Arc 4-3 Ch 1 - Rahasia Umum dan Rahasia Pribadi

176 19 2
                                    

Seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================


"Selamat makan...."

Aku, Emir, dan Inanna sarapan di rumah sakit. Emir masih dalam perawatan karena terluka cukup parah, terutama perutnya. Dia baru dioperasi dua hari yang lalu. Menurut ayah, Emir harus opname selama beberapa hari, atau bahkan minggu, tergantung kecepatan pemulihannya.

"Ahh, dasar. Coba Emir tidak naif. Saat ini kita sudah sarapan di rumah, menikmati masakan rumah dan Lugalgin."

Kenapa aku juga ada di menu?

"Ahaha, maaf ya, Inanna. Aku menyesal."

"Ya, sudahlah. Mau bagaimana lagi. Kamu jadi lebih bodoh sih kalau sedang bertarung."

"Ugh....."

Aku tidak merasakan kebencian dari suara Inanna. Dia mengatakan itu semua hanya sebagai basa-basi. Sama, Emir dapat menerima itu semua dengan santai. Mereka berdua, meskipun mengeluh dan protes, masih memberi senyum terbaiknya.

Indahnya hidup ini kalau dua calon istriku akur. Ya, kalau akur. Kalau tidak akur? Nasibku akan sama seperti Fahren. Cepat atau lambat, istriku akan membunuhku dan istri yang lain.

Tidak lama kemudian, kami selesai sarapan dan aku membawa nampan bekas makan keluar. Aku meletakkan nampan kami di pantri yang terletak di ujung lantai, tempat piring kotor dikumpulkan. Rumah sakit memiliki prosedural yang berbeda untuk membersihkan alat makan dibanding rumah makan. Jadi, pengunjung dan pasien tidak diperbolehkan mencuci sendiri walaupun ada pantri. Ya, orang normal mana sih yang mau mencuci alat makannya sendiri di rumah sakit.

Dan, tentu saja aku memasukkan Emir ke rumah sakit milik Ayah. Aku ingin keamanan yang terbaik untuk calon istriku.

Ketika berjalan kembali ke kamar, aku berpapasan dengan dua perempuan yang wajahnya tidak kukenal. Mereka memiliki rambut dan mata coklat, fitur generik Bana'an. Yang satu memiliki rambut pendek, yang satu panjang.

Namun, meski sudah mengubah wajah dan penampilan, aku masih bisa mengenali mereka dari aura keberadaan yang dimiliki. Dan lagi, aku sudah diberi kabar oleh Yuan kalau mereka akan berkunjung. Namun, tidak ada salahnya aku bertanya, basa-basi.

"Mau bertemu Emir?"

Perempuan berambut pendek membelalak. Tampaknya dia terkejut karena aku tahu tujuan mereka.

Yang satunya, perempuan berambut pendek, tidak terkejut. Dia sudah tahu kebiasaanku yang bisa mengenali orang tanpa melihat. Kenapa bisa tahu? Karena perempuan ini sudah sering bertemu denganku sebelumnya.

"Ya, benar." Perempuan berambut pendek menjawab.

"Kalau begitu, ayo ikut aku,"

Aku mengajak mereka masuk ke ruangan Emir. Di sana, Emir dan Inanna masih mengobrol dengan santai. Begitu aku masuk membawa dua perempuan ini, mereka terdiam. Setelah memperhatikan dua perempuan di belakangku untuk sejenak, mereka melempar pandangan padaku.

"Gin, siapa mereka?"

Inanna adalah yang pertama bertanya.

Aku tidak menjawab, tapi justru mengajukan pertanyaan. Pertanyaan ini kuajukan pada Emir, yang sudah bersama mereka untuk waktu lebih lama.

"Emir, kamu tidak mengenali mereka?"

Emir menggeleng.

"Apa kalian masih belum bisa mengenali orang hanya dari auranya? Ayolah!"

I am No KingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora