13

1.8K 177 51
                                    

Dalam ruangan yang sunyi dan temaram, seorang perempuan dengan wajah geramnya mengeratkan pegangannya pada gelas kaca berisi wine itu. "Tidak becus!" kesalnya, "Aku sudah membayarmu dengan mahal, Tuan," sindir perempuan itu dengan menaikkan nada bicaranya.

Entah apa yang dijawab oleh seseorang di seberang panggilan, tetapi yang jelas itu membuat sang wanita itu marah besar sampai membanting kasar gelas yang ia pegang. "Kau ini orang dekatnya, masa begitu saja tidak bisa!" pekik Hwayoung. Helaan napas kasar pun terdengar keluar dari mulut wanita itu. Seraya menyibakkan rambutnya perempuan itu kembali berkata dengan kesalnya, "Katanya kau mau Jihoon, bukankah kau juga dekat dengannya? Tinggal ambil saja atau gunakan cara lain. Kau juga tahu di mana letak rumahnya—ah, ini membuatku gila..." keluh Hwayoung seraya berkacak pinggang.

"Pokoknya aku mau Soonyoung jatuh kembali ke dalam pelukanku, kau mengerti?" pekik wanita itu sambil menutup panggilannya.

Napas dari wanita itu masih memburu akibat dari hasil percakapan dengan seseorang sewaannya itu. Rencana yang ia bangun itu tidak berjalan dengan semestinya. Orang bayaran yang dekat dengan Soonyoung itu tidak bisa diandalkan sepenuhnya.

Bagaimana pun caranya, aku harus mendapatkanya kembali.







~•°•~







Detik, menit, jam, hari terus mereka lalui bersama. Buah dari kesabaran Soonyoung telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Jihoon yang kembali ceria dan juga membuka hatinya lagi sedikit demi sedikit untuknya sangat membuatnya bahagia. Kala itu, beberapa hari setelah kejadian di mana Soonyoung yang terlalu dikerumuni oleh nafsu birahi, keduanya telah melakukan hubungan badan. Soonyoung tidak lagi tergesa-gesa untuk mencapi pelepasan, tetapi ia menikmati setiap detik ketika ia bisa merasakan kembali surga dunia bersama Jihoon yang sudah ia nanti-nantikan. Waktu itu, ketika mereka berhubungan untuk pertama kalinya lagi, Soonyoung sempat ragu sebab ia takut Jihoon akan kembali ketakutan seperti sebelumnya. Namun, jawaban Jihoon membuatnya terenyuh.

"Maka, yakinkan aku, Soonyoung—ah. Aku tidak ingin lagi ada keraguan dalam diriku atas dirimu. Jika kau ingin berusaha untuk berubah untukku, maka aku pun harus berusaha untuk menerima. Aku tahu walaupun ingatan itu tidak bisa hilang sepenuhnya, tapi aku ingin kembali menikmati waktuku bersama denganmu tanpa adanya rasa takut dan gelisah. Aku juga ingin memberikanmu yang terbaik."

Hingga malam itu mereka pun menikmati waktu bersama mereka tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh mereka. Jihoon walaupun beberapa kali terlihat selalu berusaha menetralkan ketakutannya, tetapi ia tetap membiarkan tubuhnya dijamah dengan sentuhan-sentuhan lembut penuh kasih sayang dari suaminya. Setiap kali keraguan itu muncul di tengah-tengah kegiatan mereka, Soonyoung akan selalu menunggunya dengan sabar sambil menjatuhkan kecupan di dahinya dan membisikkan kata-kata hangat di telinganya. Sampai ketika Jihoon merasakan pelepasannya, pria itu terisak hebat dalam pelukan Soonyoung. Ia terus merapalkan kata maaf tepat di telinga Soonyoung. Sementara sang suami terus mengusap punggungnya dengan lembut seraya merapakan sebuah kalimat yang membuat hati Jihoon menghangat.

"Kau hebat, Sayang. Kau sudah bekerja keras, aku sangat mencintaimu."

Dan kini hubungan mereka jauh lebih baik. Konyolnya lagi, setelah malam itu Soonyoung semakin lengket pada Jihoon. Beberapa kali ia membawa Jihoon ke kantor atau membawa pulang lagi pekerjaannya untuk dikerjakan di rumah hanya karena ia ingin melihat Jihoon atau ingin berdua dengannya. Memang terkadang dari sebuah kesalahan kita baru belajar bahwa seseorang yang pernah kau sia-siakan ternyata keberadaanya sangat berharga dalam hidupmu. Begitu pula Soonyoung, setelah ia ditinggalkan oleh Jihoon barulah penyesalan itu datang. Hingga ia sadar bahwa hidupnya sudah berputar pada lelaki mungil yang kini tengah menonton televisi sambil memakan setoples keripik kentang itu. Soonyoung baru sadar jika Jihoon seberharga itu untuknya dan untuk kali ini ia tidak akan pernah lagi membiarkannya terluka.

Eccedentesiast | SoonHoonWhere stories live. Discover now