Wattpad Original
There are 4 more free parts

13. Laporan

15.4K 1.3K 34
                                    

Makanan yang dipesan pun datang, kebetulan mereka sama-sama menyukai steak sehingga memesan menu yang serasi. Namun untuk minuman, Raja lebih suka air putih dan Kim jus apel hijau.

"Aneh nggak sih kita udah deket lumayan lama, tapi aku nggak tau apa-apa tentang kamu," tanya Kim memulai obrolan lagi, setelah tadi tak ada suara sejak kepergian Viko.

"Emang apa yang spesial dari aku? Nggak ada. Hidup aku biasa aja Kim," sahut Raja merendah. Jujur, dia merasa Kim mencurigainya.

"Aku pengen tau sebelum kerja sama Papi aku, kamu pernah kerja di mana aja?"

Raja berusaha membuat wajahnya biasa saja. Dia mengunyah sambil menjawab, "banyak. Pernah jadi bodyguard Boss minyak, tapi dipecat lantaran ada penjilat. Pernah juga jadi bodyguard Bandar narkoba. Terus..."

"Bandar narkoba?" potong Kim.

Raja mengangguk.

"Siapa?"

Kim benar-benar menginterogasinya. "Kamu nggak akan tau."

"Aku tau semua sindikat narkoba di Negara ini, apalagi kalau dia Bandar." Kim meyakinkan, sekaligus menekan.

Raja menggali ingatannya, dia tidak boleh asal menyebut saja. "Gandrong," ucapnya, seingatnya saja.

"Gandrong? Bukannya dia udah dipenjara?"

Kim tau.

"Ya... Makanya aku berhenti. Dia dipenjara dan aku kehilangan pekerjaan." Raja mulai kualahan dengan berbagai pertanyaan Kim, bisa saja gadis itu melontarkan jebakan untuk membongkar siapa dirinya.

"Tapi, itu kan..."

"Kim, kita di sini buat ngebahas masa lalu aku?" potong Raja.

Kim kemudian menggeleng dan tersenyum. "Aku cuma penasaran. Tapi kamu bener, buat apa bahas masa lalu, kalau masa depan punya tujuan yang lebih jelas."

Sindiran.

Raja melanjutkan makannya dan pura-pura fokus pada kelezatan yang terasa hambar di lidahnya.

✾ ✾ ✾

Kim meminta Raja untuk mengambil istirahat, karena pemuda itu sekali pun tidak pernah libur dan terus menjaganya. Alasan lainnya, Kim tidak ingin Raja mendengar apa yang Papinya akan ucapkan saat marah padanya gara-gara kabur dari rumah Tor.

Namun di balik itu semua, ada alasan kenapa Kim meminta Raja untuk ambil libur.

"Gue udah kirim Fotonya ke elo, bisa kerjakan dengan cepat?" tanya Kim pada seseorang di telepon.

"..."

"Oke, gue tunggu." Kim mematikan ponselnya. Ujung kukunya mengikis pinggiran ponsel, ada kegelisahan yang sedang melanda saat ini.

Kim bersandar di sofabed-nya sambil memejamkan mata. Hatinya gelisah, pikirannya dibawa oleh kecurigaan yang sebenarnya belum terbukti.

Kemudian sebuah notifikasi email muncul di ponsel Kim. Dia langsung beranjang ke meja kerjanya dan menyalakan laptop. Kim membuka email itu dari sana, mengunduh setiap lampiran yang dikirim oleh orang suruhannya itu. Selama menunggu proses unduh, dia menggigiti ujung kukunya.

Tubuh Kim mulai menggigil, dia membutuhkan obat. Tapi untuk saat ini, sebentar saja dia sedang tidak ingin mengkonsumsi itu lantaran harus fokus pada tujuannya.

✾ ✾ ✾

Raja memanfaatkan liburannya untuk datang ke Markas Komandan Denver, karena sudah beberapa kali dia menerima sinyal agar memberikan laporan.

"Lapor Komandan, Kapten Raja menghadap!" hormat Raja pada Komandan Denver.

"Diterima," Komandan Denver menerima hormatnya. "Silahkan duduk," suruhnya.

