5. Doll Strap

250 19 1
                                    

Tidakkah kau melihat jalinan benang yang terikat sempurna di setiap persendian tubuhku? Benang yang sengaja mereka ikatkan padaku, yang menggerakkan tubuhku. Seperti itulah aku hidup

***

Hanyang, 1628, 5th Years of Seokjong Reign

Kamar milik Kang Ryung Jae, Raja Joseon bergelar Seokjong itu tampak gelap seperti biasa. Sedikit cahaya yang berpendar dari sebatang lilin selalu menjadi penerang yang dirasa cukup oleh Raja Seokjong untuk mengusir kegelapan dari kamarnya. Kebiasaan yang selama lima tahun terakhir tak pernah bisa dipahami oleh setiap orang di dalam istana.

Lilin itu hanya tinggal setengah, hampir terbakar habis sejak satu jam terakhir, menjadi satu-satunya penerang yang membantu Raja Seokjong untuk mencerna barisan kata yang tercetak dalam buku tebal yang sejak tadi menjadi pusat perhatiannya. Sosok dua orang penting Joseon yang kini duduk berhadapan dengannya, terhalang meja baca, tak sedikitpun mampu membuat Raja Seokjong mengalihkan tatapannya dari buku tebal tersebut. Barisan kata itu memesonanya, menyihirnya.

Jeonha, saat ini pasukan Manchu sedang mempersiapkan pasukan perang mereka, kita tidak bisa terus berdiam diri,” Hwang Nam, Menteri Pertahanan Joseon yang sikap tanpa-belas-kasihnya terpahat sempurna di wajahnya mulai membuka suara setelah selama setengah jam terakhir tak sedikit pun mendapat perhatian dari sosok Raja Seokjong. Kedisiplinan yang telah dipelajarinya dari kehidupan militer membuatnya tak bisa begitu saja membuang waktu dengan percuma. Bagi Hwang Nam, membuang waktu dengan percuma saat berperang sama saja halnya dengan mengantarkan nyawa dengan suka rela pada musuh, mengobarkankan diri sendiri untuk mati sia-sia.

Fakta bahwa Hwang Nam mengucapkan kata-kata tersebut dengan suara berat bernada pelannya tak lantas mematahkan fakta lain bahwa Raja Seokjong mendengar dengan jelas setiap kata yang terlontar dari mulut Menteri Pertahanan Joseon itu, tetapi sama seperti sebelumnya, tak sedikit pun kata-kata itu menarik perhatiannya. Kalimat itu tak mendapat balasan dari Raja Seokjong, hanya bergema pelan lalu hilang.

Kim Yi Sun, Menteri Aparatur Negara yang duduk di samping Hwang Nam mengembuskan napas tanpa suara, menjadi semakin tak sabar dengan sikap Raja Seokjong. Raja muda itu sudah membuat kesabarannya hilang.

Jeonha….”

Suara bernada memohon itu keluar dari mulut Ahn Joo Kyung, Kasim yang selalu melayani Raja Seokjong selama dua puluh lima tahun terakhir.

“Menteri Pertahanan Hwang, apa kau tahu Yoon Seon-do¹?”

Setelah menolak untuk mengeluarkan sepatah kata pun, akhirnya Raja Seokjong membuka mulutnya, melontarkan pertanyaan yang membuat Hwang Nam tercengang. Pun dengan Kim Yi Sun, Kasim Ahn, dan Cha Hee Dong, pengawal pribadi Raja Seokjong yang sama-sama berada di dalam kamar tersebut.

Songgwahaomnida, Jeonha². Hamba tidak tahu mengenai Yoon Seon-do.” Meskipun wajah Hwang Nam tertunduk, tetapi suaranya tidak bergetar sedikit pun, tetap tegas, tak merasa takut pada apa yang akan diucapkan Raja Seokjong selanjutnya.

Bagi Hwang Nam, tak ada seorang pun yang mampu membuat tubuhnya bergetar ketakutan, meski orang tersebut adalah Raja Seokjong sekali pun. Posisinya sebagai bagian penting dari faksi Barat yang ikut mengusung sosok Raja Seokjong setelah sebelumnya menjatuhkan Raja terdahulu, Pangeran Gwanghae yang kini terasing di Pulau Jeju, membuatnya tak perlu merasa takut pada sosok Raja Seokjong. Dia bisa melakukan hal yang sama pada Raja Seokjong kapan pun mengingat fakta bahwa pria muda itu tak lebih dari sekedar boneka politik faksi Barat.

“Bagaimana denganmu Menteri Kim? Apa kau tahu?”

Pertanyaan bermakna serupa itu terdengar kembali, kini sosok Menteri Aparatur Negara yang menjadi pusat perhatian Raja Seokjong.

Cerpen 10 Days ✔Where stories live. Discover now