Wattpad độc quyền
Còn 16 chương miễn phí

1. Tugas

54.1K 1.9K 84
                                    

"Lapor, Komandan! Kapten 301 Arm Intelijen telah tiba."

"Suruh segera masuk."

"Siap, Komandan!"

Begitu pintu dibuka, seorang pemuda berbadan tegap dengan tinggi dan berat tubuh proporsional masuk ke Ruangan itu. Dia memberikan hormat dan salam pada Komandan Denver. Dia adalah Raja Dirgantara Pusaka, seorang Agen Intelijen muda dengan prestasi segudang di bidangnya. Raja baru saja diangkat sebagai Kapten 301 Arm Intelijen, berkat prestasinya yang berhasil membongkar kasus human Trafficking.

"Akhirnya, saya bisa bertemu juga dengan Kapten muda paling berbakat di Arm Intelijen. Suatu kebanggan untuk saya, Kapten."

"Komandan terlalu berlebihan. Harusnya saya yang merasa sangat bangga karena mendapatkan undangan khusus untuk datang ke sini," Raja merendahkan diri.

"Hahaha. Ayo, silahkan duduk. Kita bisa bicara," ajak Komandan Denver.

Setengah jam dihabiskan untuk membicarakan tentang keahlian Raja dalam membasmi kasus Human Trafficking, meski tidak semuanya tertangkap namun Raja berhasil membongkar siapa saja dalangnya.

"Begini Raja, saya memiliki satu tugas penting untuk kamu." Komandan Denver mengambil map berwarna merah di atas meja dan memberikannya pada Raja.

Raja membuka map tersebut, ada sekumpulan foto seorang Pria berkacamata hitam yang terlihat sedang melakukan transaksi narkoba.

"Namanya Abraham, gembong Narkoba dengan jaringan paling besar di Negara kita. Dia bekerja sama dengan berbagai kelompok hingga ke mancanegara."

Raja melihat satu persatu foto. Pria bernama Abraham itu memiliki wajah sangar, selalu memakai kaca mata hitam, berjas rapi bagai seorang pengusaha. Ada Tato di leher sebelah kanannya, seperti bentuk ular.

Lalu ada juga foto seorang wanita dengan Tato berjenis sama di leher, sedang duduk di sebuah kursi menatap ke beberapa wanita berpakaian Sexy.

"Dia Mariko, istri Abraham. Seorang germo kelas atas yang membuka tempat pelacuran legal di Negara ini."

"Legal?" Raja sedikit terkejut.

"Para polisi dan petinggi negara berada di belakangnya. Dia memakai kedok Bar Executive sebagai tempat bersembunyinya para wanita bayaran."

Raja mengangguk, mulai paham.

"Tapi bukan mereka target kamu."

Tiba di foto terakhir, Raja mengamati dengan kening berkerut.

"Dia adalah Kimberly Abraham, Putri tunggal yang sangat Abraham sayangi. Dialah target kamu," tunjuk Komandan Denver pada foto itu.

"Kebetulan Abraham sedang mencari seorang pengawal pribadi untuk putrinya. Mungkin karena dia memiliki banyak musuh, jadi dia butuh seseorang untuk menjaga putrinya itu. Ini kesempatan emas, Raja."

Sekali lagi, Raja mengamati foto itu dengan seksama. Tidak ada yang salah dengan foto itu, hanya seorang gadis yang sedang duduk ngopi di sebuah cafe sambil memegang ponsel. Tapi entahlah, rasanya ada sesuatu yang menarik Raja hingga terlalu lama ingin memandanginya.

"Melalui Kimberly, kamu bisa sampai ke Abraham. Tapi hati-hati Raja, seperti yang saya bilang tadi kalau Abraham memiliki mata yang sangat tajam. Dia sangat mudah mengenali musuhnya."

Raja menoleh pada Komandan Denver dan bertanya, "apa semua Agen yang Komandan kirimkan bekerja untuk Kimberly?"

"Tidak, mereka bekerja untuk Abraham. Tapi hanya satu hari, setelah itu kabar mereka semua lenyap."

Raja pun mengangguk.

Komandan Denver menepuk pundak Raja. "Selesaikan tugas kamu kali ini, bawa pulang keberhasilan. Saya percaya kamu bisa."

"Siap Komandan!"

"Kalau kamu berhasil, maka saya semdiri yang akan mempromosikan jabatan kamu untuk memiliki pasukan Intelijen pribadi, seperti saya."

Itu adalah impian Raja.

"Baik, Komandan. Siap laksanakan!" Raja menerima tugas itu. Imbalan yang diberikan adalah kesempatan baginya meningkatkan karir yang sempat tertunda.

✾ ✾ ✾

"Mama sangat bangga sama kamu. Di usia kamu yang masih sangat muda, kamu dipercaya untuk memimpin sebuah tugas dengan imbalan yang sangat besar. Ini luar biasa Raja," ujar Aila, Mamanya Raja. Dia membantu anak lelakinya itu berkemas untuk menjalankan tugasnya esok hari.

"Anaknya siapa dulu dong," balas Raja memuji Aila.

"Pokoknya semua anak Mama hebat," puji Aila.

Aila adalah mantan Kapten Agen Rahasia, kedua anaknya mewarisi keberaniannya itu dengan mengikuti jejaknya menjadi seorang Agen.

"Apa Kak Kaila bakal pulang lusa, Ma?"

"Katanya sih gitu."

"Wah, Raja nggak bisa ketemu. Salam aja buat Kakak."

"Iya sayang." Aila kemudian menatap Raja begitu lama.

Merasa ada yang aneh, Raja balas menatap Aila. "Kenapa, Ma?" tanyanya.

"Apa... Kamu udah bener-bener lupain Ayela?" tanya Aila dengan hati-hati.

Pergerakan tangan Raja terhenti, dia diam beberapa saat memandangi pakaiannya yang telah rapi di dalam koper. Kemudian menatap Aila, "lupa sih nggak, Ma. Tapi Raja nyoba buat ikhlasin, seperti kata Mama."

Aila tersenyum sedih, mengusap rambut Raja dengan lembut. "Kamu juga harus bahagia, move on Raja."

Raja mengangguk.

"Udahlah, kenapa Mama jadi bahas masa lalu. Gimana kalau kita ngopi di balkon kamar Mama, kayak biasanya."

Raja seketika memasang ekspresi antuasia. Dia merangkul pundak Aila. "Baiklah, sebelum Papa pulang dari Kantor, Raja bakal nemenin Mama."

"Anak yang baik."

Ibu dan anak itu kemudian berjalan ke kamar Aila, menuju balkon besar yang terdapat sebuah ayunan. Di situlah biasanya keluarga mereka menghabiskan waktu bersama kalau sudah berkumpul. Sambil menikmati malam penuh bintang, ditemani secangkir kopi panas dan camilan.

"Ma, ceritain ke Raja gimana cara Mama mengatasi masalah di saat penyamaran Mama terbongkar."

"Hahaha, itu mudah Raja. Emangnya ada cara lain selain melawan?"

Raja lantas ikut tertawa.

Benar juga. Kalau tidak melawan, maka mati adalah pilihan lainnya. Tapi itulah resiko dari pekerjaan Raja yang menuntut keberanian hingga ke akar-akarnya.

"Kamu pasti bisa," Aila meyakinkan Raja.

"Mama nggak takut Raja gugur?" tanya Raja hati-hati.

Aila menggeleng. "Seorang prajurit nggak akan takut mati, Raja. Tapi Mama percaya kamu pasti bisa."

Raja mengangkat kopi, mengajak Aila untuk tos. Saat dua gelas beling itu bertemu, keduanya pun tertawa dan menyeruput kopi dengan gaya yang sama.

"Kalau gitu ceritain lagi gimana Mama bisa jatuh cinta sama Papa," minta Raja.

Aila selalu suka menceritakannya di saat sang suami tidak ada. Karena dia bisa dengan jujur memuji bagaimana kegigihan Kaival saat mendekatinya. Setiap menceritakan itu rasanya seperti kembali ke masa lalu, membuat senyumnya selalu merekah dengan kedua pipi yang terkadang merona bila sang anak mulai menggoda.

✾ ✾ ✾

RajaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