Wattpad Original
There are 2 more free parts

15. Perintah Kim

15.7K 1.2K 44
                                    

Saat Kim selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan berbalutkan handuk saja, ternyata Raja masih berada di dalam kamarnya. Pemuda itu berdiri di tempat yang sama dengan terakhir kali Kim tinggalkan.

"Gue udah bilang lo nggak usah masuk kamar gue lagi," desis Kim, menegaskan wajahnya. Menutupi rasa asing di hatinya, yang menolak menjauhi Raja.

"Kamu kenapa sih? Kalau aku ada salah, kasih tau aku salahnya apa. Kenapa tiba-tiba kayak gini?" Raja menekan Kim.

"Bukan salah lo, tapi salah gue. Karena gue selama ini buta. Kita nggak selevel Raja, lo pun harus sadar itu."

Raja benar-benar merasa terhina. Ingin rasanya dia membongkar siapa dirinya, agar level yang Kim maksud terlampaui. Kalau dia bukanlah bodyguard sungguhan. Kalau dia pun punya derajat dan martabat. Kalau dia bukanlah orang miskin.

"Kenapa, lo nggak suka? Lo boleh berhenti kapan aja," ujar Kim tanpa memperdulikan perasaan Raja.

"Kim!" desis Raja.

"Nona," desis Kim balik. "Mulai sekarang lo harus panggil gue Nona, karena gue majikan lo," sambil menunjuk wajah Raja.

Raja mengepal tinju. "Baik Nona Kim, terimakasih atas beberapa hari yang aku pikir kita ini spesial." Raja pun melangkah mundur dan keluar dari kamar Kim.

Kim mengepal tinju, menahan sesak kembali. Bukannya mudah untuk bisa mengatakan hal tadi pada Raja, dia bahkan tidak secara langsung menatap pemuda itu.

Kim melempar bantal di ranjang ke meja rias, alat make up serta botol parfume berpelantingan ke bawah. Dia duduk di tepi ranjang dan memijat kepalanya.

Tak ingin sampai kalah oleh rasa yang tak seharusnya, Kim mengeluarkan ponselnya dan menelpon Tor.

"Hallo baby, akhirnya kamu hubungin aku juga."

"Jemput aku," minta Kim.

"Seriuss? Mau kemana kita?"

"Pokoknya jemput aja!" Kim langsung memutus sambungan telepon.

Kim berjalan ke lemari, mengambil satu setel pakaian khasnya yang selalu terbuka pada bagian belakang. Dia mematut diri di cermin selama lima menit.

Saat Kim keluar dari kamar dengan pakaian yang dikenakannya, itu berarti dia akan mengeksekusi seseorang. Raja hafal betul bagaimana aktivitas gadis ini, dia selalu memakai pakaian sejenis itu saat menemui korbannya.

Raja dan Rey mengikuti Kim dari belakang, barulah mereka tau ketika ada Tor menunggu dengan mobil hitam mewahnya.

Dengan tidak sopan, Tor melempar kunci mobil pada Raja agar pemuda itu menyetir untuknya. Sebagai seorang bawahan, Raja terrpaksa menurutinya. Sementara Rey, dia ikut mobil lain bersama dua bodyguard Tor.

Sementara Raja membawa mobil, Kim dan Tor duduk di belakang. Keduanya menunjukkan kemesraan dengan sengaja, membuat Raja sangat cemburu dan tanpa sadar menginjak gas terlalu dalam.

"Woi, bisa hati-hati nggak lo?!" jerit Tor saat tubuhnya nyaris terbentur jok belakang kursi Raja ketika mobil menginjak rem mendadak.

Raja diam saja dan melanjutkan perjalanan mengikuti maps yang sudah Kim berikan. Matanya berulang kali melirik kaca spion, tak bisa sedikitpun mengabaikan gadis di belakangnya itu.

"Dapet dari mana sih Papi kamu orang kayak dia? Nggak sopan," hina Tor mengenai Raja.

"Itu bukan urusan kita, apapun yang Papi pilih udah pasti yang terbaik," jawab Kim. Dia masih saja ingin melindungi Raja dari kebiadaban Tor yang suka menembak bodyguard seenaknya saat dia tidak suka.

Mobil akhirnya sampai di tujuan yang Kim inginkan. Di sebuah pemukiman sederhana yang masih seperti desa.

Kim turun lebih dulu, diikuti Tor dan para bodyguard-nya. Barulah setelah itu Raja menyusul, menapak lesu karena peelakuan Kim padanya.

✾ ✾ ✾

Seorang pria paruh baya, nampak sangat kaget saat pintu rumahnya didobrak hingga terlepas dari engsel kusen. Dia lebih kaget lagi saat Kim melangkah masuk dengan kedua pistol di tangan, bak malaikat pencabut nyawa.

Pria itu tak sendirian, jerit ketakutan hingga sekujur tubuh gemetar dan berkeringat, terlihat dari istri sang Pria yang sedang memeluk putri mereka yang masih berusia lima tahun. Balita malang itu menangis ketakutan, tak ingin lepas dari pelukan sang Ibu.

Raja menatap was-was pada Kim yang mengarahkan pistol pada sang balita tak berdosa.

"Nona, tolong maafkan saya. Sungguh saya hanya ingin hidup dengan normal bersama istri dan anak saya. Tolong lepaskan kami," mohon pria itu sambil berlutut di kaki Kim.

"Pak Andreas, anda sudah mengerti kan apa resikonya bila anda memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan anda?"

"Nona, tolonglah..." Pria itu menggosok-gosok kedua telapak tangannya sambil menangis. Istrinya pun ikut memohon, menyatukan telapak tangan dan sesenggukan.

"Kim," tegur Raja memperingatkan. Dia tidak tega melihat anak kecil itu menangis ketakutan, seketika teringat pada keponakannya, anak dari Kaila. Untunglah hanya Kim dan dirinya yang masuk ke Rumah kecil itu, sementara sisanya menunggu di luar.

Kim menoleh pada Raja.

"Kasihan anak itu," ujar Raja dengan lembut.

Kim tersenyum sinis. "Lo harus belajar banyak bisnis keluarga gue, Raja. Agar lo tau, mengasihani seseorang adalah kelemahan yang bisa membuat diri lo terbunuh sia-sia."

Raja bingung harus bagaimana, matanya terus melirik pada anak itu dan juga Kim bergantian.

"Bagaimana kalau lo yang selesaikan tugas ini, sebagai bentuk pengabdian lo pada keluarga Abraham," suruh Kim sambil menyerahian salah satu pistolnya.

Raja menatap nanar pada pistol itu. Hati nuraninya tidak akan mengizinkan, apalagi menembak seorang Ayah di depan anaknya. Tapi demi memenuhi permintaa Kim, Raja tetap meraih pistol itu.

"Tembak anaknya," suruh Kim.

Mata Raja terbelalak lebar. Dia pikir Kim ingin membunuh Ayahnya. "Kim, apa salah anak itu?" tanyanya.

"Jangan berdebat," sahut Kim tajam.

Tangan Raja terulur ke arah sang anak yang semakin menangis. Ibunya berusaha menutupi tubuh sang anak dengan memeluknya. Ayahnya terus melakukan permohonan, bahkan sampai seperti orang gila karena tidak ingin anaknya ditembak.

"Tembak saya, Nona. Bunuh saya. Tapi lepaskan anak dan istri saya, mereka tidak bersalah," mohon pria itu.

"Tembak, Raja!" jerit Kim.

Raja berusaha menguatkan hatinya, ini adalah resiko pekerjaannya. Dia harus melakukan apapun untuk sampai pada tujuannya, termasuk bila ini satu-satunya cara mempertahankan penyamarannya.

Raja memejamkan mata, menghembuskan nafas dari mulut. Kemudian, dia menarik hammer pada pistol dan mengarahkan muzzle tepat pada kepala sang balita.

Ketika jari telunjuk Raja sudah benar-benar menarik Trigger pistol, tiba-tiba Kim memegang tangan Raja hingga pistol itu mengarah ke tempat lain.

DOR!

✾ ✾ ✾

RajaWhere stories live. Discover now