32

1K 148 27
                                    

1 tahun kemudian.

Pemuda itu berjalan melewati jembatan, dan berhenti tepat didepan sebuah lubang besar yang tertutup oleh tanah.

Ia tersenyum, kembali teringat akan momen-momen manis dan menyenangkan yang kini tinggal kenangan.

Setelah beberapa menit ia terdiam, ia membuka suara. "Halo, Rin. Apa kabar? Ini Kakak. Kamu nunggu Kakak, ya? Maaf, Kakak baru bisa datang sekarang."

Pemuda itu—Xinlong, mendaratkan bokongnya didepan lubang itu. Tak peduli jika celana training berwarna putihnya akan kotor oleh tanah.

"Oh, Kakak hampir lupa. Ini Kakak bawain buat kamu." Xinlong meletakkan setangkai mawar berwarna putih di atas lubang itu. "Kamu suka bunga ini kan? Kakak ingat banget, dulu kamu bilang kamu suka warnanya."

Kemudian Xinlong tersenyum sendu. "Udah setahun kamu pergi, Rin. Kakak harap kamu baik-baik aja."

"Semuanya juga baik-baik aja di panti. Tau ga? Kemarin Shuyang naruh ember isi air diatas pintu kamarnya Zeyu, terus dia ngumpet dibelakang pintu. Pas Zeyu masuk sambil dorong pintu, malah Shuyang yang basah kuyup." Xinlong tertawa. "Kamu sih, ga liat."

Xinlong mengusap tanah di depannya. "Kakak kangen kamu, Rin. Banget. Semuanya juga kangen sama kamu. Panti jadi sepi semenjak kamu pergi, ga ada yang heboh lagi, haha."

Ia teringat saat Rina menarik tangan Xinlong untuk mengajaknya bermain.

"Kakak minta maaf, Rin. Karena Kakak, kamu jadi pergi selamanya."

Teringat akan Rina yang menangis tersedu-sedu karena Xinlong—

"Kakak engga bermaksud bikin kamu nangis, Rina."

—Rina yang mendorong Xinlong secara paksa agar keluar dari kamarnya—

"Kakak engga bermaksud nyakitin hati kamu."

—Rina yang mengajaknya untuk bermain di taman kota—

"Kakak mau terus temani kamu, Rin. Temenin kamu main di taman kota sampai puas."

—Rina yang berhasil mengalahkan Xinlong dalam permainan arcade dan harus mentraktirnya es krim

"Kakak udah janji bakal kalahin kamu  di permainan arcade, dan gantian kamu yang belii Kakak es krim. Lama-lama tipis dompet Kakak buat beliin kamu es krim terus."

—Rina yang diboncenginya menaiki sepeda dan mengelilingi kota—

"Habis itu pasti kita main sepeda, terus keliling kota sampai mau malam. Pulangnya dimarahin Bu Tzuyu, haha."

—Rina yang tersenyum menatap indahnya matahari terbenam bersama Xinlong—

"Dan kita liat matahari terbenam. Pasti kamu narik-narik Kakak buat ke jembatan ini. Kakak bakal temenin kamu terus, Rin. Sampai akhir nanti."

"Aku sayang Kak Xinlong."

"... tapi kamu pergi duluan."


Xinlong tersenyum pilu. "Coba aja waktu bisa diulang kembali, Rin. Kakak akan terus jagain kamu."

Ia menatap sedih lubang yang dipenuhi tanah itu. Matanya kembali berkaca-kaca.

"Kakak bener-bener ga kuat menerima kepergian kamu. Rasanya Kakak mau nyusul kamu aja. Tapi pas keinget pesan kamu, Kakak ngurungin niat Kakak. Kakak akan terus hidup untuk kamu. Berkat pesan kamu dan dukungan dari temen-temen."

Xinlong merogoh saku celananya. Ia menatap sebuah foto, kemudian tersenyum. "Terima kasih, Rin. Untuk semua kebahagiaan yang kamu kasih ke Kakak dan temen-temen. Makasih untuk semangatnya. Makasih untuk kenangannya."

Ia meletakkan foto itu didepan bunga mawar putih. "Kakak ga akan lupain kamu. Kakak janji. Semoga di masa depan nanti kita bertemu lagi, Rina."

"Oh iya, Rin. Kamu tau? Kakak udah di adopsi sama keluarga yang baiikk banget. Coba aja kamu masih disini, pasti kamu di adopsi juga. Kamu jadi adik aku beneran deh."

Xinlong terkekeh kecil.

"Rina, Kakak harus pergi. Keluarga Kakak udah nungguin. Kakak pergi dulu, ya? Jaga diri kamu baik-baik." Xinlong tersenyum lebar.

"Kakak sayang kamu, Rin."

Ucapnya sebelum ia meninggalkan lubang itu.












"Aku sayang Kakak juga."

Gadis kecil itu tersenyum hangat. Ia mengambil setangkai bunga mawar putih itu dan foto yang tadi diletakkan oleh Xinlong.

Itu adalah foto Rina dan Xinlong yang sedang bermain di taman kota. Mereka terlihat senang sekali.

Gadis itu membalik fotonya. Terdapat sebuah tulisan di baliknya.

Semoga di masa depan, kamu dapat terlahir kembali sebagai adikku, He Rina.

—Kakakmu yang tampan, He Xinlong.

























TOUCH
end.




Makasih banyak buat semuanya yang udah mau vote + comment disini, aku bukan apa-apa tanpa kalian 🖤😭

Sekali lagi, terima kasih banyak udah mau baca cerita ini! Dukung aku terus yaa :)

Author,
Alice.

[✓] 𝐓𝐎𝐔𝐂𝐇 | xinlong ft. boystoryWhere stories live. Discover now