The Reason Why

2.8K 411 64
                                    

"Jadi kau memutuskan untuk memaafkannya begitu saja?"

"Au... Phi Tay, kau baru datang?"

"Hmmm" Tay mengangguk "Aku ingin ke ruangan Singto tetapi melihat mu keluar rasanya kita butuh berbicara tanpa ada pria itu"

Tay melihat Krist keluar dari ruang Singto saat dirinya sampai, ia memutuskan untuk mengukuti Krist yang ternyata pergi menuju kantin rumah sakit untuk membeli makanan.

"Ayok kita duduk dulu, aku akan menceritakan sebuah kisah padamu" Krist mengajak Tay menduduki sebuah kursi, Singto sedang tidur karena itu ia bisa lepas untuk sementara waktu karena jika pria itu bangun, kemanjaannya melebihi anak balita.

"Ingin cerita apa?"

"Latar belakang yang membuatku mengambil keputusan seperti ini, meski semua orang meneriaki betapa bodohnya aku"

"Ya.. Kau memang bodoh, bahkan sebelum pria itu berjuang untuk mu, lagi dan lagi kau yang menyelesaikan semuanya"

Krist hanya tersenyum sembari menyesap kopinya, mungkin ini saat yang tepat ia membuat orang lain paham atas semua keputusannya. Krist mulai menerawang ke masa lalu.

"Beberapa tahun lalu, aku adalah pria yang keras kepala, pria yang selalu mementingkan diri sendiri, pria yang sulit diajak kompromi jika tak sesuai dengan keinginan ku maka aku akan membuangnya begitu saja. Suatu hari pria itu dihubungi oleh kedua orang tuanya, mereka ingin sekali mengajak anak satu-satunya berlibur bersama karena sudah lama tidak melihat anaknya pulang ke rumah. Tetapi sang anak menolak karena sedang sibuk mengurusi pembukaan bisnis pertamanya. Kau tahu Phi, cara kerja Tuhan untuk membuat kita sadar bahwa orang yang sedang bersama kita begitu berarti memang tak bisa diterka, aku tak menyangka ajakan berlibur mereka ternyata menjadi permintaan terakhir mereka padaku"

"Maksud mu?"

Krist mencoba menghirup oksigen dengan rakus dan berusaha menenangkan diri sebelum flashback ke masa terpuruknya dulu.

"Kecelakaan pesawat yang sempat menghebohkan dunia beberapa tahun lalu, orang tua ku berada di dalamnya dan sampai detik ini jasad mereka tidak ditemukan"

Tay spontan menutup mulut, ia tak menyangka Krist memiliki cerita kehidupan se naas itu.

"Kehilangan secara tiba-tiba itu membuat ku sangat terpuruk, menimbulkan rasa sesal yang teramat parah sampai aku seperti tercekik dan sekarat. Aku mulai tak terkendali, melakukan hal-hal tak berotak, keluar masuk club malam, hampir setiap hari aku mabuk. Ketika alkohol tak bereaksi lagi dalam tubuh ku, aku mencoba obat-obatan terlarang dengan tujuan, jika aku tak sadar maka aku akan lupa memiliki masalah seberat itu sampai satu hari aku hampir mati karena overdosis"

Krist mulai gelisah, dan Tay menyadari perubahan gerak tubuh Krist ketika cerita pria itu semakin kelam.

"Berhentilah jika kau tak sanggup"

"Tidak Phi, aku ingin membuat orang lain mengerti tentang sikap ku pada Singto"

Krist mengubah posisi duduknya agar lebih nyaman.

"Saat ini aku hanya memanfaatkan kesempatan yang masih Tuhan beri, aku tidak tahu akan seperti apa masa depan ku dan Singto. Aku hanya melakukan yang terbaik untuk kami, jika semesta suatu saat justru memisahkan kami setidaknya aku sudah berusaha dan rasa sakit yang timbul nantinya tidak akan membuat ku seterpuruk dulu ketika aku lebih memimilih untuk mengabaikan.

"Kau tidak ingin kehilangan orang yang kau cintai lagi? Itu pointnya?"

"Itu point utama dan aku tidak akan menyia-nyiakan semua orang yang berarti lagi dalam hidup ku itu point setelahnya"

To Your TasteWhere stories live. Discover now