6. Happily (N)ever After

212 19 0
                                    

Takdir atau kebetulan?

Happily ever after, apa hanya berlaku untuk manusia?

Bisakah aku yang hanya sebuah boneka memiliki perasaan cinta?

^°£°€^¢

Tahun 741 kalender Arm.

"Lalalala… Sekarang kau sudah terlihat cantik seperti biasanya, Nona Lucy. Duduk dan bersantailah, aku akan minum teh bersama Emily. Semoga kau menemukan hal yang menarik hari ini."

Fabricant de Poupees, toko sederhana dan tampak kuno di antara jajaran toko-toko lain di alun-alun kota Leitbh. Toko boneka klasik milik seorang pria aneh berambut perak yang menjual berbagai jenis boneka dengan berbagai ukuran. Setiap hari sebelum membuka tokonya, pria itu selalu mendadani papan nama toko kesayangannya yang ia letakkan di depan etalase toko miliknya. Di balik sebuah etalase kaca sederhana, di sanalah aku duduk dan mengamati seisi kota.

"Hei lihat! Tidakkah boneka itu sangat cantik? Apa itu benar-benar boneka?"

"Ah, boneka anak perempuan di etalase toko itu? Kudengar banyak orang yang menawarnya dengan harga tinggi."

"Eh? Benarkah?"

"Iya, tapi sayang si pemilik toko tidak pernah berkeinginan untuk menjualnya."

"Hoo… Sayang sekali."

"Ah sudahlah. Ayo! Kita hampir terlambat Neo."

"Tu-tunggu aku Will!"

Lagi ... ada yang memujiku lagi... Memang itu bukan pujian yang pertama bagiku. Orang-orang memang selalu berbicara hal yang kurang lebih sama seperti kedua orang tadi. Mungkin ini sudah puluhan atau bahkan ratusan kali.

Kulit seputih porselin, rambut panjang keperakan, dan bola mata berwarna lavender. Semua hal yang kumiliki memang selalu ampuh menyedot perhatian tiap orang yang melewati etalase toko ini. Terlebih … aku memiliki tubuh yang berukuran layaknya manusia, persis seperti gadis belasan tahun. Lalu, etalase toko yang berhadapan langsung dengan air mancur besar di tengah alun-alun kota―pusat di mana banyak manusia berlalu-lalang―sudah pasti aku menjadi objek yang paling menarik untuk diperhatikan oleh mereka.

Namaku Lucy, atau setidaknya begitu si pria aneh pemilik toko memanggilku. Aku tinggal di balik kaca etalase toko boneka berpapan nama 'Fabricant de Poupees'. Hobiku adalah memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang.

Benda mati sepertiku memang seharusnya tidak bergerak 'kan? Tapi, terkadang aku merasa kesepian dan iri pada orang-orang yang kulihat. Bisa menggerakan tubuh sesuka hati, berjalan kesana-kemari, dan berinteraksi dengan orang lain. Pasti rasanya menyenangkan ya? Walaupun tidak bisa bergerak, setidaknya aku ingin sekali punya teman bicara, orang seperti apapun tak masalah.

Ah, bicara apa aku ini? Mana ada orang aneh yang mau bicara pada boneka. Mungkin tak ada, kecuali ... Elkiste Guidotti si pemilik toko. Ia memang selalu bicara padaku setiap kali ia membersihkan etalase dan mendandaniku. Yah, dia memang agak aneh. Aku bahkan sering melihatnya berbicara pada boneka kecil yang selalu menempel di pundaknya.

BRUUKKK

"Hei! Lihat-lihat kalau kau jalan bocah!"

"Ah, Tuan … kumohon bantulah aku! Ibuku sedang sakit dan ayahku belum kembali sejak ia mencari dokter. Keadaan ibuku semakin parah, kumohon Tuan … bantulah aku." Seorang bocah berambut merah mengiba pada lelaki pirang yang baru saja dia tabrak tadi.

Tetapi, lelaki pirang itu malah bertindak kasar dengan mendorong tubuh mungil bocah merah itu hingga tersungkur menyentuh aspal. "Apa-apaan kau ini!? Kau mengotori pakaianku, pergi dan enyahlah dari sini!"

Cerpen 10 Days ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang