15

967 154 14
                                    

"Kak?"

Rina mengetuk-ngetuk pintu kamar Xinlong dan Zihao. Pasti mereka berdua sudah tidur, pikirnya.

Awalnya ia sudah pasrah karena tidak ada jawaban dari mereka berdua, ataupun ada yang membukakan pintu.

Rina pun membalikkan badan, hendak kembali ke kamarnya dengan berat hati.

"Loh, Rin? Ngapain kamu malem-malem masih belom tidur?"

Rina berbalik, menatap Xinlong yang kelihatan mengantuk. Pemuda itu memakai piyama biru muda polos.

"K-Kak..." Rina memeluk perut Xinlong, karena tingginya hanya sampai ke perut Xinlong. "A-aku takut..."

"Kenapa, Rin?"

Sejujurnya, Xinlong gemas melihat penampilan Rina sekarang.

Sejujurnya, Xinlong gemas melihat penampilan Rina sekarang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(picture only illustration.)

Rina terlihat sangat imut di mata Xinlong. Apalagi ia membawa boneka beruang kecil berwarna pink kesukaannya.

"Aku boleh tidur sama Kakak, nggak? Aku takut banget..."

Xinlong menjauhkan kedua bahu Rina dengan perlahan kemudian menatapnya. "Takut kenapa?"

"Eum... ada yang ngeliatin aku dari luar jendela..."

"Siapa?"

"Pakai jubah hitam, jubahnya panjaaang banget. Terus pakai topi hitam juga, nutupin hampir seluruh mukanya kecuali mulutnya. Mulutnya senyum terus, aku jadi takut."

Xinlong hanya menghela napas pelan, mungkin saja anak ini hanya berimajinasi belaka. Wajar, lah. Anak-anak seumuran Rina itu suka mengkhayal.

"Ya udah, ayo." Xinlong menarik tangan Rina masuk kedalam kamarnya.

Didalamnya cukup gelap. Semua lampu di kamar di matikan, hanya cahaya yang terpancar dari luar jendela yang menerangi mereka.

Setelah menutup pintu dengan sangat pelan, Xinlong berbisik pada Rina. "Jangan berisik, Zihao udah tidur."

Rina hanya mengangguk kemudian berbaring di kasur empuk Xinlong. Kedua tangannya mengusap-usap sprei lembut yang Xinlong gunakan.

"Udah, naik ke kasur. Kakak ngantuk," ujar Xinlong.

Kemudian Rina merangkak ke atas kasur hingga seluruh tubuhnya berada di atas kasur Xinlong. Xinlong ikut berbaring di samping Rina dan berbaring membelakanginya.

"Kak...!" panggil Rina pelan, gadis itu menarik-narik ujung piyama Xinlong.

"Apalagi?" pekik Xinlong pelan. "Kakak ngantuk, Rin. Cepetan tidur sana!"

"Peluk, Kak."

Xinlong membalikkan badannya menghadap Rina. "Ish, kamu ini banyak banget ya, maunya?" Ia merentangkan tangannya. "Sini."

Rina menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Xinlong yang entah mengapa bisa berbentuk dengan kokoh. Ia tersenyum ketika mencium bau wangi yang Xinlong gunakan untuk pakaiannya.


"Kamu senyum, ya?"

"Iya. Kak Xinlong wangi, aku suka."

"Ya udah, cepetan tidur." ujar Xinlong pelan.

Bukannya tidur, Rina malah kembali berucap. "Kakak cuma meluk aku doang? Kakak engga ngusap kepala aku gitu, biar cepat tidur?"

Lagi-lagi dengan berat hati, Xinlong menuruti gadis mungil nan cerewet ini. Ia mengusap rambut Rina yang lembut.

Dan-hei... rasanya ini menyenangkan!

Seperti mengelus anak kucing, pikir Xinlong.

"Rambut kamu halus banget, Rin. Wangi lagi. Kamu pake sampo apa?" tanya Xinlong pelan.

Benar saja, Rina sudah tertidur. Dengkuran halusnya dapat didengar oleh Xinlong.













Rasanya... Xinlong tidak jadi berpura-pura. Sebenarnya ia cukup menyesal karena hanya berpura-pura didepan gadis polos yang tidak mengetahui apa-apa.

Xinlong merasa seperti orang jahat.

Xinlong... tidak mau jadi orang jahat.


Lagipula, ada sedikit rasa sayang yang mulai tumbuh didalam hati Xinlong terhadap Rina.

[✓] 𝐓𝐎𝐔𝐂𝐇 | xinlong ft. boystoryWhere stories live. Discover now