dengan sangat buruk.

Rumor tersebut mencemari nama keluarga Alhold. Karenanya, banyak bisnis keluarga Alhold yang gulung tikar. Keluarga Alhold, yang sebelumnya disegani sebagai keluarga dengan kekayaan melimpah, berubah menjadi keluarga dengan kondisi ekonomi pas-pasan. Hal itu juga lah yang membuat teman-teman sekolahku lebih berani terhadap keluarga Alhold.

Di lain pihak, ibu menjadi sangat kaya. Bahkan, ayah bisa memiliki rumah sakit berkat campur tangan ibu.

Menurutku, kehancuran keluarga Alhold adalah hal yang tak terhindarkan. Di saat itu, keluarga Alhold memiliki masalah dengan beberapa bangsawan lokal.

Kalau aku pikir-pikir, saat itu, tanpa disadari aku mulai membuat rencana di kepalaku. Ketika aku pergi ke rumah sakit, sendirian dengan lengan patah, dokter dan perawat pasti memanggil polisi. Dengan kata lain, aku berharap polisi turun tangan dalam kasus itu.

Polisi, yang mengetahui aku berasal dari keluarga Alhold, bersemangat mencari informasi. Aku berani bilang polisi tersebut mencoba menguak semua sejarah hitam keluarga Alhold, dan kebetulan aku lah sejarah hitam itu.

Meskipun tidak bisa diajukan ke pengadilan, tapi dengan bantuan bangsawan, nama baik Alhold dapat dihancurkan. Ditambah ibu dan Akadia, nama baik Alhold tidak terselamatkan sama sekali.

Namun, seperti yang kukatakan sebelumnya, semua itu terjadi begitu saja. Antara instingku sebagai ahli strategi mulai muncul karena terpojok, atau itu semua murni kebetulan.

Satu bulan setelah aku diserang, tanganku sudah hampir sembuh. Dokter cukup terkejut karena normalnya butuh beberapa bulan hingga patah tulang bisa sembuh. Meski demikian, untuk berjaga-jaga, aku masih disuruh menggunakan perban di bahu dan lengan.

Waktu satu bulan, ketika tanganku hampir sembuh, adalah waktu yang sangat kunantikan. Saat hampir sembuh, baru ibu dan Ninlil memperbolehkanku pergi sendirian. Begitu aku mendapatkan waktu sendirian, aku langsung naik bus, menuju pinggir kota.

I am No KingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora