7

3.4K 390 66
                                    

Ada sesuatu yang aku rindukan.

Yaitu, dirimu.

***

Suasana yang begitu gelap dan dingin melingkupi kedua lelaki yang kini tengah saling memeluk di balik selimut tebal berwarna putih milik Jihoon. Suara rintik hujan mungkin bukanlah menjadi satu-satunya suara yang ditangkap oleh indra pendengaran Jihoon. Ada satu suara lagi yang membuat Jihoon tersenyum dengan demikian tulusnya, yaitu suara dari napas Soonyoung yang kini tidur di sebelahnya. Kala Jihoon membuka matanya pagi itu—bahkan sebelum matahari terbit— ia dapat melihat bagaimana damainya sang suami tertidur di sebelahnya.

Lelaki yang kini sedang menatap wajah tampan dari sang suami itu terkejut kala Soonyoung melenguh dan menarik pinggang Jihoon untuk mendekat padanya. Alhasil, lelaki mungil itu pun mendekatkan tubuhnya pada Soonyoung. Senyum pun kembali Jihoon tuai kala melihat Soonyoung yang kembali tertidur pulas. Diusapnya pipi dari lelaki yang tidur di hadapannya dengan begitu lembut.

"Terima kasih telah kembali," lirih Jihoon. "Terima kasih telah memilihku..." tuturnya lagi.

"Aku mencintaimu, Kwon Soonyoung..." Setetes air mata mengalir membasahi pipi Jihoon dan jangan lupakan senyum yang masih terpatri di bibirnya. Air mata itu adalah air mata kebahagiaan.

KRING!

Jihoon sedikit terlonjak mendengar suara yang berasal dari ponsel Soonyoung. Lelaki yang berada di hadapannya itu pun menggeliat dalam tidurnya. Panik, Jihoon kembali memejamkan matanya dan berpura-pura tidur. Sementara Soonyoung, ia kini berusaha untuk mendudukkan dirinya di ranjang. Lelaki itu meraih ponselnya yang terus berdering.

"Selamat pagi, Tuan. Kami dari pihak kepolisian yang menangani kasus Anda."

Mendengar kata 'kepolisian', Soonyoung segera menegakkan tubuhnya. "Bagaimana?"

"Kami sudah mengecek CCTV yang ada di lokasi kejadian dan telah menemukan beberapa bukti adanya penyerangan di sana. Namun, pihak kami belum bisa mengidentifikasi para pelaku. Sisi baiknya adalah kami menemukan nomor polisi dari kendaraan yang mereka gunakan. Kami akan segera melacak nomor polisi kendaraan tersebut."

"Saya sangat berterima kasih atas Anda."

"Apakah Tuan sudah bisa menceritakan pada kami kronologis kejadiannya?"

"Ya, saya bisa."

"Baiklah. Saya berterima kasih atas kerja samanya."

Beberapa menit mereka melakukan pembicaraan lewat telepon hingga seluruh pesan yang harus polisi itu sampaikan pun sudah diketahui oleh Soonyoung. Ia pun menaruh kembali ponselnya di meja nakas sebelah ranjang mereka. Lelaki itu kembali merebahkan tubuhnya di samping Jihoon.

Soonyoung menatap Jihoon begitu lekat. Lelaki itu menelisik setiap sudut wajah lelaki mungil di hadapannya yang nyaris tidak ada cacat. Cantik, batin Soonyoung. Diusapnya dengan lembut pipi putih kemerahan milik Jihoon dengan jarinya. Senyuman pun tidak dapat Soonyoung tahan kala melihat bagaimana indahnya sosok mungil di depannya. Dijatuhkannya sebuah kecupan lembut di dahi Jihoon.

"Setelah beberapa hari yang begitu panjang tanpa adanya dirimu dalam hidupku, ternyata aku sadar betapa sulitnya hidupku tanpa adanya dirimu. Kenangan ketika kau melihat ke arahku, ketika kedua mata kita bertemu, dan kenagan ketika kau dapat menenangkanku ketika aku dalam keadaan yang tidak baik, aku ingin semua itu kembali. Aku ingin kembali menatap kembali ke dalam matamu. Aku ingin kita kembali tersenyum dengan menatap satu sama lain," tutur Soonyoung yang belum juga berhenti mengusap pipi Jihoon.

"Aku ingin kau kembali..."

"Terima kasih."

Soonyoung terkejut kala Jihoon membalasnya. Usapan di pipi Jihoon pun mendadak berhenti kala Soonyoung melihat Jihoon membuka matanya. Manik hitam Jihoon pun bertebrukan dengan manik hitam Soonyoung yang tampaknya masih terkejut.

Eccedentesiast | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang