09🌧jangan sangkut pautin

2.2K 258 36
                                    

mata jay masih mengawasi tiap sisi jalan dengan seksama untuk mencari lokasi yang tepat dimana sasha berada. sayangnya setelah mendapati halte yang dimaksud, sudah tidak ada siapapun disana.

jay pun coba menghubungi sasha untuk kesekian kalinya namun masih tidak ada jawaban. dirinya semakin panik dan merasa bersalah ketika mengetahui kalau sasha belum pulang ke rumah juga.

jay memarkirkan mobilnya di pinggir jalan kemudian berjalan di trotoar besar untuk melihat ke setiap toko untuk memastikan apakah ada sasha di dalam sana atau tidak. namun sayang karena hari juga sudah malam tentu semua toko sudah siap-siap untuk tutup.

jalanan yang licin bekas hujan membuat jay terpeleset beberapa kali namun matanya tetap fokus mencari sasha, sedangkan tangannya terus memegang hp yang menempel di telinganya.

"sasha, kenapa susah banget sih kalau di telpon?!" gerutu jay.

matanya yang tajam seperti elang langsung menangkap seseorang mengenakan setelan serba pink muda, dan jaket yang dikenakan pun sangat familiar.

akhirnya jay menemukan sasha. untung saja sasha mengenakan jaket pemberian darinya jadi jay bisa langsung mengenali.

"sasha!"

sasha yang sedang berjalan seketika menoleh ke belakang dan rautnya terkejut ketika melihat jay sedang berlari ke arahnya.

"kamu kenapasih susah banget dihubungin?!"

"kamu juga susah banget buat dihubungin?"

"aku ga pegang hp sama sekali tadi, lagian hujan besar jadi susah sinyal!"

"aku juga susah sinyal karena hujan daritadi."

jay dibuat membisu dengan jawaban sasha. namun tidak ada raut marah ataupun sedih yang terukir dari wajah cantik sasha, yang justru membuat jay merasa semakin bersalah.

"aku beneran lupa sha, aku minta maaf banget.." ujar jay sungguh-sungguh.

"iya aku udah tau kok pasti kamu lupa."

"terus kenapa kamu masih nunggu aku?"

"aku ga nungguin kamu kok, aku jalan-jalan sendiri akhirnya." sasha mengangkat tangannya menunjukan paper bag yang berisi buku-buku yang baru dibelinya.

jay menghela nafas panjang. setidaknya ia cukup lega kalau sasha masih baik-baik saja.

"terus kenapa kamu belum pulang jam segini?"

"daritadi hujan, aku lupa bawa payung. dan ini barusan reda."

"yaudah ayo pulang-"

jay langsung melotot ketika melihat sesuatu di wajah sasha.

"sha?!"

sasha menyeka hidungnya karena merasakan sesuatu yang keluar dari sana dan saat dilihat ternyata dirinya mimisan. pandangan sasha seketika berkunang-kunang dan lututnya melemas.

sasha tak kuat lagi menopang tubuhnya dan akhirnya ia jatuh pingsan. meskipun pandangannya gelap, terakhir yang sasha ingat ia masih bisa mendengar jay yang terus memanggil namanya.

sasha membuka matanya perlahan dan pandangan pertamanya adalah lampu yang sangat terang serta suara yang cukup ramai. ketika sasha tau dirinya berada di ugd, ia langsung bangkit dari tidurnya dan seperti biasa merasakan sakit kepala yang luar biasa.

jam sudah menunjukan pukul 11 malam dan ternyata jay masih ikut menunggunya di ugd. melihat jay dengan wajah datar berdiri di ambang pintu membuat sasha merasa bersalah. karena sasha tau rumah jay cukup jauh.

"jay maaf ya kamu jadi nungguin aku di ugd sampe larut gini. aku minta jemput mamih aja, kamu bisa pulang duluan."

"kamu nyembunyiin apa?"

jay yang masih berdiri di ambang pintu bertanya dan membuat sasha sangat bingung.

"maksudnya?"

jay mendekat dan terlihat jelas air mukanya tampak kesal, marah, sedih dan kecewa.

"kamu nyembunyiin apa dari aku?"

"nyembunyiin apaan? aku ga ngerti maksud kamu jay-"

"sejak kapan?"

"hah?"

sasha mulai dibuat bingung oleh jay. belum lagi muka jay menjadi merah dan matanya berkaca-kaca.

"tadi aku ngobrol sama dokter yang nanganin kamu dan dia bilang kamu udah jarang kemoterapi.."

hati sasha mencelus ketika mendengar pernyataan dari jay.

"...kamu kena kanker sejak kapan?"

sasha memalingkan wajahnya dan enggan menjawab pertanyaan dari jay.

"sha jawab-"

"kamu ga perlu tau!"

jay yang memegang kedua bahu sasha langsung ditepis oleh sasha dengan pelan. sasha sama sekali tidak berani menatap jay yang kini sedang mendecih sebal.

"kenapa kamu ga ngasih tau aku sama sekali sha?"

"bukan urusan kamu-"

"urusan kamu itu urusan aku juga, sha!"

"aku gamau ada yang tau hal ini termasuk kamu. aku gamau ngacauin pikiran kamu karena kita juga lagi nyusun skripsi, lagi pula aku gatau harus bilang gimana ke kamu karena kamu kan lagi jaga jarak sama aku..."

sasha menunduk menahan tangisnya.

"lagian baru stadium awal juga kok, jadi menurutku itu bukan sesuatu yang besar. bentar lagi juga sembuh."

"sha-"

"jay aku gamau kamu tau karena aku gamau dikasihanin sama sekali. tolong jangan kasih aku tatapan menyedihkan kayak gitu. aku paling gamau kalau kamu kasian sama aku kayak gini, aku gasuka."

sasha menepis lagi tangan jay yang hendak menyentuh bahunya.

"aku ga se sakit itu kok, kamu ga perlu khawatir. anggap aja kamu gatau apa-apa soal ini. kita jalanin semuanya normal-normal aja ya. aku gamau kamu tiba-tiba nanti jadi baik cuman karena kasian sama keadaanku."

sasha turun dari ranjang dan ingin segera pulang.

"...aku minta kamu jangan putusin aku sampai akhir bulan ini juga bukan apa-apa kok. emang karena aku belum siap putus dari kamu aja. tolong jangan sangkut pautin hal itu sama penyakit aku."

🌧🌧🌧

a rainy day ; jay parkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang