29

879 138 15
                                    

"Rina, engga apa-apa." Xinlong berlutut didepan Rina, menatap mata gadis itu dengan lamat-lamat.

Ah, Xinlong rindu kedua mata yang indah itu.

"Kita bisa berjuang bersama, Kakak akan terus di sisi kamu sampai kamu sembuh juga, kayak Kakak."

Xinlong menautkan jemarinya pada jemari Rina, ternyata kutukan itu tidak berpengaruh pada Xinlong. "Ayo kita pulang."

"Tapi... aku ga mau nyusahin kalian," ucap Rina pelan.

"Lo ga pernah nyusahin kita," imbuh Zeyu. "Kita malah kesepian ga ada lo di panti."

"Nah, itu benar." timpal Xinlong, kemudian tersenyum.

Xinlong berdiri, menarik tangan Rina lembut. "Ayo pulang, Rina."

Rina menatap Xinlong dan tangannya bergantian, kemudian mengangguk pelan. "Iya," ucapnya sambil tersenyum.





"He Xinlong."

Langkah mereka berhenti ketika mendengar suara mengerikan itu. Xinlong menoleh ke belakang, menatap orang berjubah panjang, tudungnya menutupi wajahnya.

"Harusnya kamu berterima kasih." Orang itu membuka tudungnya, menampakkan seringaian yang menyeramkan. "Rina sudah mengangkat kutukanmu, namun kamu malah membawanya kembali."

Xinlong menarik Rina untuk berdiri dibelakangnya. "Lo siapa, hah?!"

"Oh, ya. Kita belum berkenalan." Orang itu terkekeh kecil.

"Aku Hendery, orang yang diutus untuk mengangkat kutukanmu. Senang bisa bertemu denganmu secara langsung, He Xinlong."

"Kok lo bisa tau nama gue?! Dasar penguntit!" sentak Xinlong dengan marah.

"Apa kamu tau, Xinlong? Didunia ini bukan hanya kamu yang terkena kutukan itu. Namun sekarang mereka semua sembuh, karena—" Hendery menunjuk Rina. "—bocah itu."

"Maksudnya apaan sih?" tanya Zihao.

Hendery tersenyum miring.

"Kalian pikir Rina menghampiri kalian hanya karena suatu kebetulan? Rina memang sudah ditugaskan untuk berada di panti itu, hanya untuk mengangkat kutukan Xinlong."

"Kakak," ucap Rina. "Aku ga mau lagi ikut tugas, aku mau ikut Kak Xinlong."

Hendery mengernyitkan dahinya sejenak, ia bingung. Lalu ia tertawa.

"Hei, bocah." ledeknya. "Kamu pikir kamu di buat untuk menyayangi manusia?"

"Di buat?" beo Hanyu.

"Rina diciptakan untuk mengangkat kutukan-kutukan seperti Xinlong, yang kemudian akan dihancurkan kembali."

"Apa?" Xinlong menganga kaget, ia menatap Rina tidak percaya. "Apa itu benar, Rin?"

Dengan berat hati, Rina mengangguk.

"Apa kalian pernah liat, Rina tiba-tiba sakit? Itu tandanya kutukan orang lain ataupun kutukan kamu, Xinlong, itu mulai berpindah ke Rina."

"Xin, yang kata Rina tiba-tiba pingsan," ucap Zihao.

"Dan apa kamu juga lihat foto yang dikelilingi lilin tadi? Itu adalah ritual pengangkatan kutukanmu."

Hendery menjentikkan jarinya, dan Rina langsung ada di sampingnya.

Hendery menatap mereka tajam. "Semuanya sudah jelas, jadi kalian harus pergi. Rina, ayo." Ia berbalik badan kemudian pergi dalam sekejap mata.

Rina menatap Xinlong yang masih kaget. "Kak—"

"Kakak ga akan pulang tanpa kamu." Xinlong tetap keras kepala. "Kamu harus ikut pulang."

"Xin, udahlah." Hanyu menepuk bahu Xinlong. "Udah takdir Rina, emang disini tempat dia."

"Rina, kamu tega sama Kakak?" tanya Xinlong, menatap Rina sendu.






"Maaf, Kak." Air mata mengalir dari sudut mata Rina. "Aku harus pergi."

[✓] 𝐓𝐎𝐔𝐂𝐇 | xinlong ft. boystoryWhere stories live. Discover now