2 Become 1

2.5K 359 95
                                    

Apartmen Singto di pusat kota Frankfurt memang tak seluas milik pria itu di Bangkok tetapi sangat nyaman dan modern. Selama ini yang Krist tahu Singto penyuka warna hitam atau warna gelap lainnya khas seniman tattoo tetapi ternyata semua pemikirannya salah dan fakta ini juga menjawab kenapa dari semua ruang studio milik pria itu hanya ruang pribadinya saja yang berwarna putih bersih.

"Apa setelah 2 hari kau masih merasakan jetlag?"

Setelah status mereka berubah dirinya memang mulai berani bermanja dengan Singto. Ia tak sungkan untuk merapatkan tubuhnya di dekapan pria itu, memberikan ciuman dan terkadang mengajaknya bercinta. Naluri murahannya tumbuh begitu saja, bagi Krist tak masalah asal itu pasanganmu sendiri ia tidak akan bersikap apatis dan membuat cintanya jadi membosankan.

"Seperti bayi koala, menempel terus padaku" Singto gemas dan mengecupi kepala Krist yang sedang memeluknya erat.

"Kau tidak ke studio?"

"Besok, semua persiapan sudah maksimal hanya tinggal acara pembukaan saja"

"Apa.. Seharian ini kita akan di apartemen saja?" Telunjuk Krist menjalar di dada Singto membentuk pola abstrak naik dan turun.

"Menggodaku huh?"

"Kata Phi Bell kau harus bisa jadi apa saja untuk pasanganmu, jadi koki, supir pribadi, pelayannya dannn... pemuas nafsu" Kalimat terakhir Krist ucapkan dengan nada rendah seolah berbisik.

"Ya Lord Hon.. Apa kau selalu diajari hal-hal aneh seperti itu?"

"Menurutku tidak aneh, Phi Bell ada benarnya juga.. Kau tidak akan pernah mencari pembanding ketika pasanganmu bisa melakukan apapun"

"Ada benarnya tetapi jika kau bisa melakukan apapun lantas aku harus melengkapi kekuranganmu dibagian mana? Aku lebih suka cinta yang saling melengkapi bukan yang sempurna"

"Jadi.. Tak apa jika aku benci mencuci pakaian?"

"Aku bisa melakukannya"

"Kalau aku tak suka membersihkan kamar mandi?"

"Kita panggil jasa untuk mengurus kebersihan rumah"

"Apa aku harus merasa sangat beruntung mendapatkan Singto Prachaya?"

"Kita beruntung karena ditakdirkan bersama"

"Hahhh... Kau tahu, di sini" Krist meremas dada sebelah kirinya "Terasa sangat nyaman setiap kali kita bercengkrama seperti sekarang"

Mereka kembali menikmati udara pagi yang segar dengan saling berpelukan, Frankfurt sudah meninggalkan musim panas sejak sebulan lalu, sebentar lagi akan bersiap memasuki winter dan Singto sangat menyukai suhu udara seperti sekarang tidak panas atau terlalu dingin.

"Aku akan mengajakmu ke suatu tempat"

"Sekarang?"

"Hmm.."

"Kemana?"

"Nanti kau juga tahu, yang jelas kau akan suka"

"Aku ingin makan Bretzel"

"Setelah ke tempat tujuan kita, aku akan memberimu semua makanan yang ingin kau cicipi, deal?"

"Aku jadi penasaran tetapi baiklah, aku percaya saja padamu"

"Good.. Sekarang kita bersiap"

Krist dan Singto memisahkan diri untuk pergi ke kamar yang berbeda untuk mandi, mereka sadar jika aktivitas itu tidak bisa dilakukan bersama karena akan memakan waktu yang lebih lama, Krist ingin cepat menikmati kota ini setelah seharian kemarin ia dan Singto hanya bergulung di dalam kasur akibat Krist yang Jetlag.

To Your TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang