Wattpad Original
There are 13 more free parts

4. Sakau

21.8K 1.5K 58
                                    

Seperti biasa, Kim tipikal yang memang irit bicara dan pelit ekspresi. Wajahnya selalu datar, tidak pernah tersenyum, namun lebih banyak menatap hingga yang ditatap terpesona olehnya. Sudut matanya melengkung ke atas, sehingga matanya itu terlihat tegas dan tajam.

"Kita mau kemana lagi, Nona?" tanya Raja.

"Pulang," jawab Kim.

Raja menginjak gas, lalu tidak ada suara lagi selain suara Kim menelpon seseorang untuk membereskan bangunan tadi beserta mayat-mayatnya.

Raja melirik ke samping, Kim terlihat memejamkan mata. Dia yakin gadis itu tidak tidur, malinkan ada beban yang sedang dia pikirkan. Mungkinkah dia menyesal setelah membunuh banyak orang tadi?

Lagi-lagi, Raja selalu tepergok menatap Kim, membuatnya mengalihkan pandangan ke jalanan.

"Makasih, kalian udah bantu gue hari ini," kata Kim tanpa menoleh ke siapa pun.

"Dengan senang hati Nona," jawab Rey melebih-lebihkan nadanya.

Kim menoleh pada Raja yang tidak mengatakan apa-apa. Ada sesuatu yang tertahan di bibirnya, ingin diucapkan tetapi ragu. Hingga akhirnya dia memilih diam dan kembali memejamkan mata.

Begitu sampai di Rumah, Kim langsung disambut penuh kegembiraan oleh Abraham. Terutama saat gadis itu memberikan koper, tawanya sampai menggelegar.

"Kamu memang anak kebanggan papi, sayang." Abraham memeluk Kim dan mengusap kepala putrinya itu.

"Bagaimana mereka, cukup membantu?" tanyanya mengenai Raja dan Rey.

"Good," jawab Kim sekenanya. "Kim ke kamar dulu, Pa."

"Oh, iya kamu pasti lelah. Istirahat ya sayang," Abraham mencium pelipis Kim.

Kim pun langsung pergi ke kamarnya sementara Abraham masih menahan Raja dan Rey untuk diajak bicara.

"Sekarang kalian tau bagaimana anak saya bukan?" tanyanya.

Raja dan Rey mengangguk.

"Selain harus melindungi keselamatan anak saya, kalian juga berkewajiban untuk menjaga segala rahasia yang kalian lihat ataupun dengar. Karena dengan bekerja di sini, kalian harus mengabdi sepenuhnya pada kami."

"Siap, Pak!" jawab Rey antusias.

Abraham menoleh pada Raja. "Kamu dipilih Kim sebagai tangan kanannya, itu artinya jangan kecewakan dia. Atau, kamu tau resikonya apa?"

"Nona Kim akan membunuh saya," jawab Raja.

"Good," Abraham menanggapinya dengan senang. "Kalian semua kembali ke sisi Kim, jaga dia dengan baik."

"Baik, Pak!"

Raja dan Rey pun naik ke atas, menuju kamar Nona muda. Seperti tadi pembagiannya adalah Raja di dalam dan Rey di luar. Tapi saat Raja akan membuka pintu kamar, Rey menghalangi.

"Gue laper, man." Rey memegangi perutnya.

"Lo makan aja, gue yang jaga." suruh Raja.

"Lo yakin?" Rey nampak ragu.

Raja mengangguk.

"Thanks," Rey tercengir menepuk pundak Raja.

Setelah Rey turun kembali ke bawah, Raja pun mengetuk pintu kamar dan membukanya. Dia melangkah masuk dan menutup pintu kembali.

✾ ✾ ✾

Saat Raja masuk, terlihat Kim sedang duduk di sofabed sambil menenggak Tequilla langsung dari botolnya. Gadis itu terlihat kacau, helaian rambutnya banyak yang keluar dari ikatan.

Dan dia menangis!

Raja tersentak melihat air mata Kim meleleh, namun tanpa isakan tangis. Membuatnya tidak bisa berdiri tenang, terganggu oleh pikiran ingin bertanya kenapa gadis itu menangis.

Kim tiba-tiba menoleh pada Raja, diam untuk beberapa saat. Kemudian berkata, "lo boleh istirahat," suruhnya.

Raja menggeleng. "Sebaiknya saya tetap di sini Nona."

"Nggak laper?" tanya Kim.

"Nanti saya akan makan bergantian dengan teman saya," jawab Raja.

Kim pun tak lagi bertanya. Dia melanjutkan meminum Tequila yang sangat memabukkan itu, menenggaknya tanpa ampun.

Raja tiba-tiba saja mendekat dan mengambil botol itu dari tangan Kim. "Jangan Nona, anda belum makan apapun." Niat Raja baik, dia tidak ingin Kim sampai jatuh sakit, padahal apa perdulinya? Seharusnya dia tak terlalu ikut campur urusan pribadi gadis itu.

Sama seperti saat di Bar tadi, Kim tidak marah minumannya diambil. Dia diam saja, memejamjan mata dan memijat pelipisnya.

"Nona butuh sesuatu? Biar saya ambilkan," Raja menawarkan.

Kim membuka matany, kembali menegakkan tubuh dan menatap Raja dengan serius. "Gue butuh pengalihan," beritahu Kim.

"Pengalihan?" tanya Raja tak mengerti.

"Hmm," jawab Kim lemah.

Shit! Raja mengumpat dalam hati karena tatapan gadis itu yang sangat menggoda, menatapnya sangat dalam dan tanpa berkedip sedikit saja. "Nona kenapa?" tanyanya.

"Panggil Kim aja, kita cuma berdua."

"Oke, kamu kenapa?"

Kim terus menatap Raja begitu dalam, tapi kemudian wajahnya meringis menahan sesuatu.

"Kim," Raja mengusap pipi Kim, dia kaget bukan main karena kulit gadis itu sangat dingin. Dingin namun berkeringat dan seperti sedang kesakitan. "Kamu kenapa?"

"Ini nyiksa banget," lirih Kim dengan suara berat. Kedua tangannya mencengkram pergelangan tangan Raja, seakan bertahan dari sesuatu.

Raja mengamati secara seksama, dia tak yakin dugaannya benar tapi semua kemungkinan mengarah kesitu. "Kamu makek, Kim?" tanyanya.

Dan ya, Kim mengangguk. "I want to stop, but I can't!"

Raja melihat keseriusan di mata Kim. Dia sepertinya memang tersiksa dengan efek dari obat-obatan terlarang itu. Tubuhnya semakin menggigil, sorot matanya pun berubah haus.

Kim berdiri, berjalan cepat ke laci meja riasnya lalu mengeluarkan plastik bening berisi butiran obat warna-warni ukuran kecil.

Raja tersentak, itu adalah narkoba jenis ekstasi. Dia dengan cepat berlari ke arah Kim lalu merebut benda itu saat Kim baru akan meminumnya dalam dosis besar.

"Lawan, Kim!" desis Raja sambil mengguncang tubuh Kim.

Kim menggeleng, bagai orang mabuk yang mulai sakau, dia berusaha mengambil obat itu dari tangan Raja. Bibirnya sampai bergetar, wajahnya memerah. Seperti orang linglung, Kim berjalan kesana kemari, membuka tiap laci di kamarnya hingga menemukan jenis pil yang sama.

Raja mendekati Kim dan merampas pil itu lalu membuang semuanya ke tong sampah. "Kendaliin diri kamu, lawan!" bentak Raja.

Kim memeluk tubuhnya sendiri, terduduk di tepi kasur, kedinginan. "Lo nggak akan tau rasanya. Sakit..." rintihnya dengan suara bergetar.

Raja memang tidak tahu bagaimana rasa dari sakau akibat kecanduan, tapi dia sudah terlalu sering melihat orang-orang pemakai seperti Kim tersiksa saat tidak diberikan obatnya. Bahkan ada yang sampai depresi, juga meninggal dunia.

"Arghh!" Kim mengerang, menjambak rambutnya sendiri dengan keras. Dia tak mampu melawannya, efek kecanduan itu terlalu kuat menyiksa diri.

Raja duduk di sebelah Kim, memeluk gadis itu dengan erat. "Kamu harus lawan. Kalo kamu bisa lewatin ini, kamu akan sembuh Kim."

"Gue nggak kuat..." rintih Kim.

Dari Kim yang terlihat lemah, tiba-tiba dia meronta meminta dilepaskan. Dia menjadi sangat agresif. Jika terus menerus seperti itu maka Kim akan menyakiti dirinya sendiri.

Tidak ada cara lain, Raja terpaksa melakukan sesuatu yang mungkin akan dia sesali setelahnya. Sesuatu yang melanggar etika pekerjaannya dalam membantu seorang penjahat.

✾ ✾ ✾

RajaWhere stories live. Discover now