Wattpad Original
There are 6 more free parts

11. Record Kesalahan

18K 1.3K 22
                                    

"Dari mana kamu?!" Abraham marah saat Kim pulang terlambat.

Kim menghentikan langkah, menoleh pada Abraham. "Papi nggak pernah nanya Kim kemana. Kenapa sekarang nanya?" lawannya.

"Kim, kamu tau kan Om Yuda mengundang kamu makan malam di rumahnya malam ini? Tor sendiri yang datang langsung mengundang kita!" sergah Abraham.

"Kim nggak mau ikut. Kim capek," tolak Kim.

"Nggal bisa! Jangan main-main kamu Kim. Yuda bukanlah orang sembarangan. Dia adalah sumber kekayaan kita. Tanpa Yuda, apa kamu pikir bisnis Papi bisa sebesar ini?!"

"Apa yang ada di pikiran Papi cuma bisnis? Cuma uang? Apa harga yang harus Papi bayar untuk kekayaan Papi ini adalah Kim?"

Abraham semakin melotot. "Kenapa kamu berani melawan Papi sekarang?papi perhatikan, kamu mulai jarang menjalankan tugas yang seharusnya. Kamu lebih sering keluyuran nggak jelas."

"Karena ada masa dimana Kim lelah dengan semua aturan Papi. Kim cuma mau merasakan hidup normal itu seperti apa. Karena sejak kecil, mainan yang Papi kasih ke Kim cuma pistol, bukan boneka."

Tangan Abraham terangkat ingin menampar Kim, tapi Mariko buru-buru mencegah. "Papi, sudahlah jangan marah-marah. Kim biar urusan Mami. Papi tunggu setengah jam, Mami akan bawa Kim ke hadapan Papi."

Abraham diam saja saat istrinya membawa sang anak naik ke kamarnya. Dia duduk di sofa dengan wajah kusut dan masam.

Di tempatnya berdiri, Raja mendengar perdebatan antara Ayah dan anak tadi. Andai saat ini posisinya bukanlah seorang bodyguard, sudah pasti dia akan membela Kim.

Sementara itu di kamar, Mariko terus berusaha membujuk Kim agar mau diajak ke Kediaman Barayuda.

"Ayolah sayang, jangan buat Papi kamu marah. Kamu tau kan gimana dia kalau sudah marah."

Kim menghela nafas dengan kasar. "Fine, Kim ikut!" jerit Kim kesal. "Dengan satu syarat..."

Baru saja Mariko tersenyum, Kim membuatnya cemas kembali. "Syarat apa sayang?"

"Kim nggak mau satu mobil sama Papi dan Mami. Kim naik mobil Kim sendiri, bersama bodyguard Kim."

Mariko tersenyum puas. "Cuma itu? Tentu Mami izinkan," ucapnya sambil melenggang ke lemari pakaian Kim.

Mariko mencari-cari gaun yang pas untuk dipakai malam ini. Gaun yang tidak terlalu glamour, tapi tetap terkesan mewah. "Ah, ini dia. Kamu belum pernah pakek ini kan?"

Kim menatap lesu pada gaun merah ketat dengan belahan dada rendah itu. Tapi tidak bisa menolak karena Maminya selalu punya banyak cara untuk memaksa.

Selesai memakai gaun sexy itu, Kim didandani secara natural oleh sang Mami. Rambutnya dibiarkan tetap bergelombang pada ujungnya. Lalu sedikit ada sentuhan aksesori mahal di leher dan telinga Kim.

Untunglah bekas merah dari ciuman Raja berada di tempat yang tepat sehingga tidak terlihat satu pun. Kalau tidak, akan jadi pertanyaan besar orang tuanya bila bukan Tor pelakunya.

"Kamu udah cantik. Ready?" Mariko mengulurkan tangan.

Kim dengan malas menerima uluran tangan itu. Dia mengukuti langkah Maminya, keluar dari kamar dan turun ke bawah.

✾ ✾ ✾

Raja ikut serta menjadi pengawal pribadi Kim menuju ke Rumah Barayuda. Bagi Raja, ini kesempatan besar untuk mendapatkan banyak informasi bila dia berhasil masuk dan mengetahui dimana rumah Barayuda. Dia tak menyia-nyiakan kesempatan ini dan telah mempersiapkan segalanya. Alat sadap serta perekam telah terpasang rapi di kancing jas hitamnya.

"Kamu kenapa?" tanya Raja kerena sejak tadi Kim cuma diam.

"Males kesana."

"Terus kenapa mau?"

"Terpaksa."

"Kimberly Abraham bisa dipaksa juga?" sindir Raja.

"Rajaaaa, ih!" Kim mencubit pinggang Raja.

"Hehehe, becanda." Raja meraih tangan Kim dan menggenggamnya ke pangkuan.

Kim menyandarkan kepalanya ke pundak Raja, merasa sangat nyaman kalau sudah di dekat pemuda itu. "Aku lebih suka lama-lama di sini sama kamu ketimbang kesana."

"Jadi, ini sebabnya kamu nggak mau Rey satu mobil sama kita?" sindir Raja.

Kim tersedak tawa. "Abisnya aku males sama dia, kepo orangnya. Walau keliatannya baik sih."

Raja pun ikut tertawa. Nyaman, dia pun merasakan hal yang sama.

Namun saat mobil berada di jalan sepi, sebuah mobil kontainer berhenti menutupi jalan. Sebelumnya tidak ada kecurigaan karena sang sopir kontainer terlihat turun untuk buang air kecil. Namun kemudian, ada beberapa orang berpakaian hitam dan memakai penutup kepala, datang dengan membawa senjata laras panjang.

Kim menghela nafas, menyandarkan punggung dan melipat tangan di depan. "Mereka lagi, males banget sih. Suka banget cari mati," omelnya. Rombongan Papinya sudah lebih dulu melesat, tidak akan bisa membantu mereka.

"Kamu kenal?" tanya Raja.

"Hmm. Musuh-musuh Papi. Kalajengking. Udah berkali-kali ngirim pasukan, masih juga nggak kapok."

"Ayo," ajak Kim, hendak turun dari mobil.

"Kim," Raja menahan tangan Kim, cemas.

"Tenang aja, mereka nggak akan nembak aku. Tujuan mereka itu Papi, bukan aku."

"Tapi kamu bisa kena sasaran juga, Kim!"

"Nggak akan, aku udah biasa." Kim dengan tenangnya tetap tersenyum. Lalu dia turun dari mobil, setelah megeluarkan dua pistol andalannya.

Raja tidak bisa hanya menunggu di dalam mobil, membiarkan Kim berada dalam bahaya. Dia pun datang dan melindungi gadis itu.

"Serahkan Nona Kim pada kami," ujar salah seorang penjahat itu.

Raja tersenyum miring. "Jatuhkan senjata kalian. Kalian semua, lawan saya. Kalau berhasil, silahkan ambil apa yang kalian inginkan," tantangnya.

Tidak ada tembakan, orang-orang itu menjatuhkan senjata. Mereka meregangkan otot sambil terkekeh satu sama lain, seakan-akan Raja itu anak TK yang sangat mudah dihabisi.

Raja pun memasang kuda-kuda. Baku hantam terjadi, sepuluh lawan satu.

Kim mendengus kesal, cara yang Raja pakai ini sangatlah kuno. Bukankah lebih baik menembak, sehingga mereka bisa segera pergi dari tempat ini?

Dor!

Dor!

Dor!

Dor!

Dor!

Lima kali suara tembakan, sepuluh orang tewas seketika. Kim pelakunya, gerakannya sangat cepat sehingga tak ada yang bisa membalas atau menghindar.

Raja terdiam saat orang-orang itu tewas di tempat. Sejujurnya dia tak suka Kim melakukan itu, karena record kesalahan gadis itu menjadi semakin bertambah.

"Ayo," ajak Kim.

Raja pun terpaksa ikut masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan. Saat ini, hatinya sedang tidak tenang.

✾ ✾ ✾

RajaWhere stories live. Discover now