11🌧ga masalah

1.9K 234 16
                                    

hujan turun dengan deras sore ini menjadi suasana yang sempurna untuk melamun menatap kaca jendela yang dipenuhi bulir air hujan berjatuhan seperti yang sedang di lakukan jay sekarang. cokelat panas yang daritadi menemaninya tidak disentuh sama sekali sampai menjadi dingin.

"jadi, gimana kak?"

suara cheryl membuyarkan lamunan jay dan membuatnya mengerjapkan matanya beberapa kali.

"oke.."

"kak jay ga dengerin ceritaku kan?" cheryl mengerucutkan bibirnya kemudian beralih memandang sudut yang sama seperti jay barusan.

"maaf cheryl, bisa ceritain lagi intinya? aku kurang fokus tadi." jay memegang tangan cheryl dan mengelus punggung tangannya.

"mending kak jay aja yang cerita kakak kenapa akhir-akhir ini? jadi sering ngelamun."

jay menghela nafasnya panjang kemudian menyangga kepalanya. cheryl dapat menilai raut wajah jay penuh dengan tekanan.

"skripsi.. dosen pembimbing.. rumit.." gumam jay.

"emang se-killer apa sih dospem kakak?"

"gitu deh.."

rasanya jay sedang tidak tertarik membuat percakapan dengan cheryl. memang masalah utamanya adalah tekanan dari segala masalah yang sedang ia hadapi di semester akhir ini. belum lagi soal sasha yang terus memenuhi pikirannya.

hujan mulai reda dan jay beranjak dari duduknya untuk meregangkan tubuhnya. entah sudah berapa lama ia duduk di sofa kamar cheryl sambil memandangi hujan.

"aku pulang sekarang ya?" pamit jay.

"ga sekalian makan malem disini kak? sunoo juga bentar lagi pulang sekolah, dia udah nungguin kak jay banget buat main ps lagi."

"lain waktu ya, cheryl?"

cheryl mengerucutkan bibirnya dan melipat tangannya di depan dada. wajahnya pun dipalingkan tidak mau melihat ke arah jay.

"jangan ngambek cheryl, besok aku kesini lagi ya?" jay menangkup wajah cheryl.

"janji?"

"janji."

jay mengambil beberapa barangnya yang berada di atas meja kemudian hendak keluar kamar. namun cheryl menahan lengannya kemudian menarik jay dan memberikan kecupan cukup lama di bibirnya.

"hati-hati di jalan kak." bisik cheryl saat melepas kecupannya.

jay terdiam ditempat dan hanya tersenyum simpul.

"i'll go first, see you cheryl."

🌧

sambil menyetir, jay tak henti memeriksa hpnya untuk menunggu balasan pesan teks dari sasha. beberapa pesan teks yang daritadi ia kirim belum kunjung dibaca oleh sasha, dan itu membuatnya sangat khawatir.

untung saja jalanan tidak begitu macet sehingga jay sudah sampai di rumah sasha. mobil terparkir di halaman, dan lampu tamannya juga menyala yang menandakan ada orang di rumah.

jay segera turun dari mobil kemudian mengetuk pintu rumah. tak lama, pintu dibuka oleh mamih yang terlihat seperti habis menangis, namun ketika melihat jay yang bertamu membuat senyuman kembali merekah di wajahnya.

"mamih? gapapa?" tanya jay spontan.

"gapapa kok, sini jay masuk."

jay pun masuk ke dalam rumah sasha setelah hampir 3 bulan tidak pernah lagi menginjakan kaki disini.

"mau ketemu sasha yah?"

"boleh?"

"boleh kok. sasha ada di kamar, dia baru pulang kemo."

jay mengangguk paham dan langsung menuju ke kamar sasha. jay mengetuk pintu kamar dan terdengar suara sasha dari dalam.

"aku gamau ngomong sama mamih."

"ini aku sha."

tak ada balasan lagi dari sasha dan terdengar derap langkah mendekat. pintu kamar pun terbuka sedikit dan sasha mengintip meskipun dari matanya terlihat ia terkejut ketika mendapati jay yang berada di depannya.

"j-jay? ngapain? kenapa ga bilang mau kesini?"

"biasanya juga aku ga pernah bilang kalau mau kesini."

"ya tapi sekarang harus bilang-"

"aku kan pacar kamu, jadi bebas dong. lagian chatku daritadi ga dibales-bales."

sasha terdiam dan tidak menanggapinya.

"aku mau masuk sha."

akhirnya sasha membukakan pintu untuk jay dan mempersilahkannya masuk ke dalam kamar. tak banyak berubah dari kamar sasha, tempat yang dulu selalu jay singgahi hampir setiap saat.

jay melihat ke arah sasha yang sedikit menunduk dan tidak mau melihatnya. sasha juga mengenakan kupluk berwarna putih. jarang-jarang jay melihat sasha mengenakan kupluk seperti ini.

sasha pun duduk di pinggir kasur diikuti jay.

"kamu lucu pake kupluk gitu." puji jay dengan jujur.

memang benar sasha terlihat lucu dengan kupluk tersebut dan rambut pendeknya yang semakin cocok dengan sasha.

"makasih." jawab sasha singkat.

"sha?"

sasha hanya menoleh. tubuhnya terlalu lemas setelah menjalani kemoterapi. belum lagi rasa percaya dirinya yang menurun karena sasha tau penampilannya pasti cukup berubah.

"maaf ya." jay menunduk.

"soal?"

jay menarik sasha ke pelukannya. semua rasa bersalah serta penyesalan bercampur jadi satu.

"kalau kamu butuh apapun itu, bilang ke aku ya.. aku bakal bantuin kamu.. kalau kamu butuh aku pun jangan sungkan bilang ke aku ya.. aku bakal selalu ada buat kamu.."

"jay?"

sasha melepas pelukannya dan menangkup kedua pipi jay.

"kan aku udah bilang jangan kasianin aku. aku ga suka liatnya."

jay menggelengkan kepalanya.

saat jay mengelus rambutnya, tidak sengaja beberapa helai rambut sasha rontok di tangannya. sasha langsung menjauh dari jay dan memunggunginya.

"makanya aku ga suka kemo karena pasti kayak gini." ujar sasha.

jay termenung melihat rambut rontok sasha yang berada di tangannya.

"selama ini kamu kemo sendirian?"

sasha hanya mengangguk.

jay menggeser duduknya lebih dekat dengan sasha kemudian memeluknya dari belakang.

"kalau mau kemo bilang ke aku ya? biar aku temenin kamu."

"kemo tuh lama tau, kamu ga akan sanggup nunggunya."

"ga masalah, selama itu untuk nunggu kamu."

🌧🌧🌧

a rainy day ; jay parkTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon