TUJUH

16.3K 956 7
                                    

Naya berdecak melihat Samudera yang tampak tertidur pulas. Cowok ini tipe manusia kebo yang sulit dibangungkan. Menjepit hidung mancung Samudera, ia berharap cowok itu segera bangun dari tidurnya.

"Ehm ... apaan sih?" Suaranya bergumam, matanya masih memejam.

"Bangun kebo! Katanya mau cari Doraemon," kata Naya. Seketika mata Samudera terbuka.

"Hmm... ayo," katanya yang tiba-tiba terlihat bersemangat. Naya tak berhenti heran.

"Cuci muka lo. Jijik gue liat iler lo," ketus gadis itu.

Sam bergumam dan mengusap sudut bibirnya yang memang tengah ditempeli air liur cowok itu sendiri. Naya kembali bingung, cowok jorok seperti Samudera ini kenapa banyak yang suka? Seharusnya hanya ia saja yang menyukai Samudera sehingga dirinya tidak harus memiliki banyak saingan.

Biarpun jorok di dalam, tapi dari luar Samudera terlihat seperti orang yang sangat menjaga kebersihan. Wajahnya yang putih mulus tanpa setitik pun noda jerawat. Orang-orang pasti mengira kalau Sam rajin membersihkan mukanya, padahal kenyataannya cowok itu begitu malas menyentuh air untuk membersihkan tubuhnya sendiri.

"Jorok banget lo Sam," komentar Naya yang tidak Sam pedulikan. Cowok itu beranjak dari posisinya. Memandang Naya sekilas lantas melihat ke arah luar melalui jendela rumah Naya. Tangannya ia masukan ke dalam saku celana pendek yang ia kenakan.

"Ayo. Lo panasin motor gue selagi gue cuci muka," katanya. Naya berdecak. Cewek itu memasukkan tangannya ke dalam saku jaket denim yang ia kenakan, bola matanya menatap Sam dengan malas.

"Kenapa nggak dari tadi sih? Harusnya lo tadi nggak tidur, tapi panasin motor lo, habis itu siap-siap. Muka lo kusut banget, serem gue lihatnya."

"Males. Ya udah ayo." Sam berjalan ke luar rumah lebih dulu, Naya berdecak kesal tak urung mengekori Samudera yang berjalan malas-malasan.

***

Samudera dan Kanaya sudah berada di pusat perbelanjaan. Tepatnya di toko mainan. Sepasang sahabat itu tampak memperhatikan jejeran mainan-mainan yang berhubungan dengan Doraemon di depannya. Naya menatap lelah, sementara Samudera terlihat antusias.

"Beli yang mana, ya?" gumamnya lirih.

"Katanya lo mau beli yang robot, ya beli yang itu aja," sahut Naya tak acuh.

Sam bergumam sebelum menjawab. "Uang gue nggak cukup. Mahal ternyata," katanya datar.

"Mau yang boneka tapi di rumah udah banyak, udah gitu nanti sama Mama diejek terus. Atau gue titipin di rumah lo aja. Tapi gue mau lo rawat seperti anak lo sendiri." Mata Sam masih fokus menatap boneka-boneka Doraemon di depannya. Tidak memghiraukan Naya yang mulai malas berada di tempat itu.

"Ya udah, lo tunggu sampai uang lo cukup aja."

"Nggak bisa. Keburu gue beliin game baru."

"Lo mah kebanyakan godaan." Sam hanya berdeham.

"Lo kok ngeselin ya?"

"Nggak tahu. Eh, apa nggak usah beli aja? Gue baru inget, bentar lagi Mama ulang tahun, gue pengen beliin sesuatu buat Mama." Sam menatap Naya. Meminta pendapat.

"Ya terserah lo aja sih, habisnya uang-uang lo sendiri." Sam mengangguk.

"Ya udah nggak usah aja. Nanti kalau udah ada duit bisa cari lewat olshop." Meski berkata dengan datar Naya dapat melihat sorot tidak rela di mata cowok itu. Wajar saja, karena robot Doraemon itu stock-nya tinggal satu dan kata penunggu toko mereka tidak akan merestocknya lagi. Karena produksinya yang sudah dihentikan. Ibaratnya robot Doraemon yang menjadi incaran Sam ini lumayan limited edition, desainnya juga sangat unik, sangat wajar kalau harganya setinggi langit. Kasihan juga kalau begini.

"Iya. Manut kalau gue mah." Naya mengangguk.

"Kita cari toko kue aja ya? Kita pesen kue buat ultah Mama minggu depan, sekalian entar cari hadiah." Naya kembali mengangguk.

"Gue keluar duluan, lo kalau mau cari sesuatu cari aja. Gue nggak tahan lama-lama di sini, bawaannya pengen nyolong robot-robotan itu," kata Samudera. Tanpa menunggu balasan Naya, segera melangkahkan kakinya keluar toko. Naya diam di tempatnya ia menatap pada robot Doraemon yang tengah menyengir sambil meraup banyak dorayaki di tangannya.

"Mbak!" Naya memanggil Mbak Penjaga Toko setelah penampakan Sam tak teelihat matanya. Wanita itu menghampiri Naya seraya memberi senyum ramahnya.

"Mbak saya beli robot itu. Bisa dikirim ke alamat saya kan nanti?"

"Iya, Mbak."

"Ya udah. Bisa pakai debit, kan?"

"Bisa Mbak. Mbak tulis dulu alamatnya, barangnya akan segera kami packing." Naya tersenyum seraya mengangguk.

"Ke arah sini Mbak, mari." Wanita penjaga toko itu menuntun Naya ke meja kasir, Naya menurut. Kemudian Naya segera menuliskan alamat rumahnya. Sementara mbak-mbak itu memproses transaksi Naya melalui kartu debit yang semula sudah Naya serahkan. Sahabat Samudera itu menerima uluran kartunya serta struck pembayaran, ketika transaksi telah selesai dan mbak itu mengembalikan kartu Naya.

"Terima kasih Mbak sudah berbelanja di sini. Sampai bertemu kembali." Naya hanya tersenyum sebelum akhirnya berjalan keluar menyusul Samudera.

Naya mengambil ponselnya, mendial nomor Sam dan menelepon cowok itu. Baru nada sambung pertama terdengar, Sam sudah mengangkatnya.

"Lo di mana?"

"Keke's Cake."

"Oke, gue ke sana. Tunggu."

Setelahnya sambungan terputus. Naya segera menyusul Sam yang sudah berada di toko Keke's Cake.

TBC

Future BoyfriendOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz