9

1.2K 166 38
                                    

"Lah, Rin." Zihao menghampiri Rina. "Lo kenapa?"

Rina menggelengkan kepalanya pelan.

Akhir-akhir ini Rina terlihat pucat. Sepertinya ia sakit. Tapi ia tidak melakukan hal apapun yang bisa membuatnya sakit seperti bermain hujan-hujanan atau melewatkan waktu makan.

"Ga apa-apa, Kak. Mungkin aku kurang minum air putih makanya jadi begini," ujar Rina.

Zihao mendecak lidahnya. "Ck, apa hubungannya coba." Ia menyentuh dahi Rina dengan punggung tangannya, dan sedetik kemudian ia langsung menarik tangannya.

"ANJIR! RIN, KOK LO PANAS BANGET?!"

Dan Zihao makin terkejut lagi ketika....


Bruk

"LAH ANJIR KOK MALAH PINGSAN?!"















"XIN! XINLONG!"

Xinlong yang tadinya sedang membaca novel pun langsung menutup novelnya dan menghampiri Zihao dengan panik.

"Loh, Rina?" tanya Xinlong ketika melihat Rina yang pucat dalam gendongan Zihao. "Rina kenapa, Zi?"

"Ga tau! Tiba-tiba aja dia pingsan begitu, mana badannya panas banget lagi." Dengan cepat Zihao membaringkan Rina ke kasur Xinlong. "Gue panggil Bu Tzuyu aja ya?"

"Panggil sana cepetan!" sahut Xinlong panik. Zihao mengangguk dan segera berlari keluar kamar.

Xinlong duduk di pinggir kasur, mengusap kening Rina yang penuh dengan keringat. Kemudian ia mengernyit. "Lah, lo pingsan tapi kok bisa keringetan Rin?" tanyanya pelan.

Xinlong menatap pintu kamarnya yang terbuka sambil berdecak lidah. "Ini orang satu mana sih lama banget, kayak Bu Tzuyu di zimbabwe aja."

"Hnggh Kak...."

xinlong ambigu anjir.

"Kenapa Rin? Ada yang sakit?" Xinlong mencoba tetap cool guys.

"Tangan Kakak, cepetan...!" ujar Rina susah payah karena dadanya terasa sesak dan panas.

"Tapi kamu kenapa Rin...?!" desak Xinlong yang semakin heran dengan keadaan gadis berusia 10 tahun di kasurnya ini.

Rina terpaksa bangun dan menarik ujung baju Xinlong. "Cepetan Kak! Panas...."

mau ngapain -xinlong

"Rin-"

"Cepetan!"

Dengan cepat, Xinlong membuka sarung tangannya dan memegang erat tangan Rina. Xinlong meringis ketika ia dapat merasakan bagaimana panasnya badan Rina.

Dan perlahan, panas Rina menghilang dengan sendirinya. Rina menghela napas lega saat merasakan kalau dadanya tidak sesak lagi. Ia membaringkan tubuhnya perlahan ke kasur.

Xinlong yang melihatnya kejadian tadi menganga tidak percaya. Tangannya ini bisa membuat orang lain mati! Tapi kenapa malah bisa menyembuhkan Rina?

"Rin," panggil Xinlong. "Lo-Kamu kenapa?"

"Engga apa-apa Kak, maaf tadi kalo aku lancang." ujar Rina dengan nada penuh penyesalan. "Aku panik tadi."

"Kakak juga panik, Rin. Tapi engga apa-apa." Xinlong mengusap lembut kepala Rina.

Rina yang menikmati elusan di kepalanya pun perlahan memejamkan mata. Tetapi beberapa detik kemudian ia bangun dan duduk di pangkuan Xinlong sembari menyenderkan kepalanya pada dada Xinlong.

[✓] 𝐓𝐎𝐔𝐂𝐇 | xinlong ft. boystoryWhere stories live. Discover now