Marcella Senjaya

2.3K 144 1
                                    

Hi the readers. Before reading my story, don't forget to vote first by click the starnya ya... okey 😉.

Selamat membaca. Luv luv luv 😘

***

"Hey, Key!"

Aku mengangkat kepala melihat orang yang menyapaku. Aku pun terkejut "Sela!"

"May I sit here?" tanyanya. "Sure." jawabku. Sela menarik kursi di depanku. Dia duduk di sana sambil melepas tas ranselnya lalu diletakkannya di kursi sebelah.

"Gimana kabar lu?" tanyanya. "Baik." Aku menyilangkan kakiku. Sela tersenyum miring "Masih single?" Aku terkekeh "Seperti yang lu lihat." Ya, aku seorang single. Aku belum pernah menjalin hubungan dengan pria manapun, sebab itu aku belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Aku masih ingin menikmati kesendirianku dan sekarang aku ingin fokus kepada karirku. "Lu sendiri gimana? tanyaku balik. "Gue lagi pusing buat skripsi." jawabnya.

"Semangat ya, Cong!"

"Cong" adalah salah satu panggilan sayangku untuk Sela. Sela adalah temanku ketika kami duduk dibangku menengah pertama. Nama lengkapnya Marcella Senjaya, orang-orang memanggilnya Sela tapi hanya aku yang memanggilnya Cong. Aku dan Sela memang berada dalam satu kampus yang sama hanya saja kami berbeda jurusan.

"Lu ngapain di sini?" tanya Sela karena melihat laptopku di atas meja. "Ngopi sambil kerja." jawabku lalu menyesap cappuccinoku. "Lu sekarang kerja dimana?" tanyanya lagi.
"Wijaya Company." jawabku. Sela memasang raut gembira "Wow! Congrats ya, Key!" Aku tersenyum "Thank you."

"By the way, where's Wiliam? Biasanya lu ke sini sama dia." tanyaku basa-basi. Bukannya menjawab melainkan Sela menekuk wajahnya.

"Cong, are you okay?"

Sela menggelengkan kepalanya. "What happen? Lagi berantem?" Sela menggelengkan kepalanya lagi. "Lalu?" Sela menghela napas dan menjawab "We broke up." Aku langsung terkejut dan mencondongkan tubuhku ke depan "Kok bisa? Why?"

"Gue sama dia memang udah sama-sama mau putus. Kami udah merasa gak ada kecocokan lagi. Jadi kami memilih untuk putus." Sela menceritakan kronologi perpisahannya dengan Wiliam dan aku mendengarkannya dengan seksama. Aku tidak menyangka ini akan terjadi pada Sela. Padahal Sela sudah menjalin hubungan bersama Wiliam selama 2 tahun. Melihat ekspresiku yang ikut sedih mendengar ceritanya, Sela pun berkata "Don't worry, Key. I'll be okay. Mungkin kami bukan jodoh."

Aku tersenyum tipis lalu mengulurkan tangan kananku untuk mengusap tangannya "Gue tau lu cewek yang tangguh. Tapi ingat, gue akan selalu ada ketika lu butuh sesuatu."

"Thank you so much, Key. You're my best friend."

"Lu udah makan blom?" Aku menganti topik, tidak lagi membahas tentang Wiliam karena aku tidak ingin Sela bersedih lagi. "Belom, gue ke sini memang mau makan." jawabnya. "Yaudah, lu mau pesan apa? Gue yang bayar." ujarku. "Serius?" tanyanya dan aku mengangguk. "Asyik, yaudah yuk pesan!" Aku terkekeh melihat raut wajah Sela yang kembali gembira.

Mba!" Sela mengangkat tangannya memanggil pelayan yang tak jauh dari kami. Pelayan tersebut datang menghampiri kami lalu memberikan buku menu. "Key, lu mau pesan apa?" tanya Sela. Aku menggelengkan kepala "No, thanks. Cappuccino udah cukup." Sela memesan crossaint dan lychee milk tea untuk dirinya dan pelayan tersebut meninggalkan kami untuk memproses pesanan Sela. Beberapa menit kemudian pelayan tadi datang mengantarkan pesanan Sela.

"Key, bagaimana dengan lu? Lu masih nyaman dengan status lu yang single?" Sela membuka obrolan baru. "Sepertinya iya." jawabku seadanya. "Jadi, lu akan terus single seumur hidup?" pertanyaan Sela hampir membuatku tersedak cappuccinoku. Single seumur hidup? Tidak mungkin. "Ya enggak lah!" jawabku cukup keras, sampai aku menutup mulutku karena tersadar akan hal itu. Sela hanya tertawa menanggapi jawabanku.

"Jadi, kapan lu mau pacaran?"

Aku terdiam sejenak. Pertanyaan tersebut menyentil diriku. Tidak pernah terpikirkan olehku akan pertanyaan tersebut. Kapan mau pacaran? Aku saja belum berkeinginan untuk berhubungan dengan laki-laki. "Sepertinya tidak dalam waktu dekat ini." ujarku. "What?! Are you serious? Ingat umur, Key. Seharusnya lu udah married. Lu pernah bilang kalau lu mau nikah muda kan?"

"Iya, tapi gak sekarang. Gue aja baru kerja." Aku kembali menyesap cappuccinoku. "Trus, mau sampai kapan? Sampai lu jadi billionaire?" Aku mengerutkan keningku "Enggak juga lah. Intinya gak sekarang, Cong."

"Tapi seenggaknya lu coba pacaran dulu lah. Jadi lu tau rasanya bucin." Sela tertawa sedangkan aku memutar kedua bola mata malas "Iya bawel."

Lama kami berbincang-bincang hingga tidak terasa langit sudah berubah menjadi gelap. Aku melirik jam tangan dipergelangan kiriku, sudah pukul 7. "Lu pulang naik apa?" tanyaku ketika kami sudah di luar cafe. "Gue bawa mobil." jawabnya. "Oke deh. Bye, Cong." Aku melambaikan tangan dan berjalan menuju mobil yang kuparkir tidak jauh dari pintu masuk cafe. "Bye, Key. Thank you ya.." balasnya sambil berjalan mencar dariku menuju mobilnya.

Marcella Senjaya, seorang gadis manis dengan rambut berwarna hitam, kulit sawo matang dan tinggi normal para gadis asia. Manis dengan lesung pipinya. Aku sudah lama berteman dengannya, dia tau aku luar dalam.

CAPPUCCINO Where stories live. Discover now