Arc 4-2 Ch 10 - Top of Orion

160 14 4
                                    

Seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================


Sudah beberapa menit sejak sirene menandakan tengah malam berbunyi, tapi aku belum menemui siapa pun, baik anak buahku maupun Agade. Aneh. Maksudku, ada ratusan atau bahkan ribuan orang bertarung di kota ini. Seberapa besar kemungkinan aku tidak menemui satu pun dari mereka?

Tidak perlu terburu-buru. Aku tetap berjalan normal menuju ke sumber suara terdekat. Namun, aku tidak akan mendatangi sumber suara paling berisik, stadium, tempat Ukin berada. Suara paling berisik, bahkan membuat getaran hingga tempat ini padahal jaraknya jauh. Dengan menggunakan teropong, aku sempat melihat sebuah makhluk panjang yang bergerak menggeliat.

Namun, aku harus bersyukur karena Lugalgin mengatur agar pertarungan terakhir ini dilakukan di kota kosong. Aku tidak bisa membayangkan berapa banyak korban jiwa yang jatuh kalau pertarungan ini dilakukan di tempat normal.

Aku tidak mengenakan setelan. Hanya orang bodoh yang turun ke medan perang dengan setelan. Pakaian tempur yang kugunakan mirip dengan Agade, pakaian igni ditambah celana kargo, jaket, dan jubah. Dari enam pilar, hanya tiga organisasi yang memiliki pakaian tempur khusus, yaitu Agade, Orion, dan Akadia. Sisanya? Tidak.

Waktu dulu Agade memulai debutnya, aku ingin berteriak "tukang tiru!". Namun, aku sendiri sadar kalau tipe pakaian kami adalah yang paling efektif dan efisien untuk bertarung. Yang membedakan adalah Orion mengenakan helm anti peluru, Agade mengenakan topeng. Orion belum pernah melawan Agade, jadi aku tidak tahu apakah topeng Agade anti peluru atau biasa.

Namun, untuk Orion, meski sudah menjadi standar, anggota yang bertarung jarang mengenakan helm. Gara-gara ini, beberapa kali anggota penyerang ketahuan, membuat mereka diserang ketika di luar organisasi. Bukan hanya itu. Ada juga kejadian wajah mereka rusak karena ledakan. Aku penasaran bagaimana Agade mendoktrin anggotanya agar selalu mengenakan topeng.

Cting cting

Suara logam bertabrakan terdengar. Sebelum sadar, tali baja yang tersembunyi di balik jubah sudah bergerak, menangkis peluru yang datang. Baru saja aku menyeberang jalan kosong, tepat di perempatan, sebuah peluru sudah menyambut. Aku hanya tahu peluru itu datang dari belakang agak kanan, tidak detail.

Baru saja menoleh ke belakang, peluru lain sudah datang dari depan. Namun, tentu saja refleksku masih lebih baik dari itu.

Seperti rumor yang beredar, anggota Agade benar-benar dididik sebagai pembunuh bayaran, assassin. Mereka tidak akan repot-repot keluar untuk menghadapi orang sepertiku. Kalaupun mereka keluar, seperti sekarang.

"Wah....tidak salah kau menjadi pimpinan Orion. Kau benar-benar hebat. Padahal, dua penembak jitu yang aku pasang sama sekali tidak memancarkan aura haus darah atau niat membunuh."

Sebuah sosok berdiri di pinggir jalan, menyandar ke tiang lampu lalu lintas. Sejak kapan dia ada di situ? Sebelumnya, tempat ini kosong. Aku sama sekali tidak merasakan kehadiran atau kedatangannya.

Sosok ini mengenakan topeng rubah. Topeng sosok ini memiliki fungsi pengubah suara, jadi aku tidak tahu apakah dia laki-laki atau perempuan. Jubah pun menutupi fitur tubuhnya, jadi aku tidak bisa memeriksa dada atau pinggulnya. Namun, rambut putih keunguan yang panjang itu memberi impresi kalau sosok ini adalah perempuan, selama dia tidak mengenakan wig.

"Apa kau anggota elite Agade?"

"Ya, benar. Aku salah satu anggota elite Agade. Kau bisa memanggilku Ninmar. Meski mengetahui namaku tidak akan bedanya sih."

I am No KingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora