Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi

16. Perlu Bukti

20.5K 1.3K 42
                                    

DOR!

Peluru mengenai genteng rumah hingga bolong. Kim membuat Raja nyaris saja membunuh seorang anak berusia 5 tahun kalau saja dia terlambat tadi.

Terjadi keheningan. Ada rasa takut, bingung dan juga was-was. Balita itu juga sampai tak mengeluarkan suara lagi, masuk dalam pelukan ibunya bagai seekor anak beruang.

Kim melempar sebuah koper ke depan Andreas. "Pergi dari kota ini. Mulailah hidup dengan identitas baru. Ingat Pak Andreas, saat nanti kita bertemu lagi maka saya tidak akan pernah mengampuni anda."

Semua terkejut, termasuk Raja.

Isi di dalam koper itu adalah sejumlah uang yang sangat banyak. Juga ada paspor, serta berbagai macam identitas dengan foto ketiga orang itu.

"No-Nona?" Andreas masih tidak mengerti kenapa Kim membantunya. Dia sendiri sangat tau track record Kim dalam membasmi musuhnya, tapi kenapa dia dilepaskan? Itu menjadi pertanyaan besar dalam kepalanya.

Kim berlutut di depan istri Andreas dan mengusap kepala anak kecil itu. Anak itu membelokkan kepala menoleh Kim. Kim tersenyum, dia menhhapus jejak air mata dari anak itu. "Maafin Tante ya udah bikin kamu takut. Tante cuma mau bikin orang-orang di luar sana percaya kalau Tante udah lakukan tugas dengan benar. Mulai sekarang kamu harus hidup dengan baik, memakai nama baru pilihan Tante. Rania..."

Istri Andreas langsung mencium punggung tangan Kim mengucapkan terimakasih. Begitu pun Andreas yang berlutut sambil mengusap kedua telapak tangan tanpa henti.

Kim berdiri. "Jaga mereka dengan baik. Kesempatan tidak pernah datang dua kali Pak Andreas," ujar Kim menasehati. Kemudian dia melangkah keluar dari rumah sempit itu.

"Nona Kim, terima kasih!" Andreas bersujud mengiringi kepergian Kim.

Raja benar-benar dibuat terkesima. Dia tak habis pikir dengan cantiknya permainan Kim, bahkan dirinya saja terkecoh tadi. Ingin rasanya dia memeluk gadis itu dan mengucapkan terima kasih, tapi sikap dingin Kim membuatnya tak mungkin melakukan itu.

Di perjalanan pulang, Raja kembali harus melihat Kim bermesraan dengan Tor. Keduanya menikmati serbuk narkoba, sama-sama tidak sadarkan diri dan mengoceh dengan fantasi mereka.

Fakta bahwa Kim adalah gadis yang memiliki track record kejahatan begitu banyak, membuat Raja bingung apakah dia masih harus melindungi gadis itu sekarang.

Bukankah kejahatan harus dihukum?

✾ ✾ ✾

Raja menggendong Kim ke kamarnya, gadis itu sudah tidur pulas bersama Tor di mobil tadi saat efek narkoba mulai hilang. Tapi syukurlah, Raja lebih suka Kim tidur saja daripada bercumbu dengan pemuda lain.

Dengan penuh ketelatenan, Raja melepas heels Kim. Lalu menyelimuti tubuh langsing itu dengan selimut. Sesaat, Raja memandangi wajah bak seorang bayi yang sedang pulas. Kejahatan memang selalu bersembunyi di balik kecantikan. Pepatah itu sangat cocok dengan Kim.

"Kamu lebih terlihat bahagia saat melakukan hal-hal yang normal, ketimbang melakukan kejahatan, Kim. Aku jadi penasaran, kenapa kamu mau membantu Papi kamu?" tanya Raja.

Kim meresponnya dengan berguling gelisah. Dia mengigau, seperti sedang menyebut nama seseorang.

Raja mendekatkan telinganya untuk bisa mendengar apa yang Kim ucapkan.

"Raja..."

Hati Raja hangat, Kim menyebut namanya. Entah gadis itu sedang bermimpi atau berfantasi, yang jelas Kim tidak menyebut nama lain selain dirinya.

