Powerless

2.6K 419 68
                                    

Krist melihat jam tangannya ternyata sudah waktunya makan siang, ia lupa diri karena terlalu asik meracik kopi untuk semua pelanggannya yang datang, Krist memang seperti itu jika sudah asik dengan dunianya. Ia menanggalkan appron miliknya bersiap untuk makan siang bersama Sanan dan Phi Tay. Semoga saja mereka belum menunggu.

"Jun, aku akan makan siang di luar, kau ingin titip sesuatu?"

"Tak usah Phi, aku dan beberapa karyawan akan makan bersama di cafe"

"Baiklah, aku tinggal dulu"

Krist keluar dari cafenya dan ternyata berbarengan dengan Sanan dan Phi Tay yang keluar dari Studio.

"Ku pikir kalian sudah lama menunggu ku"

"Aku sudah ingin keluar menghampiri Oppa sejak tadi tetapi Phi Tay menyuruh ku untuk menunggunya" Sanan kesal, ia memang berencana menjemput Krist di cafe.

"Krist juga baru keluar itu berarti pekerjaannya juga baru selesai, kau akan menggangunya jika pergi ke cafe sejak tadi"

"Oppa.. Tak bisakah kita pergi hanya berdua saja, Phi Tay sangat berisik"

Tay menyalakan kamera depan ponselnya "Nih.. Nih.. lihat ponsel ku, kau akan menemukan seseorang yang suaranya bisa merusak gendang telinga"

"Guys... Apa dengan berdebat akan membuat perut kalian kenyang?" Ucap Krist menginterupsi pertengkaran mereka.

"Benar juga, ngomong-ngomong kita akan makan dimana Oppa?"

Krist nampak berpikir, bodoh sekali dia, ingin mengajak makan tetapi belum memikirkan akan makan dimana.

"Ehm... bagaimana kalau sushi?"

"Ah.. Semalam aku makan sushi bersama teman ku, coba Oppa pikirkan yang lain?"

Krist berpikir lagi, ia juga bingung harus makan apa. Krist bukan penggemar makan, ia hanya makan sesuai kebutuhannya.

"Kalian sedang apa di depan studio?"

Sebuah suara mengagetkan mereka yang sedang berpikir tentang tempat makan yang harus mereka kunjungi.

"Kita sedang berpikir Sing"

"Berpikir apa?"

"Pasta untuk siang ini apa Sanan dan Phi Tay tak masalah?" Ucap Krist

Sanan menganggukan kepalanya antusias, pasta terdengar sangat nyaman ditelinganya.

"Aku tak masalah makan apapun" Ucap Tay.

"Kalian akan makan bersama?" Tanya Singto lagi.

"Iya Phi Sing, Krist Oppa akan mengajak aku dan Phi Tay makan pasta"

"Diizinkan, tetapi tidak boleh lewat dari
jam makan siang kalian"

"Tapi Sing kita saja belum berangkat, terlambat sedikit tak apalah, aku juga baru ada customer jam 4 sore"

"Iya Phi, aku juga sudah meminta tolong pada Aim untuk menggantikan ku sebentar"

"Aku tak bisa ditawar" Ucap Singto sembari memainkan ponselnya.

"Phi please... Boleh ya?"

"Tidak Sanan"

Sanan mengerucutkan bibirnya.

Krist sejujurnya kesal dengan tingkah pria di depannya, demi neptunus mereka hanya akan makan sebentar saja toh tidak akan terlalu terlambat.

"Kalian tunggu apalagi? semakin cepat kalian pergi makan semakin cepat juga kalian kembali"

Saat mereka ingin pergi, sebuah mobil yang sangat familiar memasuki kawasan cafe dan berhenti tepat di depan mereka. Seorang pria dengan pakaian rapih lengkap dengan suit keluaran brand terkenal tak lupa kacamata hitam melengkapi tampilan pria itu, keluar dari mobilnya dan menatap lurus ke arah seseorang.

"Phi Lee"

Lee masih berdiri di dekat pintu mobilnya.

"Ayok makan siang"

"Maaf Phi, aku sudah bilang akan makan dengan teman-teman ku kan"

"Cepat Krist cuaca panas sekali"

"Phi maaf aku benar-benar tidak bisa"

Lee berjalan ke sisi pintu mobil penumpang, ia membuka pintunya kemudian ia memberi kode pada Krist untuk segera masuk.

Krist mematung, ia tak enak dengan teman-temannya karena sudah janji, karena dia juga yang mengajak mereka tetapi Lee sedang dalam mode tak bisa dibantah.

Krist menghembuskan nafasnya kasar, kemudian memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan Sanan dan Tay.

"Maaf" Hanya itu yang bisa keluar dari bibirmya.

"Pergilah, kita mengerti Krist"

"Maaf Phi Tay, Sanan"

Sanan hanya mengangguk lemah.

Kemudian Krist masuk ke dalam mobil Lee dan mereka pergi meninggalkan cafe.

"Selalu seperti itu" Protes Sanan.

"Mau bagaimana lagi, kita sudah terbiasa dengan suasana ini kan, kita delivery makanan saja aku sudah tidak mood pergi kemana pun" Ucap Tay sembari melangkah ke dalam studio diikuti Sanan.

Sejak tadi semua adegan di depan matanya tak luput dari perhatian Singto, si tukang kopi itu seperti tak punya kekuatan untuk menolak perintah pria yang menjemputnya. Memangnya siapa pria itu, sepenting apa dia, oh atau jangan-jangan pria itu adalah kekasih si tukang kopi, jika begitu pantas saja ia menurut. Oh.. shit kenapa ia harus mengurusi hal yang tidak penting, ia sampai lupa janjinya dengan Foxy.

Hallo.. si Tattoo Artist dan Barista menyapa kalian siang ini, long time no see gengs.

Kenapa masih sedikit ceritanya? karena memang masih perkenalan aja biar kalian terbiasa dulu, tak kenal maka tak sayang bukan?😁

Mon maap kalo yang ini masih belum sering update karena masih fokus lapak sebelah dulu. Seperti biasanya aja akan gue seriusin setelah yang sebelah selesai.

Jangan sampai ga dibaca ya gengs, dan terima kasih untuk semua supportnya.

*Semesta Untuk Peraya*

To Your TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang