Bosque

1K 69 1
                                    

Hi the readers. Before reading my story, don't forget to vote first by click the starnya ya... okey 😉.

Selamat membaca. Luv luv luv 😘

***

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, hari dimana Wijaya Company melaunchingkan produk barunya. Hari yang spesial sekaligus sibuk bagi semua pegawai. Meeting minggu lalu dengan tim strategic planner bisa kulewati dengan lancar. Aku membantu mereka merencanakan pemarasan dengan baik dan ide-ideku juga banyak diterima oleh mereka.

Sebelum mulai bekerja, aku menuju dapur kantor untuk menyeduh kopi. Selang 3 menit, aku sudah kembali ke ruanganku dengan secangkir kopi dan sekeping biskuit. Selama bekerja, aku tidak berkutik dari laptop apalagi beranjak keluar dari ruangan. Saking sibuknya, aku meminta tolong Tessa untuk membelikanku makan siang.

"Nih, gue beliin nasi goreng." Tessa menyodorkan kotak makan ke arahku. "Thanks." Aku membuka kotak makan tersebut.

Tessa Raflesia, nama lengkapnya. Dia adalah rekan kerjaku selain James. Bisa dibilang dia seniorku karena sudah bekerja pada saat perusahaan mulai beroperasi, ya sekitar 6 bulan yang lalu. Aku dan James baru akrab dengannya belakangan ini. Menurutku Tessa orangnya humble.

"Lu gak stres? Company launching new product dan akan dikirim ke berbagai negara. Pegawai yang lain aja udah pada ngeluh capek ketika gue gak sengaja denger obrolan mereka di kantin." Tessa menyedot jus jambunya. "Stres sih enggak, cuman capek aja." ujarku setelah menelan nasi goreng sudah kukunyah. Tessa hanya mengangguk-anggukkan kepala.

"Oh ya, pulang kerja pergi makan yuk sama James!" ajak Tessa. "Dimana?" tanyaku. "Seafood." jawabnya dan aku menganggukkan kepala. "Yaudah deh gue balik dulu ya, kalau disini terus bisa kena omel gue sama si boss." Tessa berjalan keluar dari ruaganku. "Oke, thanks ya."

***

Sesuai ajakan Tessa tadi siang. Kami bertiga pergi makan setelah pulang kerja. Ketika sampai, ternyata tempatnya sudah ramai. Untungnya masih ada satu meja yang kosong jadinya kami tidak perlu menunggu orang lain selesai makan. Setelah semua makanan yang kami pesan sudah terhidang di atas meja, kami langsung menyantapnya dengan lahap.

"Do you guys know, in one day the latest product of the company is almost sold out!" Tessa membuka topik. "That was brilliant!" seru James dan aku ikut tersenyum mendengarnya.

Ya, banyak sekali klien dari penjuru dunia yang membeli produk terbaru dari perusahaan. Walaupun melelahkan tapi aku senang karena produk-produk yang kupasarkan lewat digital direspon dengan cepat.

"Hari ini boss juga mukanya happy banget. Auranya semakin terpancar, gue makin suka sama dia!" seru Tessa. Mendengar Tessa membicarakan boss dengan antusias membuatku ingin tertawa dengan kecang.

Bossku ini memiliki penggemar yang banyak. Jangankan Tessa, semua pegawai wanita di perusahaan tergila-gila padanya. Ada yang bilang kayak aktor hollywood, sexy kayak Kai, ganteng kayak Taeyong, kembarannya Sehun, adiknya Jungkook, dan masih banyak lagi. Kuakui memang bossku ini tampan, tapi dia bukan tipeku dan lagipula dia sudah punya kekasih.

"Cel, kok lu diem aja sih?! Lu gak suka sama si boss?" tanya Tessa dan aku menjawab dengan gelengan kepala. Hal itu membuat Tessa menyipitkan matanya. "Masa sih?Jangan bohong deh, lu juga suka kan sama si boss."

"Serius, gue gak suka. Seharusnya elu yang berhenti suka sama si boss, dia udah punya pacar loh."

Uhuk... Uhuk... Uhuk...

Tessa langsung tersedak setelah mendengar ucapanku lalu dengan cepat mengambil gelas es tehnya dan meneguknya hingga setengah.

"Udah punya pacar?!" Tessa menatapku tidak percaya setelah meletakkan kembali gelas es tehnya ke meja. "Lu tau darimana?" tanya James ikut-ikutan. "Iya, lu tau darimana? Jangan ngaco deh!" timpa Tessa.
"Serius, dia udah punya pacar. Pacarnya itu teman gue."

Derrick Steven Wijaya, CEO of Wijaya  Company. Dia boss sekaligus temanku. Aku berteman dengannya ketika sahabatku memperkenalkannya lewat video call. Aku dan Derrick memang terlihat formal ketika bekerja tapi kami berbicara santai layaknya teman ketika di luar kerja. Kami sepakat untuk tidak memberitahu semua pegawai yang ada di perusahaan mengenai pertemanan kami. Kenapa? Karena Derrick tidak mau pegawai yang lain terganggu atau iri dan aku pun sependapat dengannya.

"Kok lu gak cerita sih?" Tessa mengerucutkan bibirnya. "Ya menurut gue itu gak penting untuk diceritain. Kalau gue kasih tau, bisa-bisa gue jadi bahan gosip di perusahaan."

Ish! Membayangkannya saja sudah merinding apalagi kalau benar-benar terjadi, aku bisa resign dari Wijaya Company. That's a nightmare.

"Iya juga sih." Tessa mengangguk-anggukan kepala. "Jadi kalian jangan kasih tau siapa-siapa ya. It will be our little secret, okay?" Aku tersenyum menampilkan gigi putihku lalu mereka berdua menjawab "Oke."

***

Aku sampai di apartemen pukul 8 lewat. Ketika membuka pintu, aku kaget dengan lampu yang sudah menyala. Aneh, padahal sebelum pergi kerja aku sudah mematikan lampu. Aku melepas sepatuku dan menaruhnya di rak sepatu.

Aku mulai was-was. Ada maling di apartemen gue? Masa iya apartemen gue kemalingan! Atau jangan-jangan ada kuntil anak di apartemen gue?

Aku berjalan pelan masuk ke dalam menuju ruang tamu. "Astaga! Lu ngapain malem-malem ke sini?!"

CAPPUCCINO Where stories live. Discover now