17

912 148 4
                                    

Selesai mencabuti rumput, Xinlong kembali memasuki panti. Tubuhnya terasa remuk karena terus-menerus berjongkok dalam waktu yang lama.

Tujuannya kini ialah, kamar Rina.

Xinlong berpikir, pasti gadis itu sedang mengambil barang-barangnya dan mengamatinya. Jika benda itu novel, pasti Rina akan membacanya.

Tidak, Xinlong tidak marah. Tapi ia pernah marah karena Rina membaca novel romansa miliknya.

Rina itu masih polos! Pikirannya tidak boleh dinodai dengan cinta-cintaan!

Ketika langkahnya sampai di daun pintu kamar Rina, ia mengharap kalau Rina akan melompat dari kasur dan berlari menghampirinya, seperti yang biasa ia lakukan.

Tapi... kali ini, Xinlong mendapati Rina menangis memeluk lutut diatas kasurnya.

"Loh?!" pekik Xinlong sambil menghampiri Rina, pemuda itu duduk disampingnya. "Kamu kenapa, Rin?"

Rina tidak menjawab, tangisannya malah makin menjadi-jadi.

"Rinaa...! Kamu kenapa? Ngomong aja ke Kakak..." Xinlong mengusap kepala Rina lembut.

"Aku benci Kakak! Hiks."

"Loh, kok begitu? Emangnya Kakak kenapa, Rin?"

"Kakak jahat... hiks, aku ga mau sama Kak Xinlong lagi!" Rina menepis tangan Xinlong yang mengusap kepalanya.

"Rin, kamu kenapa sih? Kenapa jadi Kakak? Kakak ga tau kamu kenapa kalo kamu ga mau cerita..."

"Kakak baikin aku karena cuma pengen Kakak cepat sembuh, kan?! Biar aku bisa nyembuhin Kakak dengan cepat?!"

Skakmat.

"E-Engga gitu Rin..." Xinlong mengusap bahu Rina. "Dengerin Kakak, Rina. Itu dulu..."

"Kakak ga usah ngelak! Emang aku bikin Kakak selalu susah, kan?! Selalu kerepotan?!"

"Kamu engga begitu, Rin! Ya ampun..."

"Aku tau Kakak manfaatin aku doang..."

Xinlong menatap Rina yang berkaca-kaca. Matanya sembab dan wajahnya memerah. Air matanya terus mengalir.

Tidak, ini salah.
Xinlong tidak suka melihat Rina menangis.

"Rina, sayang. Dengerin Kakak..."

"Sekarang baru manggil 'sayang', Kak?! Kenapa? Kakak takut aku marah?!"

"Rina sayang, Kakak engga begitu!" Xinlong memeluk Rina erat. "Kakak sayang kamu, beneran..."

"Enghh...! Lepasin!" Rina mendorong dirinya sendiri dari Xinlong hingga mereka berjauhan. "Aku ga mau lagi sama Kakak-hiks aku benci sama Kakak...."

"Rina! Jangan ngomong begitu, sayang."

"Kakak pikir aku ga denger Kakak ngomong apa sama Kak Zeyu?! Kakak pikir aku tuli, hah?! Aku bodoh?!"

"Rina! Jangan ngomong begitu! Kakak nggak suka!"

"Tapi emang kenyataannya, kan?" Rina menatap Xinlong lamat-lamat. "Kakak yang ngomong begitu..."

"Rina, maafin Kakak... Kakak minta maaaafff banget!" ujar Xinlong putus asa. "Please, Rin. Kakak nggak suka liat kamu kayak begini."

"Kakak yang bikin aku jadi kayak begini!" sergah Rina. "Dari awal aku juga engga berharap ketemu Kakak kalo sampe begini akhirnya..."

Hati Xinlong sakit rasanya. Sakit sekali, melebihi apapun. Ia marah pada dirinya sendiri.

"Rin, Kakak minta maaf banget! Kakak sayang kamu! Kakak beneran, Rina..."

"Kakak pergi dari kamar aku!" Tangis Rina makin menjadi-jadi. "Oh iya, dari awal emang nggak mau, kan, di panggil 'Kakak'?"

"Rina, sayang..."













"Pergi, sekarang!"

"Rina..."


"Aku kecewa sama Kakak..."

[✓] 𝐓𝐎𝐔𝐂𝐇 | xinlong ft. boystoryWhere stories live. Discover now