Raja membungkuk, mengecup bibir dingin Kim dengan lembut. Gadis itu diam, berhenti mengoceh tidak jelas dan pulas kembali.

✾ ✾ ✾

Sore hari, Kim terbangun dari tidurnya lantaran merasa lapar. Dia langsung keluar dari kamar dan disapa oleh Rey yang berjaga di luar pintu. Ada yang kurang, kemana Raja? Tapi Kim gengsi menanyakannya.

Eh, ternyata begitu sampai di Ruang makan Raja sedang berada di sana bersama Bik Odah yang membuatkan kopi.

"Sore, Non. Mau makan?" tanya Bik Odah.

Raja langsung menoleh Kim, menatap gadis itu yang terus saja membuang muka.

Kim mengangguk dan duduk di kursi biasa kalau dia makan. Selama menunggu Bik Odah menyiapkan makanan untuknya, Kim fokus pada layar ponsel agar punya aktivitas untuk menghindar dari Raja.

Sialnya, Raja malah ikut duduk di sana dan berhadapan dengannya. Pemuda itu terus saja melemparkan tatapan yang membuat Kim merasa tidak nyaman.

"Kamu kenapa?" tanya Raja dari hati ke hati.

Kim mengabaikannya dengan terus bermain ponsel. Begitu Bik odah selesai menyiapkan makanan, dia malah berdiri. "Bawa semuanya ke kamar saya, Bik. Saya lagi nggak mood makan di sini," katanya dengan nada ketus.

"Baik, Non."

Raja benar-benar tidak tahan lagi. Dia cukup tau diri sebenernya akan posisi dirinya yang hanya seorang bodyguard andai dulu Kim tidak memberikan celah untuknya masuk ke hati gadis itu.

Saat Kim melangkah menaiki tangga, Raja menarik tangan gadis itu untuk naik ke atas lebih cepat.

Kim yang kaget tak sempat protes sehingga langkahnya terbawa oleh tarikan kuat Raja yang membawanya masuk ke dalam kamar. Bahkan Rey saja sampai terkejut melihat Raja berani menarik-narik majikannya seperti itu.

BLAM!

Pintu kamar ditutup dengan keras dan dikunci oleh Raja. Dia berbalik dan menatap Kim sangat tajam. "Aku perlu tau ada apa sama kamu, sampai kamu harus bersikap sedingin ini ke aku?!" tuntut Raja.

"Jangan bersikap kurang ajar, Raja. Kamu bekerja untuk aku, jadi bersikaplah seperti yang seharusnya," desis Kim.

"Terus yang kemarin-kemarin itu apa, Kim?" tanya Raja, hatinya terasa diremas oleh ucapan Kim tadi.

Kim tersenyum sinis. "Kamu hanya perlu melupakan itu karena sebenarnya itu nggak ada artinya buat aku. Aku cuma kesepian karena Tor nggak ada di Indonesia, jadi saat dia kembali..." Kim melangkah mendekati Raja hingga jarak mereka sangat tipis. "Kamu udah nggak aku butuhkan lagi," desisnya tajam.

Nafas Raja memburu, dadanya turun naik karena marah. Dia menatap Kim tajam, gadis itu sangat menguras emosinya. "Nggak berarti apa-apa?" tanyanya tajam.

"Iya," jawab Kim tegas.

Raja tersenyum miring.

Tanpa Kim duga, detik selanjutnya Raja mendorong tubuhnya ke dekat ranjang. Membaringkannya ke situ, kemudian pemuda itu menindihnya dengan mengunci kedua tangannya di atas kepala.

"Aku perlu bukti untuk percaya kalau itu emang nggak berarti apa-apa," bisik Naga tersenyum sinis.

"Mau apa kamu?" tanya Kim sambil menggerakkan tubuhnya agar terlepas dari penjara pemuda itu.

"Mengingatkan kamu kalau yang kita lakukan kemarin, bukanlah sekedar pelampiasan."

Mata Kim terbelalak lebar.

✾ ✾ ✾

RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang