It's Doesn't matter

1.9K 317 10
                                    

AUTHOR'S POV

Drrt Drrt..
Drrt Drrt Drrt...

Karma menoleh ke atas meja. Ponselnya sedang berdering. Dia pun langsung duduk. Mengambil ponselnya. Dia sedikit terkejut dengan nama orang yang terpampang di ponselnya.

"(Name).. seolah-olah tau apa yang kualami... Dia meneleponku"

Sebelum mengangkat telepon itu, Karma diam sejenak dan memandang dahulu layar ponselnya. Berpikir apakah dia perlu mengangkatnya atau tidak. Akhirnya dia mengangkatnya.

"Halo..", ucap Karma pelan.

"Karma! Kenapa kau lama sekali mengangkatnya?! Aku sangat cemas! Aku tidak sengaja menjatuhkan gelas dan pecahan gelas itu melukai kakiku, dan entah kenapa aku tiba-tiba teringat kau.. dan aku ingin.. ingin meneleponmu, apa.. apa kau baik-baik saja..?"

"Aku baik, bagaimana denganmu?", Ucap Karma berbohong, dia lalu mengambil blazer yang sempat menjadi pelampiasan emosinya dan memasukkannya ke mesin cuci lalu mulai mencucinya.

"Oh hum baiklah, omong-omong kau sedang mencuci baju? Aku dengar ada suara mesin cuci"

"Aku mencuci blazermu, ini kotor sekali setelah aku berkelahi dengan seseorang"

"Apa?-∆- dasar kau ini!"

"Bagaimana kabar kakimu?"

"Aku sudah memperbannya, jadi tidak masalah"

"Hm...", Karma berpikir sejenak.

"(Name), menurutmu bagaimana jika seseorang menolong orang yang benar, tapi penolong itu disalahkan oleh orang lain karena orang yang ditolong penolong itu memang orang yang didiskriminasi..?", Ucap karma agak lesu.

"Sebentar kata-katamu ribet, aku pahami humm"

"Hm.."

"Ah ya pahan-paham, menurutku penolong itu tidak salah, jika memang yang didiskrimanasi itu di pihak yang benar, kenapa si penolong harus disalahkan karena perbuatannya? Malah kurasa orang yang menyalahkannya itu yang salah!-3-"

"Aku meyayangimu"

"E, eh??!! Ke, kenapa..."

"Ah aku harus mengeringkan blazermu, kututup dulu, sampai jumpa"

Karma pun menutup telepon itu sepihak. Entah kenapa, tanpa (name) tau masalah sebenarnya, mendengar (name) jelas-jelas telah membelanya, menjadi semangat baru bagi Karma.

Tanpa sadar dia memeluk blazer itu dengan erat. Menggantikan pemiliknya yang sedang berada di benua sebelah. Tapi, itu tidak berselang terlalu lama, karena Karma segera sadar bahwa pakaiannya telah basah oleh blazer yang baru diangkat dari mesin cuci.

"Ya ampun..", Karma segera membawa blazer itu lalu mengeringkannya.

Karma merasa sangat senang.
Sepertinya (name) adalah kunci kebahagiannya.
Yang bahkan tidak bisa digantikan oleh harta atau uang sebanyak apa pun.
Sekarang tidak ada lagi alasan Karma untuk dapat melupakannya.

°°°

HALO READERS CHAN:D

Cie cie yang tetep setia baca, chapter-chapter setelah ini semoga bisa bikin kalian baper, hadiah yang kalian dapat dari author karena sudah melewati berbagai penderitaan setelah semua cobaan di chapter-chapter sebelumnya 😂😂

Tunggu terus kelanjutannya, ya:D sampai jumpa di chapter selanjutnya:D

Like? Vote and comment please •3•)/

My Red DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang