EMPATBELAS

15.8K 1K 22
                                    

Naya berjalan memasuki kamar Sam yang lumayan luas. Matanya langsung tertuju pada Sam yang tampak meringkuk di atas ranjang dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Naya berdecak, tak urung melangkahkan kakinya mendekati cowok itu.


"Bisa sakit juga lo," kata Naya terdengar mengejek, Samudera yang ternyata sama sekali tidak tidur dan hanya memejamkan matanya hanya bergumam malas. Terlihat tidak bersemangat menanggapi ejekan sang sahabat.

Naya mendudukkan diri di tepi ranjang, lantas menempelkan punggung tangannya ke atas dahi Samudera yang sebelumnya terdapat kain basah. Cewek itu terlebih dahulu menyingkirkan kainnya sebelum mengecek panas tubuh sahabatnya tersebut. Tubuh Naya sedikit berjingkit merasakan panas yang sedikit tidak wajar. Hal pertama yang terlintas di kepala Naya, demam Sam terlalu tinggi.

Yang membuat Naya merasa semakin kasihan pada Sam adalah ruam merah dan juga bentol-bentol besar di sepanjang kulit cowok itu. Naya tahu, itu belum seberapa. Bisa saja di perut dan juga punggung Sam lebih parah bentol-bentolnya. Dan sejak tadi sahabatnya terlihat berusaha menahan diri untuk tidak menggaruk kulitnya.

"Lo sih Sam, seharusnya tadi tuh lo nggak makan keripik udang gue. Gue juga bodoh sih, malah biarin lo gitu aja," Naya bergumam penuh sesal. Sam tampak membuka matanya, tatapan sayu langsung cowok itu tujukan pada Naya.

"Ck, lo emang bodoh. Tapi jangan nyalahin diri lo juga kali," balas cowok itu lirih, menatap Naya dengan pandangan malasnya.

"Tapi gue kan emang bodoh. Udah tahu kalau lo alergi udang, malah biarin lo sakit. Gue lupa kalau lo bisa sakit. Gue emang bukan sahabat yang baik." Naya tersenyum samar, dalam hati menertawakan dirinya yang tidak berguna.

Samudera memaksa tubuhnya duduk bersandar ke kepala ranjang. "Jelas gue bisa sakit. Gue manusia. Di dunia ini nggak ada yang sempurna. Kalau seandainya lo ngerasa sempurna berarti lo bukan manusia." Sam berkata lirih, memaksa mulutnya berkata banyak meski sebenarnya ia sangat malas, belum lagi tenaganya yang terasa terkuras.

"Maksud lo?" Naya bertanya tidak paham.

"Ya lo jangan mikir kalau gue itu sempurna, Tolol!" Meski dalam keadaan sakit, cowok itu masih sempat-sempatnya menjitak kepala Naya. Ya meski tidak sekuat jitakan Sam yang biasanya.

"Lo ih!" Naya merengut kesal. Sam tersenyum tipis, senyum yang terlihat mahal karena cowok itu jarang memperlihatkan senyumnya.

"Lo bawa apa?" tanya Sam yang baru sadar dengan keberadaan kotak yang dibungkus kertas kado di dalam plastik di sisi tubuh Naya.

"Owh," Naya mengambil kotak itu. "Robot Doraemon kesukaan lo," lanjutnya. Mata Samudera seketika melebar.

"Lo beli?" Naya mengangguk mendengar pertanyaan singkat sang sahabat. Samudera mengerutkan keningnya. Seolah bertanya untuk apa cewek itu membeli robot Doraemon padahal kenyataannya Kanaya Sarasvati tidak begitu menyukainya.

"Ya. Buat lo." Sam merengut tidak suka.

"Kenapa muka lo? Gue tahu kok kalau lo pengen banget punya robot ini. Tapi uang lo belum cukup. Dan lo takut kehabisan stoknya. Lagian anggap aja ini kado ulang tahun lo," kata Naya lagi.

Samudera menggeleng lirih, "Ultah gue udah lewat."

"Ck, udah gausah dipikirin. Mending tiduran aja. Biar badan lo gue kompres, panas tubuh lo itu nggak wajar tahu!" Naya memaksa tubuh Sam untuk berbaring, Sam yang tidak memiliki banyak tenaga akhirnya menurut saja. Ia tidak lagi mendebat ucapan Naya, lagipula di sini ia tidak dirugikan malah diuntungkan karena dirinya dibelikan robot-robotan itu.

Future BoyfriendWhere stories live. Discover now