5

1.6K 192 13
                                    

Kini mereka berada di belakang rumah panti. Menatap tikus-tikus yang berkeliaran diantara kardus-kardus usang yang bertumpukan.

"Coba sekarang lo nyentuh salah satu tikus itu deh, Xin." usul Mingrui.

Xinlong hanya mengangguk. Ia melangkah mendekati salah satu tikus hidup yang terjepit oleh perangkap tikus. Dan tanpa jijik, Xinlong menyentuhnya selama beberapa detik dan menjauhkan tangannya.

Tak lama kemudian, tikus itu mati.

"Masih belom bekerja," ucap Xinlong sambil menatapi telapak tangannya.

"Hah..." Rina menghela napas berat. "Jadi aku harus gimana dong?"

Zeyu menepuk bahu Rina. "Udah, pikirin aja besok. Lo pasti belom dapat kamar kan, Rina?"

Dan Rina hanya dapat mengangguk.





Jadilah Rina ditempatkan di kamar yang kosong tanpa ada yang menempati. Hanya ada satu kasur disana. Dulunya itu adalah kamar Bu Meiqi, salah satu pemilik panti. Namun karena ulah Xinlong-yang secara tak sengaja membuat Meiqi meninggal-membuat kamar itu menjadi tidak terpakai.

"Lo ga apa-apa tidur sendiri?" tanya Xinlong.

"Kak, emangnya aku anak kecil apa?" balas Rina sebal.

Tapi... lo emang masih 9 tahun.

"Yaudah, kita pikirin lagi besok. Lo istirahat aja, nanti gue bilang Bu Tzuyu kalo ada lo disini."

Rina mengangguk paham.

"Yaudah, Kak. Rina istirahat dulu ya," ucapnya sebelum menutup pintu.

Xinlong menghela napas pelan.

Mungkin saja, mempunyai teman seperti Rina itu tidak terlalu buruk.







"Xinlong?"

"Iya Bu?"

Xinlong menghampiri Bu Tzuyu yang kelihatan sibuk di dapur. Bu Tzuyu tersenyum padanya.

"Tolong bangunin Rina, ya. Udah malam. Ayo kita makan bareng," pinta Bu Tzuyu sambil mengusap bahu Xinlong.

Dari semua pemilik panti maupun sukarelawan yang berada di panti, hanya Bu Tzuyu yang mau mengerti keadaannya. Maka dari itu Xinlong sangat menyayanginya.

Xinlong menyusun langkahnya menuju kamar Rina. Ketika ia memegang kenop pintu dan hendak membukanya, pendengarannya menangkap sebuah suara.

"Anak aneh!"

"Lo sama ya kayak Xinlong?!"

"Ngaku aja!"

"Hih! Mati aja sana!"

Amarah Xinlong seketika meluap.

"Heh," ucap Xinlong setelah membuka pintu. Menatap empat gadis yang mengelilingi Rina yang sedang menunduk takut. "Kalian ga tau etika ya?"

Xinlong tidak suka jika melihat orang-orang yang mengejek dan merendahkan orang lain. Hal itu membuatnya sensitif pada masa lalunya.

"Apaan sih-"

"Lo mau gue pegang tangannya?"

"HIH! JAUH-JAUH SANA! JIJIK TAU?!" seru salah satu gadis itu sambil melempari Xinlong dengan bantal, kemudian berlari pergi diikuti tiga gadis lainnya.

Xinlong berjalan mendekati Rina.

"Lo ga apa-apa?"

Ah, baru kali ini Xinlong merasa cemas pada seseorang.






Malamnya, Xinlong dan Rina tidak makan bersama di meja makan. Mereka lebih memilih untuk berdiam bersama di kamar sembari menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Maafin mereka ya? Mereka emang kayak begitu, bahkan sejak pertama kali gue masuk panti." jelas Xinlong pada Rina.

Rina malah tersenyum. "Engga apa-apa kok, Kak. Aku maklumin. Lagipula mereka emang begitu."

"D-darimana lo tau?"

[✓] 𝐓𝐎𝐔𝐂𝐇 | xinlong ft. boystoryWhere stories live. Discover now