19🌧janji

2.2K 220 3
                                    

jay memijat pelipisnya pelan dan berkali-kali menekan klakson. ia terjebak macet dengan hujan deras yang mengguyur sejak pagi.

rasanya ia sangat marah, kesal dan ingin menangis ketika mendengar kabar bahwa sasha masuk ICU tadi pagi karena kondisinya yang tiba-tiba drop.

sudah hampir satu jam jay terjebak di jalan, padahal dari kampus ke rumah sakit dapat ditempuh hanya sekitar setengah jam.

jay juga tak henti menghubungi mamihnya sasha untuk terus mendapati kabar terbaru dari sasha. jay benar-benar khawatir.

hari sudah maghrib dan akhirnya jay dapat melajukan mobil dan segera menuju ke rumah sakit. terakhir kabar yang jay dapati adalah sasha sudah dipindahkan ruangan dan dapat dijenguk. sesampainya di rumah sakit, jay segera berlari di lorong rumah sakit menuju di mana kamar sasha berada.

sesampainya di kamar yang dimaksud, jay langsung mengetuk pintu pelan. terdengar derap langkah mendekat dan kenop pintu yang berputar. saat pintu terbuka, terlihat mamih sasha meyambut jay dengan tersenyum.

"halo, jay? akhirnya sampai, macet banget yah?"

"iya mih macet banget. sasha gimana?"

"gapapa kok, masuk aja jay silahkan."

jay segera masuk karena sudah tidak sabar untuk melihat sasha. terlihat sasha tengah berbaring di ranjang kemudian membulatkan matanya ketika melihat jay masuk dan langsung memeluk sasha.

mamih yang melihat hal itu langsung terkejut kemudian tersenyum jahil. mamih pun segera keluar dari kamar untuk memberikan ruang kepada jay dan juga sasha.

"pasti gara-gara aku kemarin ya? maaf sha, maafin aku.. aku minta maaf.." ujar jay penuh penyesalan.

"jay.. aku gapapa kok. bukan karena kemarin." sasha melepaskan pelukannya dan menatap jay.

dapat dilihat mata jay sudah menitikan air mata, segera jay menghapusnya. sasha yang menyadari sesuatu pun langsung tertawa.

"kenapa kamu ketawa?! aku nangis karena khawatir banget sama kamu, sha! bisa-bisanya kamu malah ketawa?!"

"b-bukan! kamu lagi sakit ya?" sasha meletakan punggung tangan di leher jay untuk memeriksa suhu tubuhnya.

jay terdiam sejenak kemudian ia meraba dahinya. jay terkesiap karena baru sadar ternyata plester pereda demam dengan motif dinosaurus masih tertempel di dahinya. jay benar-benar lupa melepasnya.

"astaga! aku sampe ga sadar!" buru-buru jay melepaskan plester tersebut dan memalingkan wajahnya karena malu.

"kamu demam?" tanya sasha sambil mengusap pipi jay yang merah.

"u-udah sembuh kok." jawab jay gelagapan.

sasha mendekatkan tubuhnya kepada jay kemudian menyandarkan kepalanya di atas bahu jay. tangannya melingkar di pinggang jay dengan erat. rasanya sangat nyaman bisa memeluk jay seperti ini.

"i'm ok jay. jangan khawatir kayak gini, percaya sama aku kalau aku tuh ga kenapa-kenapa kok. buktinya skearang aku udah baikan, ga di ruang ICU lagi.." ucap sasha sambil tersenyum.

🌧🌧🌧

malam hari.

karena jay enggan pulang ke rumah dan ingin bersama sasha, maka ia menawarkan diri untuk menginap di rumah sakit, sedangkan mamih sasha pulang agar dapat beristirahat di rumah dengan nyaman.

awalnya sasha menolak karena ia takut jay jadi jatuh sakit juga, mengingat jay sedang demam dan udara di rumah sakit tentu tidak sehat menurutnya. namun, jay bersikeras untuk tetap tinggal di rumah sakit.

setelah perdebatan panjang, akhirnya mamih sasha pulang ke rumah, sedangkan jay berada di rumah sakit untuk menemani sasha.

"kamu emang bisa tidur di sofa kecil gitu?" tanya sasha.

"iya kamu gausah khawatir, sayang." jawab jay sambil mengecup punggung tangan sasha.

"jay, naik sini bentar deh.." sasha menepuk ruang kosong di ranjangnya untuk jay.

karena ranjangnya cukup lebar dan badan sasha juga kecil, maka jay pun mengiyakan ajakan sasha untuk naik ke ranjang dan ikut berbaring. kini mereka berdua berbaring di ranjang yang sama dan saling berhadapan.

"jay.." panggil sasha pelan.

"iya?"

sasha tersenyum menatap jay dari dekat. jemarinya menyentuh bibir jay dan mengelusnya secara lembut. tidak bohong rasa cinta yang begitu besar kepada jay membuat sasha melupakan rasa sakitnya.

"jay, janji ya kalau misal aku udah ga ada, kamu harus bisa bahagia sama yang lain.."

"ngomong apasih?" tukas jay cepat.

"umur kan ga ada yang tau, jay.." sasha terkikik pelan.

jay menarik nafasnya panjang-panjang.

"hari ini, dospem udah acc bab 3-ku. aku bisa maju seminar januari nanti. habis itu aku bakal cepet beresin biar bisa ikut sidang dan lulus tepat waktu. aku juga udah mulai apply-apply kerja, biar setelah lulus ga nganggur lama, dan aku bisa hidupin kamu.." jelas jay panjang lebar dan membuat sasha tersenyum.

"...aku ga ada kepikiran hidup sama orang selain kamu, sasha. kalau misal aku gabisa hidup sama kamu nanti, aku mendingan hidup sendiri aja sampai aku mati nanti-"

"hush, ngomongnya kok gitu?!"

"aku serius, sasha."

sasha terdiam sejenak kemudian tersenyum manis. sasha bisa menyembunyikan kesedihan, dan sakitnya secara sempurna hanya dengan senyuman manisnya.

"aku juga ga ada kepikiran hidup sama orang lain selain sama jay kok!" jawab sasha sambil terkikik.

raut jay masih serius, tidak tersenyum sama sekali.

"jay, aku takut gabisa sembuh..."

"bisa. kamu bisa sembuh. aku bakal lakuin apapun biar kamu bisa sembuh."

sasha kembali terdiam kemudian tersenyum lagi.

"jay.. kamu ga akan ninggalin aku lagi kan? karena cuman kamu yang bikin aku kuat. cuman kamu yang bikin aku lupain semua rasa sakit aku.." suara sasha bergetar.

sebenarnya sasha sangat tidak ingin terlihat lemah apalagi di depan jay. namun, rasanya ia sudah tidak bisa menahan lagi.

akhirnya sasha menangis. ia membiarkan dirinya terlihat rapuh di depan jay.

perasaan jay sudah sangat tidak karuan dan akhirnya ia hanya bisa menarik sasha dan mendekapnya ke dalam pelukannya. jay meloloskan air matanya, begitu juga sasha.

"maafin aku sha.. maaf.."

🌧🌧🌧

a rainy day ; jay parkOù les histoires vivent. Découvrez maintenant