Arc 5 Ch 7 - Kerajaan

122 14 15
                                    

Real life is being super mean T_T

Seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

Well, sebelum memulai chapter, ada beberapa disclaimer.

Disclaimer: Chapter ini tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata

Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiktif belaka

============================================================


"Tunggu dulu!"

"Hah?"

Tiba-tiba saja instingku berontak. Aku menoleh ke belakang, melihat ke pintu ruang makan yang tertutup.

Ibu Amana menghela napas. "Bilad, apa itu kamu?"

Pintu terbuka, menunjukkan sosok laki-laki berjanggut. Rambut dan janggut laki-laki itu juga putih, tapi tidak putih karena warna alami seperti Ibu Amana dan Rina. Rambut dan janggutnya putih karena uban.

"Jadi ini menantuku?"

"Selamat malam ... "

Bukannya aku tidak tahu siapa sosok laki-laki berjanggut ini. Lebih tepatnya, aku tidak tahu harus memanggilnya apa? Statusnya hanyalah sebagai suami Ratu, tidak lebih. Dia bukan Raja.

"Kamu bisa memanggilku Bapak Bilad."

"Baiklah." Aku menurut "Jadi, ada keperluan apa orang nomor 1 dan nomor 2 kerajaan Nina menemuiku?"

Bapak Bilad mengembangkan senyum. Dia berjalan, memutari meja. Sama seperti Ratu Amana, Bapak Bilad mengenakan pakaian tidur, menempel pada tubuhnya yang penuh otot. Dengan masuknya Bapak Bilad, satu-satunya orang yang tidak mengenakan pakaian tidur di ruangan ini adalah Ira, pelayan istana.

Sementara Bilad duduk dengan senyum terkembang, Ibu Amana memegang kening.

"Kenapa kamu ada di sini? Aku kan sudah bilang biar aku saja yang berbicara dengannya."

"Tidak mungkin. Kalian sama-sama Alhold. Hampir tidak mungkin kalian tidak bertikai."

"... sial."

Ratu Amana membuang wajah dari Bapak Bilad. Wajahnya tampak kesal dengan gigi menggertak.

Sejenak, mereka tampak seperti suami istri yang tidak akur. Namun, kalau dilihat lebih dalam, sebenarnya mereka sangat akur. Bapak Bilad tampak sangat mengenal istrinya. Dia tahu kalau istrinya dan aku, hampir bisa dipastikan, akan mengakhiri diskusi dengan pertikaian denganku.

Di lain pihak, Ibu Amana terlihat sadar akan hal kemungkinan pertikaian. Karenanya, dia tidak melawan lebih jauh. Yang bisa dilakukan hanya mengatakan kekesalannya. Namun, Ibu Amana menunjukkan kekesalan di depan Bapak Bilad adalah bukti kalau dia percaya pada Bapak Bilad. Dia pasti percaya kalau ungkapan kekesalan sederhana itu tidak akan membuat suaminya marah.

"Kenapa, Gin? Kenapa kamu melihat wajahku dengan saksama seperti itu?"

"Sekarang aku paham dari mana Rina mendapat dagunya yang lancip itu."

"Hahaha. Matamu jeli. Ya, tepat sekali. Mata indah dan rambut putih berkilau Rina memang dari ibunya. Tapi dagu yang lancip adalah dariku. Kalau dia juga memiliki dagu bundar seperti istriku ini, mungkin dia akan terlihat lebih chubby."

"Jadi kamu bilang aku chubby?"

"Hahahaha."

Bapak Bilad benar-benar santai. Bahkan, atmosfer yang dia pancarkan jauh lebih bersahabat dari Ibu Amana dan Ira pelayan istana.

I am No KingWhere stories live. Discover now