It's Hurt

511 26 9
                                    

Hai the readers. Before reading my story, don't forget to vote first by click the starnya ya... okey 😉.

Selamat membaca. Luv luv luv 😘

***

Hiks... Hiks... Hiks...

Aku menangis tiduran di atas ranjang. Aku masih memflashback kejadian beberapa jam yang lalu. Aku tidak percaya, Dickson berjalan dengan seorang-, ah aku tidak bisa melanjutkannya.

Dickson sudah membohongiku. Dia sudah berhenti menungguku. Dia sudah mempermainkanku. Semua gombalannya, ucapan manisnya, dan perlakuan manisnya yang dilakukan untukku semuanya adalah BULLSHIT. Aku sekarang tidak percaya lagi dengannya. Aku tidak akan tergoda atau baper atau blushing lagi dengan omongannya.

Aku menangis tetapi aku juga bingung. Di satu sisi aku menangis karena Dickson yang sudah berbohong, dia berkata akan menungguku tapi nyatanya dia sudah dengan wanita lain. Tapi di satu sisi aku juga merasa bersalah. Apakah aku sudah terlambat? Apakah aku sudah membuatnya menunggu lama?

Aku juga menyesal, kenapa kemarin aku tidak mengatakannya? Sebenarnya pada saat itu aku benar-benar ingin memberitahunya tetapi mulutku terasa kaku dan sulit untuk mengucapkannya.

Kalau kemarin gue kasih tau pasti gak kayak gini. Kataku dalam hati.

Persetan dengan mitos, aku sudah tidak peduli lagi, itu tidak terjadi padaku. Dan harapanku juga sudah pupus mengenai mimpi yang kemarin malam yang berharap akan menjadi nyata melainkan menjadi sebaliknya.

Sekarang aku sadar. Aku bukan siapa-siapanya Dickson, aku bukan pacarnya, dia hanya bilang serius suka sama aku tetapi dia tidak pernah mengatakan cinta.

Aku baru sadar kalau hubunganku dengannya hanyalah sebatas teman. Seharusnya aku tidak berhak untuk marah atau kesal dengannya. Dia punya hak untuk jalan dengan siapa saja. Dan seharusnya juga aku tidak perlu menangis, apalagi menangis dengan kencang sampai terisak.

Pikiranku semuanya kacau. Percuma aku selalu menghapus air mata yang mengalir di pipiku karena semakin aku hapus semakin banyak air mata yang jatuh. Dan sekarang bantalku sudah basah oleh air mata.

Semua sih tergantung sama lu, Key. Suka atau enggak suka, lu harus kasih tau dia secepatnya. Jangan bikin dia nunggu terlalu lama. Dia juga butuh kepastian.

Tangisanku semankin kencang karena mengingat perkataan Jasmine waktu makan aku, Sela, dan dia makan padang.

Apakah ini semua salah gue? Tanyaku dalam hati.

Aku memegang dadaku. Yang aku rasakan sekarang bukan deg-degan, biasanya setiap memikirkan Dickson aku selalu deg-degan, tapi kali ini rasanya berbeda yaitu rasa sakit yang aku rasakan. Aku mengakui sekarang kalau aku jatuh cinta kepadanya hingga rasanya tidak senang, tidak setuju, dan tidak terima jika dia dengan wanita lain.

Oh ya Tuhan, apakah ini hukumanku? Hukuman karena terlambat? Hukuman dimana ketika aku sudah jatuh cinta tetapi yang kudapat adalah sebuah penyesalan dan tangisan? Tanyaku dalam hati.

"Gue cinta sama lo, El." gumamku disela isak tangisku dan akhirnya tanpa sadar aku berhenti menangis dan mataku tertutup lalu tertidur.

Ini sudah berakhir.

***

kringgggg.... kringgggg.... kringgg...

Aku mengayunkan tangan ke meja nakas sebelah tempat tidurku, berusaha mematikan alarm dari jam beker yang kuletakan disana. Aku membuka mataku perlahan, mengumpulkan nyawa yang masih melayang entah kemana. Setelah semua nyawa terkumpul aku bangkit dari tempat tidurku, bersiap untuk pergi bekerja.

CAPPUCCINO Where stories live. Discover now