DUA

25.9K 1.3K 17
                                    

Sesampainya di sekolah kedatangan Samudera sudah disambut oleh dua cewek cantik yang begitu populer yang bahkan juga menjadi idola anak laki-laki di SMANSA---SMA Negeri Satu, tempat Samudera dan Kanaya mengenyam bangku pendidikan sekolah menengah atas. Cowok itu membiarkan saja kedua lengannya digelayuti para cewek ganjen itu. Naya yang melihat hal tersebut tampak mendengkus kesal, sahabatnya kenapa bisa selempeng itu, sih? Ah iya, Naya lupa. Samudera Archandra memang playboy akut. Tidak heran kenapa cowok kampret itu masih terlihat santai.

Naya sendiri heran, kenapa cewek-cewek itu mau mendekati Samudera. Padahal sahabatnya itu pemalas, cuek, minim ekspresi, pelit senyum, irit bicara, bodoh, tidak bisa bermain basket, tidak romantis, tidak pandai bersikap lembut, kalau bernyanyi kadang fals, kalau bermain musik, nadanya terdengar asal karena tak tahu kunci-nya, banyak sekali kekurangan yang Samudera miliki. Dia bukan cowok sempurna seperti yang di novel-novel.

Naya berdecak, ia juga lupa bahwa cowok seperti itulah yang berhasil membuat jantungnya berdebar tak karuan. Naya lupa, bahwa dirinya sendiri juga menyukai---bahkan mencintai---cowok tersebut. Naya hanya kesal karena Sam membiarkan banyak cewek mendekatinya.

"Sam, lo mau kan jadi pacar gue? Gue denger kemarin lo baru putus dari Savina." Suara cewek yang bergelayut di lengan kanan Sam terdengar amat menyebalkan di telinga Naya. Naya mendecih sinis. Kakinya sedikit menghentak ke ubin koridor yang saat ini mereka lalui. Bahkan, melirik ke sisi-sisi koridor Naya dapat melihat banyak cewek yang menatap penuh puja secara terang-terangan pada Samudera yang tengah lewat. Malahan beberapa ada yang membeti cowok itu sapaan.

Naya yakin seratus persen bahwa sahabat sejak oroknya itu sama sekali tak menyunggingkan senyum, dan hanya gumaman khas cowok itu yang akan terdengar.

"Enak aja lo, Ri. Sam itu bakal jadi pacar gue!" Cewek satunya yang bergelayut manja di lengan kiri Sam menyahut kesal.

Naya lagi-lagi mendecih, menganggap cewek-cewek ganjen di depannya tersebut tidak punya malu. Bisa-bisanya menembak cowok yang baru putus dari pacarnya. Benar-benar tidak habis pikir Kanaya itu.

"Eh apa lo?! Nggak ya! Siska denger ya! Sam itu bakal jadi pacar gue. Kemana-mana orang tau lagi kalau gue lebih cantik dari lo, udah jelas dong Sam bakal milih gue." Riri, cewek itu berkata ketus. Siska tertawa sinis.

"Lo..." tangannya menunjuk Riri, "Lebih cantik dari gue?" Tangan Siska menunjuk dirinya sendiri. "Nggak. Mungkin!!" Katanya penuh penekanan.

Naya memutar bola matanya malas. Ia tahu, sekalipun Sam menerima pernyataan cinta salah satu cewek itu, kurang dari satu minggu bakal putus. Hal seperti ini sudah biasa. Bahkan sudah menjadi rahasia umum. Sam itu gampang bosan orangnya. Apalagi dengan orang-orang yang memanfaatkan dirinya. Sam bukannya tidak tahu bahwa cewek itu berlomba-lomba mendekatinya semata-mata karena popularitas. Siapa pun yang pernah menjadi pacar Samudera Archandra pasti akan dikenal seluruh orang di SMA itu.

"Oh jelas gue lebih cantik dari lo. Lo itu bukan futureable girlfriend, nggak cocok sama future boyfriend kayak Samudera gini. Apalagi lo cantik karena dempul lo itu. Coba lo kalau nggak pake make up, jelek banget woi! Dasar, itik buruk rupa mau jadi angsa, mana bisa lo?" balasnya sinis.

Ingin rasanya Naya tertawa mendengar perkataan Riri. Apalagi julukan untuk Samudera. Futureable girlfriend apanya? Future boyfriend apanya pula? Memang sih muka Sam bisa memperbaiki keturunan. Cowok yang berstatus sahabatnya---atau lebih tepatnya lagi cowok yang diam-diam Naya sukai itu memang tampannya sudah keterlaluan. Terlalu sulit mendefinisikan ketampangan cowok tersebut. Intinya Samudera adalah cowok terkeren dan tertampan di SMANSA.

"Lo!" Tuding Siska dengan suara menyentak, membuat beberapa siswa terkejut. Sudah sedari tadi banyak yang memperhatikan mereka, dan kini malah semakin bertambah.

Tidak mau terjadi kerusuhan, Naya segera melerai. "Woi udah jangan ngebacot mulu. Samnya aja nggak peduli, kalian malah ribut terus. Nggak guna tahu," kata Naya melerai. Cewek itu sudah berdiri di depan Sam. Tepat seperti dugaannya, Sam sama sekali tak memperlihatkan ekspresi apa pun yang berarti.

"Eh cewek jadi-jadian kayak lo mending diem aja deh. Nggak usah ikut-ikutan, mentang-mentang temennya Sam juga" Siska berkata sarkas. Naya mengedikkan bahunya tak acuh, terlihat masa bodoh dengan ucapan Siska tersebut.

"Bener tuh, mentang-mentang atlet taekwondo lo pikir kita takut? Cewek kayak lo mending diem aja. Lo tuh yang nggak guna," sahut Riri sadis.

"Ya gue sih nggak suka aja denger suara cempreng kalian berdua. Gue kasian sama telinga gue. Frekuensi suara kalian itu bisa-bisa ngerusak gendang telingan gue tahu!" Naya masih membalasnya dengan santai, membuat kedua cewek yang merebutkan Samudera Archandra itu mendengkus malas.

"Nggak ngaca lo Nay, suara lo tuh yang cemprengnya ngalahin knalpot bajaj." Riri berkata tidak terima.

"Nggak pa-pa, daripada kalian kayak terompet." Naya tersenyum sinis sebelum melanjutkan ucapannya, "Lagian kenapa Sam harus milih? Kalian berdua aja sama-sama bisa jadi pacar Sam. Bener nggak Sam?" Riri dan Siska memandangi Sam. Sam bergumam malas menjawabnya. Kedua cewek itu sontak mengerucutkan bibirnya kesal.

"Ih, pokoknya lo harus milih gue Sam. Lo harus milih Rini Saphira buat jadi pacar lo."

"Enggak, lo harus milih Siska Wijaya. Siska Wijaya lebih cantik!"

Naya berdecak, "Sam, gue ke kelas duluan, males gue deket-deket mereka," kesal Naya tanpa menunggu jawaban dari Sam langsung berlalu begitu saja. Samudera menghela napasnya, ia tahu bahwa kawannya tengah marah sekarang.

TBC

Future BoyfriendWhere stories live. Discover now