8

2.6K 326 39
                                    

Pagi pun tiba. Dapat Soonyoung dengar suara berisik yang berasal dari dapur. Lelaki bermarga Kwon itu segera bangkit dari kasurnya dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Setelah membasuh wajahnya dan menyikat giginya, Soonyoung segera melangkahkan kakinya menuju dapur. Dapat ia lihat sosok mungil dari sang pujaan hati yang tengah disibukkan dengan acara masak memasak. Senyum tipis terpatri di bibir Soonyoung ketika melihat Jihoon yang menggunakan kaos putih berlengan panjang yang dipadukan dengan celana hitam panjang itu bersenandung dengan pelan selagi menuangkan masakannya pada wadah yang telah ia siapkan.

"Oh!" Lelaki itu terkejut kala melihat Soonyoung yang berdiri tak jauh darinya dengan memasang ekspresi yang aneh menurut Jihoon. "Kau sudah lama di sana?" tanyanya.

"Eum!"

"Lalu, kenapa tidak langsung duduk?" Pria bertubuh mungil itu menatap ke arah Soonyoung yang mendekat ke arahnya selagi sebelah tangannya mengambil kain lap guna membersihkan meja makan mereka.

"Tadinya mau langsung duduk," katanya yang diiringi jeda yang membuat Jihoon mengangkat kedua alisnya.

Soonyoung mendekatkan wajahnya pada wajah manis lelaki yang kini tengah mendongak. "Tapi, melihatmu yang sedang berkutat di dapur itu..." Soonyoung mendekatkan bibirnya ke depan telinga Jihoon. "Semakin membuatku jatuh cinta," bisiknya.

Kekehan pun terdengar dari si mungil. "Sudah, sudah, makan saja dulu. Jangan bicara macam-macam."

"Aku mencintaimu." Satu kecupan cepat berhasil Soonyoung daratkan di pelipis Jihoon.

"Kau cium-cium, tahu tidak aku belum mandi?"

"Kukira sudah," celetuk Soonyoung seraya menyumpit daging untuk dipindahkan ke mangkuknya. "Kau wangi habisnya," celetuknya lagi seraya menyuapkan daging ke dalam mulutnya.

"Wangi apa?"

"Wangi aku."

Seketika Jihoon tersedak mendengar tuturan yang baru saja ke luar dari bibir sang suami. Dengan sigap Soonyoung menyodorkan segelas air dan menepuk-nepuk punggung Jihoon. "Kenapa bisa sampai tersedak?" tanya Soonyoung dengan raut wajah yang mengisyaratkan kekhawatiran.

"Celetukanmu itu!"

"Aku tidak berbohong. Kau benar-benar wangi diriku. Mungkin parfum yang kupakai menempel di tubuhmu karena aku memelukmu semalaman." Lelaki itu kembali ke tempat duduknya. "Memangnya apa yang kau pikirkan, Jihoonie?"

Sebuah seringaian terpatri di wajah Soonyoung yang seketika membuat rona kemerahan muncul di pipi Jihoon hingga ke telinga. Sementara Jihoon sendiri tengah berusaha untuk menahan mati-matian rasa malu yang ia rasakan.

"A–aku tidak berpikiran apa-apa..." katanya.

Acara sarapan pun dengan gelak tawa yang terdengar dari kedua insan yang saling mencintai itu. Mereka berbagi kehangatan yang selama ini Jihoon rindukan. Sorot mata penuh kasih sayang itu kembali Jihoon dapatkan. Hangat, itu yang Jihoon rasakan.

Tataplah aku seperti itu, Soonyoung. Aku suka.

***

"Kenapa belum ganti pakaian?" tanya Soonyoung seraya melingkarkan tangannya di pinggang Jihoon yang masih memakai pakaian santai. Lelaki itu menaruh dagunya di bahu Jihoon.

"Aku bingung," balas Jihoon.

"Soal apa?"

Jihoon memutar bola matanya malas. "Ya, soal pakaian," ketusnya.

Eccedentesiast | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang