Maybe

2.4K 412 49
                                    

Krist masuk ke dalam cafenya, siang ini cafe sudah mulai ramai oleh pengunjung, ia menghampiri Jun yang sedang membuat pesanan untuk beberapa customer.

"Tolong buatkan Ice Latte 1 dan antarkan ke Jinx, untuk Sanan"

"Tapi aku sedang banyak pelanggan Phi"

"Clay" Panggil pada salah satu barista di cafenya.

"Ya Phi?"

"Tolong gantikan Jun sebentar, ia harus mengantar pesanan dan aku harus mencoba mesin kopi baru"

"Baik Phi"

"Beres kan? Sana buatkan minumannya dan antarkan pada Sanan"

Jun mendengus, boss memang selalu punya power kan, ia hanya mengangguk untuk melaksanakan perintah Krist.

"Ahh Phi, tadi Phi Lee kesini membawa koper, ia bilang isinya adalah barang kepunyaanmu"

Krist mengerutkan keningnya "Kapan Phi Lee kesini?"

"30 menit yang lalu, tetapi saat aku ingin memanggil mu ia bilang tak perlu karena ia hanya ingin mengembalikan barang mu di dalam koper, ku taruh di ruang kerja mu Phi"

Krist bergegas menuju ruang kerjanya, ia penasaran apa yang dibawa Lee untuknya, kenapa Lee sama sekali tak ingin ia temui bahkan tak merespon semua panggilannya.

Sebuah koper berukuran sedang berada di salah satu sudut ruangan Krist, ia membuka kopernya dan melihat semua barang miliknya yang memang ia taruh di apartemen milik Lee karena ia sering menginap disana, semua pakaian, sepatu bahkan buku-buku yang biasa Krist baca ada di dalam koper itu, hatinya seperti dihujam untuk yang kesekian kali melihat semua ini.

Lee benar-benar sudah membuangnya, ia bahkan mengembalikan semua tanpa ada yang terlewat satupun. Air mata Krist jatuh begitu saja, ia mengambil ponselnya mencoba menghubungi Lee untuk sebuah penjelasan tetapi tak ada nada sambung apapun, apa nomernya saja bahkan sudah di singkarkan oleh Lee.

Krist mencengkram ujung meja, kakinya lagi dan lagi seperti mati rasa, ia bahkan seperti tak lagi bisa menopang tubuhnya. Krist jatuh tetapi ia tak merasakan sakit apapun.

"Selain duduk di pinggiran apa kau juga punya hobi terjatuh?"

Ia membuka mata kemudian bertatapan langsung dengan mata seseorang, Krist belum bergerak karena masih memahami situasi yang sedang terjadi sekarang.

"Aku sih tak keberatan jika terus berada diposisi ini"

Krist terhenyak, tubuhnya ternyata menduduki pangkuan Singto dan posisi pria ini sedang berlutut. Ia buru-buru bangun dan mencoba menyeimbangkan tubuhnya, tetapi ia hampir oleng lagi tetapi Singto dengan sigap bangkit untuk mencengkram pinggang Krist. Sekarang mereka justru saling berhadapan dengan posisi tangan Singto berada di pinggang Krist.

"Apa kau memang se mempesona ini jika diperhatikan dari jarak dekat?" Tanya Singto spontan.

Wajah Krist terasa panas, tetapi ia buru-buru mendorong Singto, degup jantungnya tak beraturan setiap kali menatap langsung mata pria ini.

"Euhh... Bagaimana bisa kau diruangan ku?"

"Sudah sadar heh, anak buah mu yang menyuruh ku langsung saja menemui mu di ruang kerja"

"Kau kan bisa mengetuk pintu dulu"

"Helloo... nih liat tangan ku sampai kebas karena terlalu banyak mengetuk pintu" Singto menaruh tangannya di depan wajah Krist, dan Krist dengan kasar menepisnya.

"Kau mau apa kesini?"

"Kau mau pergi ya?" Singto melihat koper diatas meja kerja Krist berisi semua barang-barang pria itu.

To Your TasteWhere stories live. Discover now