4

3.2K 460 188
                                    

Kelak, aku akan menemukan seseorang yang walaupun telah tahu bagaimana burukku, namun ia tetap memperkenalkan betapa indahnya aku pada dunia. Dan aku pun tahu, kalau alasannya menetap bukan karena kelebihanku saja.

Dan aku ingin orang itu kau, Lee Jihoon.

***

Kelabu.

Bukan hanya malam yang kelabu, namun juga hubungannya. Malam yang begitu pekat tidak sama sekali membuatnya ketakutan. Ketakutan terbesarnya saat ini adalah kehilangan seseorang yang seharusnya tidak ia kecewakan. Lelaki bernama Kwon Soonyoung itu duduk di atas ranjangnya seraya menatap ke arah surat gugatan cerai dari lelaki yang amat dicintainya. Matanya melirik ke arah tanda tangan yang telah Jihoon bubuhkan di sana. Perlahan penyesalan pun menggerogoti hati dan pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan seperti 'kenapa kau menyakitinya?' atau 'kenapa kau berselingkuh darinya?' pun kini selalu hinggap dalam benaknya.

Keegoisan itu menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Sebagaimana manusia, Soonyoung ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang sebelumnya ia miliki. Hwayoung yang cantik dan rupawan itu dapat memikat hati Soonyoung yang kala itu sudah menikah bersama dengan Jihoon. Tampangnya yang cantik dan tubuhnya yang indah itu tidak dapat Soonyoung hiraukan begitu saja. Berpikiran bahwa menjalin hubungan terlarang itu tanpa sepengetahuan Jihoon pun dianggapnya sebuah tantangan tersendiri. Kalau ketahuan, bilang saja teman kerja. Kalau ketahuan lagi, ia masih bisa menyangkal dengan seribu satu alasan lainnya. Lelaki tampan bak pangeran itu menyepelekan perasaan Jihoon. Dianggapnya baik, Jihoon akan selalu memaafkan dan memaklumi semua sikap dirinya yang selalu seenaknya.

Namun, memang penyesalan selalu datang di akhir. Pilihan keduanya ternyata tidak sebaik yang ia kira. Jihoon jauh lebih sempurna dari apa pun dan siapa pun. Jihoon yang selama ini sembunyi di balik senyum rupawannya itu membuat Soonyoung tahu apa arti dari bajingan yang sebenarnya. Dia adalah salah satu bajingan itu. Jihoon yang selalu ada untuknya tanpa mengeluh sedikit pun, Jihoon yang selalu tersenyum di hadapannya, dan Jihoon yang tidak pernah lelah mengurusnya yang selalu bersikap seenaknya. Tanpa ia pernah tahu bahwa itu telah menyakiti Jihoon melebihi apa pun. Tanpa ia tahu bahwa ia telah menghancurkan seseorang yang seharusnya ia beri kasih sayang tulusnya.

Mungkin kata menyesal tidak lagi pantas untuk menggambarkan betapa malunya ia saat ini untuk menunjukkan batang hidungnya di depan Jihoon. Ia malu pada dirinya sendiri yang telah menghancurkan semua kenangan indah yang ia rajut dengan Jihoon selama ini. Bahkan ia tidak sempat sekadar menghapus air mata Jihoon yang selama ini tumpah akibat ulahnya. Ia tidak sempat menggumamkan kata maaf pada Jihoon, namun semuanya telah mencapai titik ujungnya. Titik di mana ia tidak lagi mempunyai keberanian untuk sekadar meminta maaf langsung di hadapan Jihoon. Kalau bisa meminta, Soonyoung ingin tidur dan tidak pernah bangun lagi agar tidak menyakiti Jihoon lagi selama hidupnya, agar Jihoon bisa hidup dengan tenang tanpa ada lagi yang mengganggu pikirannya.

Diambilnya sebuah pulpen yang berada di meja nakasnya.

Jika ini membuatmu bahagia kelak, aku akan melepaskanmu.





~•°•~





"Pagi, Sayang!" seru Hwayoung dengan cerianya. Perempuan itu bergelayut manja di lengan Soonyoung.

"Pagi," jawab Soonyoung singkat dengan senyum yang ia paksakan.

"Kau sudah sembuh?"

"Belum sepenuhnya pulih," jawab Soonyoung yang menimbulkan senyum kaku dari Hwayoung yang perlahan sedikit menjauh dari tubuh Soonyoung. Kerutan di dahi Soonyoung pun timbul melihat tingkah Hwayoung. "Kenapa tiba-tiba menjauh?" tanya Soonyoung sinis.

Eccedentesiast | SoonHoonWhere stories live. Discover now