TIGABELAS

15K 966 18
                                    

Naya sudah berdiri di depan pintu rumah Samudera. Ia sudah bersiap mengetuk pintu, namun ternyata pintu sudah dibuka dari dalam.

"Eh Naya?" Mama Sam terlihat kaget, tak urung menyunggingkan seulas senyum untuk Naya.

"Kamu di sini," sapa Mama Sam seraya membenarkan pasmina hitamnya. Kening Naya berkerut, mengapa Mama Sam berpakaian serba hitam? Seperti mau melayat saja.

"Eh iya Tan, mau ketemu Sam." Naya menyunggingkan senyumnya. Mama Sam tampak mengangguk, lalu matanya beralih menatap kotak yang Naya bawa.

"Kamu bawa apa ini, Nay?" tanya Mama Sam itu.

"Oh, ini. Bukan apa-apa Tan, cuma bingkisan kecil aja buat Sam." Naya menjawab canggung.

"Tapi bentuknya gede loh Nay, nggak kecil tuh," celetuk Mama Sam dengan ekspresi polosnya.

Naya sontak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa canggung seketika. "Kamu harusnya nggak usah repot-repot Nay. Nggak perlu kasih apa-apa buat Sam, yang ada itu anak keenakkan," ujarnya.

"Ma, ayo berangkat, keburu malem," kata Papa Sam yang tiba-tiba sudah berada di belakang istrinya. Naya memperhatikan ayah dari sahabatnya itu, setelan bajunya sama-sama hitam.

"Loh Naya," sapanya. Naya menyengir.

"Malam Om," sapa Naya balik.

"Iya Pa, tapi Mama masih mau nelepon Bibi dulu. Suruh ke rumah, kasihan Sam itu, masa nggak ada yang ngurusin?" Mama Sam tampak mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya. Naya mengerutkan kening, memangnya Sam kenapa?

"Mama lupa ya? Bibi kan lagi ada acara keluarga, cucunya lagi dikhitan. Mana bisa Mama suruh ke rumah? Palingan kalau bisa ya nanti malam habis jam sepuluhan. Biar pun rumahnya dekat tapi kasihan juga kalau suruh Bibi malem-malem pulang ke sini," kata Papa Sam, dengan matanya yang melirik pada jam yang melingkar di tangan kirinya.

"Eh maaf Om, Tante, ada apa ya? Barangkali Naya bisa bantu," kata Naya menyela. Papa dan Mama Sam menghela napas bersamaan.

"Ini loh Nay, alerginya si Sam kumat. Badannya ruam-ruam, terus demam juga. Anak itu, susah banget dibilanginnya. Suka sih suka, tapi kan dianya alergi ya nggak harusnya makan itu makanan. Kalau udah sakit gini ngeluh-ngeluh terus kan dianya." Mama Naya berkata setengah mengomel. Naya mengerutkan keningnya untuk yang kesekian kali.

Seolah tersadar, Naya berjingkit kaget, "Sam baru makan udang berarti Tan?" Papa Sam yang mengangguk, menjawab pertanyaan Naya.

Naya berdecak lirih, ia sadar apa yang membuatnya janggal tadi siang. Samudera memakan keripiknya yang diberi bumbu balado udang. Samudera memang menyukai sea food, terlebih lagi makanan sejenis udang dan lobster. Tapi sayangnya cowok itu tidak bisa makan udang, tentu saja karena alergi yang dideritanya. Karena Sam nekad memakan makanan yang mengandung cita rasa udang, alhasil dirinya akan mengalami ruam-ruam di sepajang tubuh, serta badannya akan demam.

"Sebenernya Om sama Tante nggak tega buat ninggalin Sam. Tapi mau gimana lagi? Tantenya Sam, adiknya Om yang di Bandung meninggal dunia. Kalau Sam diajak melayat, malah kasihan. Ini Bibi juga nggak bisa disuruh ngurus Sam." Papa Sam tampak bingung ketika mengatakan kalimat itu. Ada binar sedih di matanya. Mungkin karena saudara perempuannya meninggal dunia. Lagipula siapa yang tidak sedih kalau ditinggal salah satu anggota keluarganya?

"Naya turut berbela sungkawa ya, Om. Om Chandra harus kuat, Naya yakin adik Om sudah tenang di atas sana." Cewek SMA itu mengangsurkan senyum simpatiknya. Yang kemudian dibalas dengan senyum seadanya oleh ayah Samaudera, Archandra.

"Terima kasih Nay." Naya tersenyum. Mama Enji, Mamanya Sam ikut tersenyum.

"Ya udah Tan, Om, biar Naya aja, yang jagain Samudera," usul Naya.

"Eh, nggak usah. Nantinya malah ngerepotin kamu." Wanita paruh baya yang masih tampak muda di usianya yang memasuki kepala empat itu memandang Naya dengan raut tidak enak. Tangan kanannya bergerak ke kanan dan kiri beberapa kali, seolah menolak tawaran Naya.

"Kayak sama siapa aja Tan, nggak apa-apa kok. Samudera itu kan sahabat Naya dari orok. Naya jelas nggak maulah kalau sampai terjadi apa-apa sama Sam. Tante nggak usah bingung, biar Naya yang jagain Sam. Naya yang bakal ngerawat kebo bandel itu." Naya menyengir, tidak merasa takut karena telah menyebut anak dari pasangan suami istri di depannya tersebut dengan sebutan kebo bandel.

"Makasih banyak ya Nay, udah bantu Om sama Tante. Jadi nggak enak ngerepotin kamu terus. Makasih banyak ya," kata Mama Sam dengan tatapan terharunya. Wanita itu sampai memeluk Naya dengan erat.

"Udah seharusnya kan kita saling membantu. Ya udah, Om sama Tante berangkat aja, takutnya malah kemalaman," kata Naya berikutnya.

"Ya udah Ma, ayo." Papa Sam buka suara.

"Pamit ya Nay, titip Sam, kalau Samnya manja, nggak usah kamu hirauin banget, jangan mau kalau disuruh-suruh," pesan Enji.

"Iya Tan, beres! Om sama Tante hati-hati di jalan."

Orang tua Samudera pun tersenyum, sebelum akhirnya berjalan menuju mobil yang sudah terparkir di depan gerbang dengan supir kelurga yang sudah bersiap menghidupkan mobil. Naya menghela napas, kemudian memutuskan masuk ke dalam rumah besar itu.

TBC

Future BoyfriendWhere stories live. Discover now