LIMA - RIKA & STEVE

6.1K 184 5
                                    

LIMA - RIKA & STEVE

STEVE : Udah, nggak usah ngebahas aku. Mendingan fokus sama kamu dulu, kamu kenapa Rika? Ada masalah sama Kelvin?

Rika : Mm... gimana yah?

Rika : Nggak apa nih, cerita ke kamu?

Rika : Aku nggak mau nanti kamu jadi nggak nyaman.

Steve : Santai, aku nggak masalah. Yang penting kamu feel better.

Rika : Soal Kelvin, aku ngerasa bodoh, sih. Aku nggak tau kenapa aku bisa baper sama dia, sebenarnya bukan baper yang parah, tapi aku ngerasa bodoh aja.

Steve : Bodoh gimana maksud kamu, Rika?

Aku menghela napas. Cerita mungkin akan panjang, aku tidak yakin apakah Steve tahan. Aku juga tidak yakin apakah kalian tahan membacanya. Tapi kita lanjutkan saja.

Rika : Aku seperti bukan diriku sendiri. Selama ini aku nggak pernah pacaran, tapi sama dia aku mengharapkan. Sama dia, aku malah rela menunggu.

Rika : Bodoh ya, haha. Menunggu balasannya.

Rika : Belum lagi mendadak dia ngilang, padahal biasanya selalu siap sedia.

Rika : Aku tau kamu mau bilang aku bodoh, Steve. Nggak seharusnya aku baper sama teman sepermainanku. Apalagi kita semua cuma ketemu di game, nggak perlu sampai sebaper itu, 'kan?

Rika : I know, I know. Aku emang bodoh. Masih kecil, labil. Nggak seharusnya sok pintar tentang cinta.

Steve : Hey, kamu nggak bodoh. Jangan pernah berpikir kayak gitu, kamu salah.

Steve : Menurutku itu wajar-wajar aja. Dengan seringnya kalian berkomunikasi, nyaman itu nggak bisa dipungkiri.

Steve : Aku bukan ahli soal cinta-cintaan kayak gini, Rika.

Steve : Tapi, aku jelas tau kalau perasaan kamu itu nggak bisa disalahkan.

Steve : Kenapa kamu nggak mencoba untuk mengikuti kata hatimu saja?

Steve : Egois untuk diri sendiri itu perlu. Ketika kamu sibuk menjaga perasaan orang lain, kamu lupa, kalau perasaanmu juga perlu dijaga.

Steve : Ah, ngomong apa sih aku ini, Rika. Nggak nyambung pula, haha. Jadi maloe.

Aku tersenyum simpul, membayangkan bagaimana mimik wajah Steve seandainya menjelaskan kalimat-kalimat tadi di hadapanku. Pasti menggemaskan sekali. Eh, tapi aku sendiri belum pernah bertemu langsung dengannya. Bagaimana mau membayangkannya? Video call pun hanya saat beramai-ramai saja. Dan, dia paling suka mematikan kameranya. Alasannya malu.

Rika : Lucu banget kamu, Steve. Nggak nyangka kamu yang pemalu begitu, bisa berceloteh panjang lebar.

Rika : Eh, tapi soal yang kamu bilang. Semua berawal dari teman, gimana yah kalau mendadak kita begitu? Hahaha.

Rika : Jangan dipikirin ya, becanda aja kok.

Rika : Nanti kamu takut lagi, sama aku, kalau aku ngegodain begitu haha.

Rika : Ilfeel entar!

Steve : Cuma di chat aja aku bisa panjang lebar, kalau ketemu asli, maloe dedeksss.

Steve : Engga tau kenapa, rasanya malu aja kalau ketemu orang.

Rika : Hhahah! Masa iya? Kok aku kebalikannya, yah?

Rika : Emangnya di sekolah kamu juga pendiam banget?

Steve : Iya, gitu. Teman-temanku bisa diitung jari, paling-paling Chris aja. Kalau engga, ya biasanya aku tidur doang di kelas.

Rika : Ho... kalau aku sih engga tau malu, yang nggak kenal aja kuajak ngobrol. Eh, tau-taunya nggak lama udah follow-follow di Instageram.

Rika : Btw, thanks Steve udah ngedukung aku. Tadinya kupikir aku terlalu berlebihan. Tapi setelah kamu bilang kalau perasaanku juga harus dipedulikan, aku jadi legaan.

Rika : Kapan-kapan kita harus ketemu ya, Steve.

Rika : Jangan sombong kalau misalnya aku ke Pekanbaru!

Steve : Wesdew, maloe dedeks. Jangan, Rika, aku di chat aja panjang, tapi kalau ketemu benaran bisa diam-diaman.

Rika : Ya, aku nggak peduli. Tenang, sama aku nyari topik itu nggak susah, kok! Apa aja bisa jadi bahan pembicaraan. No need to worry, entar kita sama Chris juga kok.

Steve : Oke, Rika :3

Rika : Udah, kamu nggak usah khawatir, pokoknya nanti kalau aku ke sana, kita kudu, wajib, harus, ketemu.

Steve : Iya, iya, lek. Aman itu.

Rika : Eh, udah pakai lek-lek aja ngomongnya. Hahah.

Steve : Ehehehe :3

Steve : Biar keren.

Steve : Oh iya, Rika, nggak bobok kamu?

Steve : Kelvin nggak usah ditunggu ya, nanti kamu makin sedih. Mending sekarang kamu bobo aja, daripada nunggu chat yang jelas-jelas bikin kamu down.

Rika : Ih, perhatian banget kamu!

Rika : Awas nanti dedeks baper ama qmoeee.

Rika : Ew alay banget aku haha.

Rika : Emm, ya udah deh, kalau gitu aku duluan ya. Mata sisa 5 watt, lek.

Rika : Goodnight, thanks for today.

Steve : Goodnight, Rika. Sweet dream.

Steve : You will be okay.

Malam itu, aku tertidur dengan pulas. Tidak terlintas sama sekali bayang-bayang Kelvin di kepalaku. Dalam hati aku berterima kasih, kepada Steve, karena sudah mengalihkan perhatianku. Aku merasa damai sekali, juga tidak menyesali percakapan kami. Itu pertama kali aku bisa mengobrol panjang dengannya.

Saat itu, aku bahagia.

- Awal Juni 2016

***

Tinggalkan jejak, yuk! Komen dan vote dipersilakan. Love you so much, my readers! And still love you, and always love you, manusia yang (mungkin) membaca ulang kisah kita. Ketemu lagi suatu hari, yah, sayang?

You're My ObsessionWhere stories live. Discover now