Wattpad Original
Ada 12 bab gratis lagi

5. Pelampiasan

23.4K 1.6K 64
                                    

Raja mendekatkan wajah, melumat bibir Kim dengan penuh tekanan. Dia menahan tengkuk wanita itu dengan kuat, agar berhenti berontak. Hingga lama kelamaan Kim diam, menikmati ciumannya. Raja pun mengendurkan cekalannya pada gadis itu, hingga ciumannya berbalas.

Entah Raja sedang berniat menolong atau sebenarnya dia mulai terbuai, yang pasti dia belum bisa melepaskan pagutan bibir mereka berdua. Malah, keduanya semakin melumat seirama.

Cara ini berhasil, Kim melampiaskan rasa sakit yang menyerang dengan menciptakan gairah panas di tubuhnya. Meski secara sadar dia tau kalau dirinya sedang berciuman dengan seorang bodyguard, yang sama sekali bukan kelasnya, tapi Kim tidak perduli. Hasratnya terlanjur membara.

Kim mendorong Raja berbaring, dia naik ke atas tubuh pemuda itu lalu membungkuk untuk menjalin ciuman kembali.

Raja mengerti apa yang Kim minta, tapi dia tak ingin terlalu jauh. Bukan karena dia tidak tergoda, melainkan karena dia tak ingin Kim menyesal. Maka saat jemari lentik Kim berniat membuka kancing pakaiannya, Raja langsung membalik posisi mereka.

Bibir Kim terbuka, wajahnya yang merona membangkitkan gairah Raja pada malam ini. Ditambah lagi, gadis itu sangat ingin disentuh.

Raja menahan kedua tangan Kim agar tetap diam, lalu dia membungkuk mencium bibir gadis itu dengan begitu ganas. Aroma Tequilla sejak tadi sangat terasa dalam belitan lidah Kim.

Kim mendesah saat Raja mulai menciumi lehernya, dia memejamkan mata menikmati itu.

Hingga lama kelamaan Kim tertidur.

Raja pun menghentikannya. Demi apapun dia sudah lepas kendali, ingin rasanya memanfaatkan kesempatan menjamah setiap kelembutan kulit Kim yang menggoda. Raja akui, sulit menolaknya karena Kim sendiri seakan menyerahkan tubuhnya secara sukarela.

Melihat Kim tidur bagai bayi yang masih polos, Raja tak berkedip memandangi wajahnya. Dia merapikan rambut Kim yang berantakan. Menyelimuti gadis itu agar lebih nyaman.

Sekali lagi, Raja memandangi Kim. Di hari pertamanya bekerja, sosok dingin seperti Kim ternyata menyimpan begitu banyak rahasia yang mulai terbongkar. Fakta bahwa Kim membantu Ayahnya menghabisi orang-orang yang tidak mau membayar hutang, membuat Raja sangat terkejut. Ditambah lagi sekarang Raja mengetahui kalau Kim seorang pemakai.

Setelah mampu menguasai diri dan melenyapkan hasrat lelakinya, Raja pun meninggalkan kamar Kim. Dia butuh asupan gizi untuk mengganti energinya yang terkuras habis tadi. Belum lagi kepalanya yang berdenyut karena harus menahan sesuatu yang ingin dituntaskan di bawah sana.

"Gue kira lo tidur di dalem," ujar Rey begitu Raja keluar.

"Lo udah makan?" tanya Raja.

"Udeh. Gila makanannya enak banget, Man! Lihat perut gue," Rey mengusap perutnya yang sedikit kencang.

"Gue makan dulu," pamit Raja.

"Oke!" Rey memberikan hormat. Tapi lalu dia menarik tangan Raja. "Nona di dalem lagi apa?" tanyanya genit.

"Tidur. Dia minta untuk siapapun jangan masuk," bohong Raja, tak ingin Rey tiba-tiba berniat masuk dan mengganggu Kim.

"Yahhh," Rey melepaskan Raja, memasang ekspresi kecewa.

Raja pun turun ke dapur, seorang ART muda yang sedang beres-beres di sana langsung menyambutnya dengan sukacita. "Mau makan apa, ganteng?" tanya Bik Odah genit.

"Telur rebus, tanpa kuning telurnya Bik."

"Hah, yakin Mas?" tanta Bik Odah kaget.

"Boleh saya masak sendiri, Bik?"

✾ ✾ ✾

Kim terbangun setelah tidur beberapa waktu. Dia memijat pelipisnya yang terasa sangat pening, belum lagi rasa mual di perut yang selalu terjadi bila dia minum-minuman.

Deg!

Ingat dengan kejadian yang baru saja terjadi sebelum dia tidur, membuat Kim refleks duduk dan mencari Raja. Pemuda itu tidak ada di kamarnya, membuat Kim sedikit merasa lega karena tak perlu memyembunyikan rasa malunya.

Kim turun dari ranjang, berlari ke meja rias dan menatap dirinya dari pantulan cermin. Dia meringis, dirinya terlihat sangat kacau terutama rambut yang seperti sarang burung.

But, wait...

Mata Kim melebar melihat jejak merah di lehernya, berjumlah tiga bulatan kecil yang sangat kentara. Otaknya kembali mengingat bagaimana Raja mencumbunya tadi malam.

Fakta bahwa Raja seorang Bodyguard membuat Kim sakit kepala, belum lagi siapa tau saja pemuda itu sudah memiliki istri.

"Oh my God!" Kim mengumpat dirinya sendiri, yang begitu bodoh karena menikmati setiap apa yang Raja lakukan. Semacam wanita yang haus belaian. "Ah, memalukan Kim!"

Kim berpegangan pada pinggiran meja rias dan menatap dirinya di cermin. Dia mengamati dengan baik wajahnya itu, kemudian menggelengkan kepala. Segera, Kim masuk ke kamar mandi untuk memperbaiki penampilan.

Setelah dirasa cukup membuatnya terlihat normal; tanpa sarang burung di kepala, Kim pun keluar dari kamar karena merasa sangat lapar.

"Selamat malam, Nona!" sapa Rey begitu antuasias.

Kim mengangguk kecil, kemudian dia melangkah. Rey mengikuti dari belakang setelah jarak cukup jauh.

Kim masuk ke Ruang makan, namun jantungnya kembali berdebar keras karena ternyata ada Raja di sana sedang bercanda dengan Bik Odah. Mau berbalik, Raja sudah terlanjur menoleh ke arahnya karena sapaan Bik Odah tadi. Kim pun terpaksa duduk, berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Non mau makan kayak biasa?" tanya Bik Odah.

"Hmm," jawab Kim.

Bik Odah pun masuk ke dapur dan membuatkan makanan untuk Kim. Di ruang makan itu, Kim dan Raja tidak saling memgeluarkan suara. Mereka diam, meski hati berteriak ingin saling menyapa.

"Ini Non, Omelet kesukaan Non," katq Bik Odah sambil meletakkan sepiring omelet ke atas meja.

Omelet di malam hari? Raja menatap gadis itu tak percaya.

Kim makan dengan cara yang sangat anggun, garpu di tangan kiri dan pisau di tangan kanan seperti sedang menyantap steak di Restoran berbintang.

Merasa sedang dilihatin, Kim mengangkat matanya menoleh Raja. Mereka bertatapan, meski saling diam. Meski akhirnya Raja lah yang lebih dulu memutus kontak mata dengan meminun air di gelasnya lalu pergi dari Ruangan itu.

Kim menghela nafas, entah apa yang terjadi dengan dirinya saat ini. Ada semacam perasaan aneh yang muncul setiap kali melihat Raja, namun bibir seakan begitu kelu untuk mendefenisikannya.

✾ ✾ ✾

RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang