15

1.7K 154 39
                                    

"Aku tinggal tidak apa-apa?"

Hari ini entah kenapa rasa-rasanya Soonyoung tidak ingin sekali untuk pergi bekerja. Pria yang berstatus sebagai pemilik dari sebuah perusahaan besar itu berkali-kali memeluk sang suami dengan erat dan mengecupi kening dan bahu Jihoon berulang kali. Sampai-sampai Jihoon sendiri yang harus melepaskan pelukannya sebab ia tahu kalau Soonyoung tidak akan melepaskannya dengan mudah kalau sudah manja begini.

"Soonyoung—ah, aku benar-benar tidak apa-apa. Kenapa kau manja sekali hari ini?" Bahkan Jihoon harus kembali menjauhkan wajahnya yang akan diberikan kecupan lagi oleh Soonyoung entah untuk yang keberapa kalinya hari ini. "Kau tidak seperti biasanya—" Perkataan Jihoon terpaksa terpotong akibat satu kecupan yang mendarat di bibirnya tanpa permisi.

"Berhenti!" paksa Jihoon yang kini menutup bibir Soonyoung dengan tangannya. "Kau tidak akan pergi-pergi kalau begini caranya!" Kini satu tangan Jihoon mulai bergerak guna melepaskan tangan Soonyoung yang masih juga melingkar erat di pinggang rampingnya. Bahkan pelukan Soonyoung sangat erat, susah sekali untuk dilepas. Akhirnya, Jihoon pun pasrah dan membiarkan tubuh kecilnya itu ditarik mendekat oleh suaminya.

"Kau mau apa sebenarnya, Soonyoung—ah?"

"Mau kau."

"Kau mau tidur bersamaku sepagi ini?"

Yang tadinya binar mata pada sang suami itu redup, kini tiba-tiba saja berseri-seri. Mana menampilkan cengiran bodohnya pula. "Kau mau?"

Jihoon hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya menanggapi pria yang sekarang tengah tersenyum nakal itu. "Isi kepalamu berarti sudah yang tidak-tidak daritadi, ya?" desak Jihoon, "Kau tidak ingin bekerja hanya karena ini tidur denganku, huh?"

Panik, Soonyoung pun segera menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Tidak! Yang benar saja. Aku memang sedang ingin berdua denganmu dan tidak ada yang mengganggu itu saja. Tapi, kalau kau mengajak lebih juga aku tidak masalah, hehehe..." Cengiran bodoh itu lagi yang keluar. Mau tidak mau Jihoon memberikan satu jitakan di kepala Soonyoung untuk menyadarkan sang suami.

"Aduh, sakit, Sayang..." keluh si pria berbadan besar, tetapi kelakuannya yang berbanding terbalik itu. "Habisnya kau pagi-pagi sudah minta yang aneh-aneh," balas Jihoon dengan sedikit kesal, tapi tidak sampai menaikkan nada bicaranya juga sebab ia tidak sampai hati kalau membuat Soonyoung sedih hanya karena alasan klasik seperti ini.

"Kau yang mengajak," aduh Soonyoung sambil terus mengusap kepalanya yang sakit karena terkena pukulan sayang dari suami kecilnya. Melihat Soonyoung yang seperti kesakitan itu membuat Jihoon tidak tega sendiri dan akhirnya ia pun membawa kepala Soonyoung untuk sedikit merunduk dan memberikan kecupannya di sana. "Maaf, ya. Aku memukulmu terlalu keras, ya, tadi..." cicit Jihoon yang kini menampilkan wajah sendunya.

"Eh? Tidak. Aku tidak apa-apa. Ini tidak terlalu sakit juga, jangan sedih." Buru-buru ditangkupnya wajah manis yang sangat ia dambakan itu untuk kemudian ia jatuhkan kecupan ringan di sekitaran pipi dan sudut bibir Jihoon. "Aku tidak apa-apa, sungguh," katanya lagi guna meyakinkan suami mungilnya yang masih belum juga luntur kesenduan yang tergurat di wajahnya.

"Aku—"

Belum sempat Jihoon membalas, ponsel Soonyoung berada di saku miliknya itu berdering nyaring. Satu tangannya ia gunakan untuk mengambil ponselnya, sedangkan yang satunya lagi masih melingkar indah di pinggang Jihoon. "Halo," katanya sambil menurunkan pandangannya pada Jihoon yang kini menatapnya dengan begitu lekat.

"Iya, aku akan segera ke sana."

Panggilan itu begitu singkat. Helaan napas keluar dari mulut Soonyoung dengan sorot mata yang tiba-tiba kembali meredup. "Ada apa?" tanya Jihoon yang kini wajahnya mulai ditangkup oleh Soonyoung.

Eccedentesiast | SoonHoonWhere stories live. Discover now