10

2.4K 292 33
                                    

Hening, hanya terdengar suara dari deru napas lelaki yang kin masih tenggelam dalam mimpinya. Suhu dalam ruangan cukup dingin hingga membuat lelaki mungil yang kini masih mengarungi mimpinya itu menggeliat dan mendekatkan tubuhnya ke dalam dekapan Soonyoung suaminya. Merasa seseorang yang berada dalam dekapannya itu bergerak, Soonyoung membuka matanya dan mengeratkan pelukan pada tubuh Jihoon.

Sudah pukul delapan. Seharusnya Soonyoung sudah berangkat kerja, tetapi hari ini rasanya ia malas sekali untuk bangkit dari ranjang mereka. Soonyoung masih betah di rumah sambil memeluk Jihoon seperti ini. Dikecupnya puncak kepala Jihoon sebelum ia melesat ke dalam kamar mandi guna membasuh wajahnya dan menyikat giginya. Bukannya berganti pakaian untuk segera pergi bekerja, Soonyoung malah kembali bergabung dengan Jihoon yang masih nyenyak dalam tidurnya.

Diusapnya wajah yang begitu halus itu dengan menggunakan jarinya. Kulit putih bersih lelaki dalam dekapannya membuatnya semakin terlihat begitu sempurna. Ditambah lagi dengan wajahnya yang terlihat tidak pernah bertambah tua. Begitu menawan, indah, dan sempurna. Belaiannya turun ke bibir tipis berwarna merah muda itu. Ia usap lembut menggunakan ibu jarinya sebelum ia kecup dengan pelan agar tidak membangunkan sosok lelaki yang paling disayangnya itu.

Wajah Jihoon benar-benar tidak pernah membuat Soonyoung bosan memandangnya. Tiap kali ia memandang wajah itu pasti rasa kagum itu akan selalu muncul. Debaran halus dalam dadanya kerap kali muncul tiap kali ia bisa melihat wajah Jihoon demikian dekatnya. Ia bahkan tidak bisa lagi menggambarkan seberapa besarnya cinta yang ia miliki untuk Jihoon. Belum lagi sifatnya yang begitu baik. Jihoon bak jelmaan malaikat yang turun ke bumi dan betapa beruntungnya Soonyoung dapat memiliki hati dari lelaki ini.

Bermenit-menit Soonyoung menatap lelaki mungilnya sambil membelai lembut wajah lelaki itu. Dikecupnya setiap sudut wajah Jihoon guna menyalurkan rasa kagum dan sayangnya pada Jihoon. Mulai dari puncak hidung bangirnya, kedua pipinya, keningnya, ujung bibirnya, sampai tepat di bibir tipis pemuda itu. Titik terakhir yang ia berikan afeksi adalah keningnya. Ia menciumnya lagi. Namun, kini cukup lama hingga membuat Jihoon dapat merasakannya. Alhasil, lelaki itu menggeliat dalam tidurnya lantas membuka matanya dan menemukan Soonyoung yang sedang menatapnya begitu lembut.

"Selamat pagi," ucap Soonyoung.

Jihoon membalas sapaan itu dengan senyuman manisnya hingga membuat matanya membentuk seperti bulan sabit. "Selamat pagi juga," balasnya.

"Apa tidurmu nyenyak?"

"Hm," gumamnya. "Bagaimana denganmu?"

"Sangat nyenyak sebab kau ada di sampingku." Jari telunjuknya bergerak untuk menyentuh ujung hidung Jihoon yang membuat lelaki mungil itu mengerutkan hidungnya dan terkekeh pelan.

"Apa kau bangun sudah lama?"

"Tidak kok," balas Soonyoung yang kini kembali membelai lembut pipi tembam Jihoon dengan sayang.

"Jam berapa kau bangun?"

"Delapan."

Netra Jihoon melebar ketika mendengar perkataan dari Soonyoung. Bahkan lelaki itu sampai bangkit dari tidurnya untuk mendudukkan dirinya di atas ranjang. Matanya melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan jam setengah sembilan. Ia segera menengok kea rah Soonyoung yang masih berbaring menyamping.

"Kenapa tidak bekerja? Kenapa tidak bangunkan aku? Kenapa—ah!" Alangkah terkejutnya Jihoon ketika Soonyoung menarik lengannya untuk kembali berbaring di sebelahnya. Bahkan sekarang lengan-lengan kekar itu sudah kembali melilit tubuh mungil Jihoon.

"Aku tidak ingin bekerja hari ini, Jihoonie," rengeknya seraya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jihoon dan menghirup dalam-dalam wangi tubuh lelakinya yang menguar.

Eccedentesiast | SoonHoonWhere stories live. Discover now