Marvel Reynaldo Mikhael

1K 60 2
                                    

Hi the readers. Before reading my story, don't forget to vote first by click the starnya ya... okey 😉.

Selamat membaca. Luv luv luv 😘

***

"Astaga! Lu ngapain malem-malem ke sini?!"

"Visiting. Gue dari tadi sore udah disini kok." jawabnya dengan santai. "That's not the answer I want. Lu ngapain ke sini udah gitu masih pake uniform?" Aku menatapnya sebal lalu menyandarkan tubuhku di sofa.

Aku langsung menegakkan tubuhku. "Tungu-tunggu, lu masih pake uniform, jangan bilang kalau lu belom pulang ke rumah?" Aku mengambil handphoneku dari dalam tas. Ternyata ada notifikasi dari daddy dan mommy yang menanyakan Rey ada dimana.

"Ya ampun Rey! Lu gak kabarin daddy sama mommy? Mereka nanyain lu kenapa belom pulang." Aku langsung menelepon mommy memberitahu kalau Rey ada di apartemen.

"Rey, mommy suruh lu pulang sekarang. Besok lu sekolah." suruhku setelah menelepon mommy. Rey tidak menjawabku melainkan asyik dengan handphonenya sehingga membuatku harus menjewer telinganya.

"Aw! Apaan sih, ci?!" tanyanya dengan kesal. "PULANG!" ucapku dengan menekan disetiap hurufnya. "GAK MAU!" jawabnya yang juga ikut-ikutan denganku."Lu bener-bener ya, nyusahin gue dan bikin khawatir daddy sama mommy. Udah sono cepetan pulang!" usirku. "Gak mau! Gue mau nginep." tolaknya.

Aku langsung memijit keningku. "Rey, please deh. Lu udah gede bukan anak kecil lagi yang harus diomelin terus. Gue capek baru pulang, mau istirahat. Besok gue juga kerja." ucapku dengan nada memelas. "Ci, lu cerewet banget sih! Gue cuman mau nginep semalem doang."

"Gak! Gue tau kalau lu nginep pasti ada maunya." tolakku sambil geleng-geleng kepala. "Tuh lu tau, jadi gue boleh nginep ya." bujuk Rey.

Aku menghela napas, kalau begini sudah pasti aku tidak bisa berkata enggak. "Yaudah, tapi kabarin mommy dulu kalau lu nginep." Aku bangun dari sofa lalu berjalan menuju kamar.

"Aish! Dasar adik paling nyebelin, untung sayang." Kataku dalam hati

Aku menaruh tasku di atas ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Selesai mandi, aku menuju meja riasku dan menuntaskan rutinitas malamku. Setelah selesai, aku keluar dari kamar dan melihat Rey yang sudah berganti pakaian. "Ci, kok gak ada makanan?" tanyanya sambil ketika membuka kulkas. "Gue belom belanja bulanan." jawabku. "Trus gue makan apa?" Rey menutup kulkas. "Delivery aja."

"Lu udah makan?" tanyanya lagi. "Udah." jawabku lalu duduk di sofa dan menyalakan tv. "Yaudah delivery pizza aja." Rey mengeluarkan handphonenya dari saku celana dan menelepon delivery. "Ci, lu yang bayar ya."

Aku langsung menengokkan kepala menatapnya. Apa aku tidak salah dengar? Enak saja dia dengan santainya memintaku yang bayar. Oh tentu tidak bisa. "Kok gue yang bayar? Kan elu yang mau makan."

"Duit jajan gue habis." ujarnya. "Kok bisa habis? Lu udah mulai boros ya." Aku menyilangkan tanganku di dada. "Gue gak pernah boros, lu nya aja yang pelit." jawab Rey. "Hello... gue enggak pernah pelit ya tapi gue irit."

"Irit tandanya pelit." Rey menjulurkan lidahnya. "Ish! Nyebelin banget sih lo!" Aku melempar bantal sofa ke arahnya dan Rey tertawa. "Ayolah, ci. Sekali-sekali lu yang bayar. Lagian nanti lu juga comot 2 potong." rayu Rey.

Aku mendengus sebal lalu bangun dari sofa dan berjalan masuk ke kamar untuk mengambil uang. "Nih. Kalau ada kembalianya balikin ke gue." ucapku dengan nada ketus sambil memberinya dua lembar uang kertas.

CAPPUCCINO Onde histórias criam vida. Descubra agora