Arc 4 Ch 6 - Penderitaan

194 19 2
                                    

Maaf telat update. Kemarin seharian tidak mendapat sinyal dan baru hari ini dapat. XD

Seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.


============================================================


"Apa ini sudah cukup?"

"Sebentar, biar aku baca dulu."

Aku melihat ke layar komputer. Saat ini, aku dan Maul berada di salah satu ruang kerja lantai 1. Karena Maul bukan anggota elite, dia tidak memiliki ruangan sendiri. Dan, aku tidak bisa mengistimewakannya begitu saja. Aku harus tegas karena Kak Lugalgin susah tegas pada kami.

Namun, aku masih sedikit memberinya perlakuan khusus dengan memperbolehkan karyawan dan anggota lain pulang duluan. Jadi, saat ini, yang ada di ruang kerja ini hanya aku dan Maul. Dan, kami sudah berganti pakaian, menggunakan pakaian kasual, tentu saja.

"Kenapa tidak kita katakan saja langsung pada Kak Lugalgin? Menurutku, akan lebih baik kalau Kak Lugalgin mendengarnya langsung dari mulutku."

"Tidak! Aku melarangnya!" aku menjawab dengan tegas tapi nada rendah. "Aku harus memilah informasi yang mencapai Kak Lugalgin. Kamu mungkin tidak tahu, tapi, tampaknya, Kak Lugalgin menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa kita. Jadi, aku harus mencegah Kak Lugalgin semakin menyalahkan dirinya."

Aku masih ingat ketika Kak Lugalgin menyelamatkanku. Dia memelukku begitu erat dan berkata, "maafkan aku, maafkan aku," berkali-kali. Bahkan, rasanya, aku masih bisa merasakan tangan Kak Lugalgin yang gemetaran memelukku. Kak Lugalgin memelukku begitu erat, seolah tidak ingin berpisah dariku lagi.

Bukan hanya aku. Kak Lugalgin selalu melakukan itu ketika menemukan anak lain dari panti asuhan. Hanya waktu menemukan Maul beberapa hari yang lalu Kak Lugalgin tidak melakukannya. Yah, normal sih. Dulu, anggota Agade selalu meninggalkan Kak Lugalgin ketika dia menemukan anak panti asuhan. Saat menemukan Maul, dia tidak sendirian. Mungkin orang bilang Kak Lugalgin sudah tidak memperhatikan citra. Namun, bagi kami, Kak Lugalgin benar-benar masih jaga sikap.

Ketika menyelamatkan kami, yang aku lihat, bukanlah Kami diselamatkan, tapi sebaliknya. Yang aku lihat justru seolah Kak Lugalgin yang terselamatkan. Yah, benar. Itu yang aku lihat dari Kak Lugalgin.

"Eh? Tapi, semua itu bukan salah Kak Lugalgin. Sistem kerajaan ini yang salah, kan?"

Ya, aku juga sudah mengatakan hal itu berkali-kali pada Kak Lugalgin. Namun, sayangnya, Kak Lugalgin tidak pernah bisa menerimanya.

"Sayangnya, tampaknya, Kak Lugalgin tidak berpendapat seperti itu."

"Kenapa?"

"Entahlah. Tampaknya, Kak Lugalgin menyembunyikan sesuatu dari kita. Mungkin, mungkin, ada cara yang masih belum ditempuh Kak Lugalgin untuk mencari kita. Mungkin, inilah yang disesalkan oleh Kak Lugalgin."

"Kalau dugaanmu benar, aku bisa memahami perasaan Kak Lugalgin. Tapi, Kak Lugalgin pasti memiliki alasan kuat kan kenapa dia tidak menggunakan cara itu?"

"Tentu saja!"

Meski mulut ini memberi jawaban dengan tegas dan penuh keyakinan, saat ini, hatiku tidak bisa setuju. Aku tidak benar-benar tahu apa yang ada di dalam pikiran Kak Lugalgin. Jadi, sebenarnya, aku sendiri juga ragu. Daripada penuh keyakinan, lebih tepatnya, aku ingin yakin dan percaya.

"Bagian ini, yang aku blok, tolong dihapus. Informasi ini tidak terlalu penting dan bisa membuat Kak Lugalgin menduga yang tidak-tidak."

"Ah...oke."

I am No KingWhere stories live. Discover now