Raja pun duduk di hadapan meja kerja Komandan Denver, dia meletakkan map yang dibawanya ke atas meja. "Ini adalah hasil rekaman saya beberapa hari belakangan ini, Komandan. Di sana, merekam segala aktivitas Abraham bersama partner besarnya, seperti Barayuda."

Komandan Denver mengangguk, menerima berkas itu dan membacanya. Ada chip kecil yang tertempel di sana, sebagai bukti dari yang Raja sebutkan tadi.

"Bagaimana Raja, apa melalui putrinya kamu sudah tau dari mana Abraham mendapatkan barang-barang itu?"

"Belum, Komandan. Saya masih harus menyelidiki lebih lama lagi."

Komandan Denver mengangguk. "Apa begitu sulit?"

"Seperti yang Komandan duga sebelumnya, kalau penjagaan dan pemeriksaan di sana sangat ketat. Saya tidak bisa sembarangan bertindak. Terutama orang-orang Abraham sepertinya sangat terlatih, sedikit saja pergerakan kita meleset, maka selesai sudah semuanya."

Komandan Denver tertawa. "Kamu memang selalu bekerja dengan perhitungan yang matang, itu sebabnya kamu selalu menang Kaptem Raja."

Raja tersenyum tipis mendengar itu.

Komandan Denver mengambil chip dan memasukkannya ke tempat yang terhubung dengan komputernya. Lalu dia dengan serius memperhatikan setiap rekaman yang Raja berikan. Sekua berisi tentang Abraham, sangat rapi dan... "Good! Ini luar biasa Raja. Sebenarnya bila tujuan kita hanyalah menangkap Abraham, maka cukup dengan bukti ini saja kita bisa melakukannya. Tapi selain Abraham, kita juga harus tau dari mana dia mengambil barang-barang itu. Kita perlu memusnahkan induknya untuk memberantas pengikutnya."

"Siap, Komandan! Saya akan berusaha lebih baik lagi."

"Hahaha. Saya bangga sama kamu," Komandan Denver mengangguk senang.

Raja tersenyum tipis. Ada satu hal yang tidak Raja laporkan, yaitu tentang Kimberly Abraham. Raja tidak memberikan rekaman tentang Aktivitas Kim, juga jaringannya. Entah kenapa, dia ingin melindungi gadis itu.

"Bagaimana dengan Kimberly? Apa dia ikut serta dalam jaringan Ayahnya?" tanya Komandan Denver.

Abraham yang tidak biasa berbohong saat bertugas, memasang ekspresi yang sedikit cemas. "Tida komandan. Semua masih normal," bohongnya.

"Kasihan anak itu. Kalau nanti kita menangkap orang tuanya, maka dia pasti akan sangat menderita."

Raja terhenyak, hal ini tidak ada di pikirannya sebelumnya. Dia terlalu fokus tentang melenyapkan semua bukti kejahatan Kim, sampai-sampai lupa bahwa orang yang sedang dia laporkan pada Komandan Denver adalah Papi dari gadis itu sendiri.

Entah bagaimana rekasi Kim saat tau kalau Raja akan menangkap orang tuanya. Hal yang paling mungkin adalah Kim pasti akan sangat membencinya, meski dia sudah berusaha menyelamatkan nama gadis itu sekalipun.

"Terima kasih, Raja. Saya tunggu laporan kamu selanjutnya. Saya harap nanti kamu membawa hasil akhir dari tugas kamu."

"Siap, Komandan!" Raja berdiri dan memberikan hormat.

Setelah keluar dari ruangan Komandan Denver, Raja masuk ke dalam mobil dan merenung. Lagi-lagi, dia harus berhadapan pada gadis yang memiliki kisah hidup begitu rumit.

Dulu Ayela.

Sekarang Kimberly.

Dan kali ini, Raja kembali terjebak seperti kisah di masa lalu, dimana dia mulai jatuh cinta pada targetnya.

"Arggghh!" Raja meninju setir berkali-kali, hingga jarinya merah.

✾ ✾ ✾

RajaWhere stories live. Discover now