3

3K 500 158
                                    

Di pagi hari yang dingin, Jihoon sedang dalam perjalanannya menuju Seoul guna mengambil beberapa barangnya yang masih tertinggal di rumah lamanya bersama Soonyoung. Matahari pun belum memunculkan batang hidungnya saat Jihoon sampai di depan rumah megah tempatnya dahulu ia dan Soonyoung berbagi kehangatan. Mobil yang Jihoon bawa pun ia parkirkan di halaman rumah mereka. Lelaki bertubuh ringkih itu menatap ke arah rumah mereka dengan sorot mata yang menyiratkan rasa sakit yang ia pendam selama ini.

Semenjak kejadian di mana ia menemukan Soonyoung bercinta dengan Hwayoung di ruang kerja Soonyoung pun telah menyebabkan trauma tersendiri bagi Jihoon. Memori-memori mengerikan itu kembali terputar di kepala Jihoon sehingga membuat tremor pada tangannya. Ia menjadi sering tremor seperti ini ketika ingatan mengerikan itu kembali terputar. Soonyoung bukan hanya meninggalkan pesakitan yang mendalam, tapi juga meninggalkan kenangan yang mengerikan bagi Jihoon sendiri. Hingga kenangan buruk itu perlahan-lahan menggerogoti kesehatannya dan kini terciptalah trauma akibat ulah picik dari suaminya.

Lelaki itu kini diharuskan mengonsumsi obat-obatan guna menimalisir trauma yang dideritanya. Seperti sekarang, sosok mungil yang tengah duduk di bangku kemudi itu sedang berusaha untuk mengatur tremor yang sedang terjadinya padanya saat ini. Lelaki itu berulang kali mengatur napasnya dan mengepalkan tangannya dengan erat seraya menutup matanya. "Aku bisa... aku bisa..." gumamnya berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Tak kunjung mereda, lelaki itu segera mengeluarkan obat dari dalam dashboard mobilnya. Ia menegak obat tersebut guna menimalisir kecemasan yang terjadi padanya. Berulang kali ia kembali mengatur napasnya hingga nyaris tiga puluh menit ia berada di dalam mobil, barulah ia merasa lebih baik dari sebelumnya. Ia mensugestikan dirinya sendiri bahwa ia bisa. Lelaki itu pun menarik napasnya panjang sebelum membuka pintu mobilnya.

Jihoon pun berjalan ke luar dari mobil dan memasuki rumah lamanya dengan rasa cemas yang belum juga mereda dengan seutuhnya. Dengan gemetar, ia membuka pintu rumah itu dan disambut dengan keadaan rumah yang begitu sepi. Ia menarik napasnya kembali guna menenangkan pikirannya yang kini diselimuti dengan ketakutan dan kecemasan. Aku tidak boleh terlihat lemah apalagi menyedihkan seperti ini di depan Soonyoung. Aku harus kuat, batin Jihoon. 

Lelaki itu pun melangkahkan kaki ke kamar lamanya dan menemukan Soonyoung yang masih terbaring di ranjang dengan damai. Sekelebat kenangan lamanya bersama Soonyoung yang berbagi kehangatan di balik selimut itu pun kembali terputar. Napasnya pun kembali tidak teratur, jantungnya kembali berdegup dengan kencang, dan tangannya yang kembali gemetar. Namun, sekarang diiringi dengan pandangan yang mengabur karena terhalang oleh air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Kau bisa, Jihoon! Batinnya guna menyemangati dirinya sendiri.

Jihoon pun melangkah guna mengambil barang-barangnya yang tertinggal di sana. Ia memasukkan ke dalam kotak besar barang-barang miliknya agar memudahkan lelaki mungil itu untuk membawa barang-barang itu ke mobil.

"Jangan pergi."

Terkejut akibat mendengar kalimat yang baru saja diserukan oleh seseorang di belakangnya, Jihoon pun tidak sengaja menjatuhkan sepasang sepatu yang sedang dipegangnya. Ia pun meliat ke arah Soonyoung yang masih tertidur di ranjangnya. Lelaki yang tengah berbaring itu tampak gelisah dalam tidurnya.

"Tidak, jangan pergi," gumamnya lagi dalam tidurnya.

Dengan langkah perlahan, Jihoon mendekat ke arah Soonyoung yang masih bergerak gelisah. Pandangannya menangkap sosok yang telah menemaninya beberapa tahun itu tengah ketakutan dalam tidurnya. Bahkan rambutnya telah basah akibat keringat dingin yang bercucuran di wajahnya. Dengan pergerakan yang ragu-ragu, Jihoon berusaha mengenggam tangan Soonyoung yang terasa dingin dan keajaiban pun terjadi. Lelaki yang tadinya terlihat gelisah dalam tidurnya itu kini mulai kembali tertidur dengan pulas. Melihat reaksi tak sadar Soonyoung kala Jihoon menyetuh tangannya pun membuat sesak itu kembali datang. Pandangannya kini kembali kabur karena terhalang oleh air mata yang menggenang. Ia menarik beberapa tisu yang ada di meja nakas guna menghapus keringat di wajah Soonyoung. Dengan gerakan pelan, Jihoon menghapus bulir-bulir keringat yang ada di wajah Soonyoung. Jihoon pun mengecek suhu tubuh Soonyoung dan benar saja, tubuhnya panas.

Eccedentesiast | SoonHoonWhere stories live. Discover now