LIMA

17K 1.1K 6
                                    

Hari minggu, ingin rasanya Naya bermalas-malasan di rumah. Ia sedang malas pergi keluar, meski dari tadi ia tak berhenti menerima pesan dari teman-temannya yang mengajak hangout ke mall, bioskop, dan juga ke kafe. Malahan ada yang mengajak Naya pergi ke toko buku. Namun semua itu Naya tolak.

Naya tidak berharap Sam akan mengajaknya, karena rasanya hal itu tidak mungkin. Pasalnya, Samudera baru memiliki pacar, pastilah sahabatnya itu bakal pergi dengan pacarnya. Tidak dengan sahabatnya yang dia kata cewek jadi-jadian ini.

Tadinya Naya mau ikut Bi Yatmi ke pasar, tapi tidak jadi karena Bi Yatmi bilang beliau mau mampir dulu ke rumah saudaranya. Naya tidak jadi ikut karena pastinya akan canggung. Terakhir kali ia ikut ke rumah saudara Bi Yatmi, dirinya disambut dengan meriah, diperlakukan seperti putri raja, dilayani, bahkan orang yang lebih tua darinya pun malah memperlalukannya dengan sopan, seolah-olah dirinya memang putri raja atau bahkan malah ratunya. Naya tidak suka diperlakukan seperti itu, baginya dirinya bukan apa-apa, bukan siapa-siapa pula. Ia hanya bernasib beruntung karena menjadi anak majikan Bi Yatmi.

Ketika Naya turun dari kamarnya yang ada di lantai dua, gadis itu sedikit terkejut mendapat sang sahabat yang duduk santai di sofa cokelat kesayangannya. Cowok itu tampak asyik menonton tayangan televisi yang tengah menampilkan kartun Doraemon.

"Ngapain lo di sini?" Tanya Naya ketus. Sam menoleh sebentar, tidak menjawab dengan suara namun memberi kedikan bahu, lantas kembali menoleh dan menonton Doraemon lagi.

Naya berdecak, mempercepat langkahnya menuruni tangga hingga akhirnya sampai di sisi Samudera. Cewek itu mendudukkan dirinya di sana. Ikut menonton Doraemon. Kartun kesukaan sahabatnya. Meski datar, dingin, dan irit bicara begitu, Samudera sangat menyukai Doraemon. Tidak ada yang tahu, nyaris tidak ada kecuali Naya dan orang tua Samudera sendiri.

"Nonton Doraemon." Sam baru menjawab.

"Gue juga tahu Goblok! Maksud gue, ngapain lo pagi-pagi udah ada di rumah tetangga? Mana si pemilik rumah belum kasih izin lagi. Ini seenaknya aja nonton tv," cerocos Naya dengan sisa-sisa kekesalannya kemarin. Naya masih ingat betul kemarin dirinya nyaris terlambat ke sekolah, untung gerbang sekolahnya belum ditutup---hampir ditutup sebenarnya. Dan yang paling menyebalkan, cowok itu sama sekali tidak meminta maaf.

"Oh itu. Mama marah soalnya gue nggak mau ngantarin dia ke pasar. Jadi, remot tvnya disembunyiin, terus nggak bisa nonton. Sayang kuota juga kalau mau streaming, kalau pakai wifi, sama Mama udah diganti password-nya," cowok itu menjawabnya tak acuh. Bibir Naya berkedut, bukan mau tersenyum, tapi karena sudah tak tahan meneriaki sahabatnya itu.

"Dasar! Enak banget deh lo."

Sama seperti biasanya Sam hanya bergumam.

"Eh lo nggak ngajak pacar lo jalan-jalan emang?"

Samudera menggeleng.

"Kenapa?"

"Nggak ada pacar."

Naya seketika tertawa, "Lah, lo beneran putus."

Samudera mengangguk, "Berkat do'a lo," imbuhnya.

"Wah manjur juga ya do'a gue. Kapan-kapan gue do'ain lo cepet ngadep Tuhan deh," katanya masih dengan tawa. Samudera tak menanggapi, cowok itu malah menyenderkan kepalanya di bahu Naya. Membuat Naya terkejut namun pada akhirnya memilih diam, tahu kalau mood sang sahabat tak begitu bagus.

"Jangan berisik," katanya dan Naya hanya mengangguk.

TBC

Future BoyfriendWhere stories live. Discover now