Please Don't

2.6K 420 65
                                    

Krist beberapa kali mengetuk pintu apartemen milik Sanan, setelah beberapa hari mendapat penolakan dari wanita kesayangannya ia memutuskan untuk mendatangi Sanan dan berbicara padanya. Krist tak sanggup jika harus terus berdiam sementara Sanan menatapnya dengan tatapan penuh permusuhan.

"Khun sedang apa?"

"Sanan"

Sanan tak acuh, ia memilih untuk membuka pintu apartemennya. Sebenarnya sejak keluar lift ia sudah melihat Krist ada di depan pintu kamar, tetapi ia memilih untuk menepi agar bisa berpikir apa ia sanggup menemui Krist sementara beberapa hari setelah kejadian tak terduga waktu itu, ia memilih untuk menghindar.

"Masuklah"

Krist mengikuti Sanan masuk ke dalam kamar, ia tak pernah membayangkan ada di situasi seperti sekarang dengan Sanan, wanita yang sudah seperti adiknya sendiri dan sangat amat ia sayang.

"Duduklah di tempat yang kau mau Khun, aku akan mengambilkan minum"

Hatinya terasa sembilu saat wanita di depannya bahkan mengubah panggilan untuknya. Tak ada lagi sapaan ceria yang biasa ia dapat setiap hari.

Sanan membawa secangkir teh hangat dan lime cookies kesukaan Krist, bahkan disaat kesal pun ia selalu tahu apa yang Krist suka "You Idiot Sanan" Batinnya.

"Nong"

"Bicaralah, aku akan mendengar semuanya"

Sanan memilih untuk duduk di depan Krist agak berjauhan, biarkan ia menilai bagaimana ekspresi pria itu saat sedang memberikan penjelasan.

"Aku dan Singto tak pernah mengira jika hubung kami justru membuat mu sangat marah"

"Kau sayang padaku?"

"Tentu, itu tak perlu diragukan"

"Sesayang itu?"

"Aku menyayangi mu Nong, sangat menyayangi mu"

"Aku dan Phi Sing, siapa yang lebih kau pilih?"

"Nong"

"Kau tak bisa jawab?"

"Nong, aku sayang pada mu karena kau adik ku. Rasa yang ku punya untuk Singto berbeda, tidak ada yang lebih sayang siapa karena rasa sayang ku pada mu utuh, begitu juga rasa sayang ku pada Singto"

"Apa kau mencintai Phi Sing?"

Krist menghembuskan nafasnya kasar "Aku mencintainya Nong"

Sanan memijat keningnya, ia bangkit dari dan mendekati Krist. Sanan memeluk pria kesayangannya dengan erat "Aku hanya butuh pengakuan itu keluar dari bibir mu sendiri Oppa, aku tidak marah hanya kesal karena selama ini aku pikir kita sudah sedekat itu"

"Maaf, aku hanya bingung bagaimana cara menyampaikannya, ini hal baru untuk ku"

"Sanan juga minta maaf karena terlalu keras pada Oppa"

"Auhh... Panggilan untuk ku sudah kembali seperti semula?"

"Memang tadi aku panggil apa?"

"Khun"

"Ahh... Aku kan tadi masih kesal"

"Sekarang?"

"Masih lah" Sanan melepaskan pelukannya begitu saja dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Nong..." Krist mengusap kepala Sanan lembut "Aku akan tetap sayang padamu meski sekarang ada orang lain yang juga harus ku perhatikan, kau tetap Sanan ku yang nomer 1"

"Oppa, kenapa harus si bos menyebalkan itu sih?"

"Ya karena aku sayang pada bos mu, sesederhana itu"

To Your TasteWhere stories live. Discover now