ENAM

17.1K 1K 4
                                    

Televisi di depan mereka menayangkan closing dari berakhirnya kartun Doraemon. Samudera memandang sedih televisi di depannya. Karena dirinya yang terlalu menyukai kartun itu, dia selalu merasa kehilangan ketika kartunnya berakhir.

Naya yang melihatnya hanya berdecak, Sam itu orangnya datar, malas juga, sama sekali tidak memiliki pergerakan yang signifikan dalam hidupnya. Siklus hidup Samudera juga sama saja. Hanya karena Doraemon cowok yang masih menyenderkan kepala di bahunya ini sedikit memiliki emosi.

"Jalan yuk?" Naya mengerjapkan matanya beberapa kali kala mendengar ajakan sang sahabat, Samudera Archandra.

"Bercanda lo ya?" Naya tertawa, ia menganggap ajakan Sam itu hanya sebatas candaan. Sam berdecak kesal. Tangannya menoyor kepala Naya, membuat cewek itu mengaduh kesakitan.

"Menurut lo?" tanyanya bernada datar, tetapi tidak dengan mata cowok itu yang menatap Naya dengan tajam. Naya terkekeh, sebelum mengatungnya dua jari---telunjuk dan jari tengah---nya, seolah berkata 'peace'.

"Iya." Sam berdecak mendengar jawaban Naya.

"Jadi nggak mau nih?" tanyanya sambil menegakkan badan. Matanya menatap Naya dengan dalam, membuat jantung Naya yang semula sudah berdetak tak normal semakin tak normal. Dalam hati cewek itu berdoa semoga Samudera tidak mendengar dekat jantungnya yang tidak wajar tersebut.

"Siapa bilang? Gue kan cuma ngira lo bercanda. Lagian nggak biasanya lo mau jalan-jalan. Apalagi sama gue. Kan lo lebih suka di rumah, nonton kartun anime, tidur, atau main PS---play station. Sekalinya keluar pasti ngajak pacar. Gue kan cuma pelarian lo," kata Naya ketus. Samudera mengedikkan bahunya tak acuh.

"Sadar diri juga. Ya udah, mau nggak? Kalau enggak, gue mau numpang tidur di kamar lo," balas Sam santai. Sedetik kemudian mulut cowok itu terbuka lebar, matanya menyipit, tangannya terangkat menutupi mulutnya tersebut. Cowok itu tengah menguap rupanya. Naya mencebikkan bibirnya kesal.

"Lo ngantuk malah ngajak gue jalan. Stres lo ya?"

"Nggak. Sehat, kok. Gue mau cari robot Doraemon. Kalau gue datang ke tokonya sendiri, orang-orang bakal natap gue aneh."

Samudera memang pernah mendapat tatapan aneh kala dirinya masih duduk di sekolah menengah pertama dulu, karena dirinya yang membeli boneka Doraemon. Mungkin orang-orang itu berpikir dirinya yang terlihat seperti kebanyakan anak laki-laki normal yang malah memiliki kadar kecuekan di atas rata-rata, terlihat sangat menyukai Doraemon yang wajarnya banyak disukai anak gadis. Memang aneh, tapi hal satu itulah yang sangat Samudera sukai selain tidur dan makanan enak.

"Doraemon mulu isi kepala lo. Nggak ada yang lain apa?" Naya lagi-lagi berdecak.

"Ada. Gue lagi mikir gimana caranya tidur lama tanpa dibangunin," katanya santai, tak memikirkan dampak dari ucapannya yang membuat Naya terbahak hebat.

"Wah, gue nggak nyangka lo mikirin begituan. Itu mah gampang Sam, lo jalan ke tengah rel kereta, eh karena relnya jauh lo pergi ke tengah jalan aja. Nunggu sampai ada mobil yang nabrak lo, habis itu lo ketabrak terus mati deh. Lo bakal tidur dan nggak bakal ada yang bangunin lo. Atau lo bisa terjun dari atap rumah lo, gue jamin deh." Naya memberi saran setelah tawanya terhenti. Nyaris tiga menit Naya membuang-buang waktunya dengan tertawa, dan selama itu Samudera hanya menontonnya dengan raut terheran-heran.

"Lo tolol atau goblok sih? Lo punya otak nggak pernah dipake?" Naya cemberut mendengar pertanyaan Sam.

"Jahat ih!"

"Orang mati mah masih dibangunin. Itu sama malaikat Munkar dan Nakir, malah kalau amalnya buruk langsung ditempatin di tempat yang nggak enak," kesal Sam. Naya tercengang baru kali ini ia mendapati nada suara cowok itu yang terdengar amat-sangat kesal. Berbeda dengan biasanya, kalau pun kesal biasanya cowok itu tak menunjukkannya secara terang-terangan. Hanya dengan dehaman Sam membalas, yang ternyata malah membuat lawan bicaranya lebih kesal.

"Salut gue, hari ini lo banyak ngomong, terus lo punya perkembangan di intonasi suara lo. Hebat!" Naya lebih memilih mengomentari cara bicara sahabatnya dibanding dengan apa yang sahabatnya itu paparkan.

"Sialan!" Baru saja dipuji, suara Samudera sudah kembali datar saja. Naya menyengir lebar.

"Lo mau nggak sih gue ajak jalan? Kalau enggak ya udah, kasih gue izin buat tidur di kamar lo," kata Sam lagi, masih tanpa nada.

"Iya, iya, gue mau. Tunggu bentar, gue ganti baju."

"Cepetan!"

"Iya bawel."

"Gue nggak bawel."

"Bodo amat!"

Naya pun beranjak dari duduknya dan segera berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Samudera yang membaringkan tubuhnya ke sofa. Niatnya mau tidur sebentar, selama menunggu Naya selesai ganti baju.

TBC

Future Boyfriendحيث تعيش القصص. اكتشف الآن